CVR & ISI-50 Tahun Diplomatik Korea-Indonesia

Page 1

Ketua Umum Korean Association di Indonesia

Park Jae-han Pada 2023, Korea dan Indonesia menyambut 50 tahun hubungan diplomatik yang telah terjalin sejak 1973. Selama setengah abad, kedua negara menjadi sahabat yang saling membantu pada kala sulit. Korea dan Indonesia yang merajut persahabatan selama 50 tahunterakhirakantumbuhbersamasebagaimitrasejatipadamasamendatang.

Merajut Persahabatan Memupuk Kepercayaan

Dr. H. Bambang Soesatyo, S.E., S.H., M.B.A.

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Pasca-Perang Korea (25 Juni 1950), saat Korea harus mengalami penderitaan, Indonesia mengulurkan tangan untuk memberi bantuan finansial dengan harapan dapat

menstabilkanperekonomianmasyarakatdanmempercepatrekonstruksipascaperang.

Saat Indonesia dihantam tsunami akibat gempa bumi di barat perairan Aceh pada 26 Desember 2004, Korea hadir untuk membantu dan membalas budi. Pemerintah Korea dan Lembaga Swadaya Masyarakat bergerak cepat untuk memberikan bantuan kemanusiaan

kepada Indonesia Kapal tambahan angkatan laut Korea pun dikerahkan untuk mengantarkanalatberatsampaikeujungSumatra.

Lee Sang-deok

Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia

Kerja sama ekonomi menjadi hal penting dalam meningkatkan hubungan kemitraan Korea dan Indonesia. Korea dan Indonesia selama 50 tahun lebih telah memperkuat kerja

samaekonomiyangsalingmenguntungkan,yaitusejakperusahaanpembangunanKODECO

melakukan penanaman modal asing (PMA) di Indonesia pada 1968, sebelum hubungan diplomatik resmi terjalin. Salah satu momentum bersejarah dalam kerja sama ekonomi

kedua negara adalah saat kedua negara menyepakati Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CPEA) pada Desember 2020. Dengan

diberlakukannya IK-CEPA per tahun 2023, Korea dan Indonesia pun telah membuka

lembaranbaruuntukmengisi50tahunkedepansehinggadapatmencatat100tahunsejarah

hubungankerjasamaekonomi.

Warga Korea yang lama menetap di Indonesia menafsirkan budaya Indonesia dengan kacamata pribadi, namun mereka tetap berbaur serta hidup rukun dengan masyarakat setempat Warga Korea di Indonesia akan terus berperan penting dalam menjembatani hubunganKoreadanIndonesiamelaluikegiatanpertukaranmasyarakat

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Penerbit

Park Jae-han

(Ketua Umum Korean Association yang ke-6)

Naskah

Shin Sung-chul (Dewan Editorial Hanin News) Cho Yeon-sook (Editor In Chief Daily Indonesia)

Penyelia Naskah

Kim Moon-hwan (Kolumnis, Ahli Wilayah Indonesia)

Penerjemah

Min Seon Hee

Diana Paramita Rachman

Penyelia Terjemahan

Suray Agung Nugroho (Pengajar Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea, FIB, Universitas Gadjah Mada)

Penyunting

Eka Susanti

Tempat Terbit

Korean Association

Jln. Gatot Subroto Kav. 58, Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12950, Indonesia

Percetakan PT Kanisius

Jl. Cempaka 9, Deresan Yogyakarta 55281

Indonesia

Merajut P ersahabatan Memupuk Kepercay aan 50 T ahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Merajut Persahabatan Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Merajut Persahabatan Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Penerbit

Park Jae-han (Ketua Umum K Association yang

Naskah

Shin Sung-chul (Dewan Editorial Cho Yeon-sook (Editor In Chief

Penyelia Naskah

Kim Moon-hwan (Kolumnis, Ahli

Penerjemah

Min Seon Hee

Diana Paramita

Penyelia Terjemahan

Suray Agung Nugr (Pengajar Prodi

Korea, FIB, Univ

Penyunting

Eka Susanti

Tempat Terbit

Korean Association

Jln. Gatot Subrot

Kuningan Timur

Setiabudi, Jakarta

DKI Jakarta 12950, Indonesia

Percetakan

PT Kanisius

Jl. Cempaka 9, Der Yogyakarta 55281 Indonesia

Merajut P ersahabatan Memupuk Kepercay aan 50 T ahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
aan erja O an onomi ve n membuka ah an at menjembatani 26 dan emanusiaan k ang saling 50 n, dapat

Kompilasi

Semoga buku ini menjadi buku

acuan dalam perjalanan menuju

100 tahun hubungan diplomatik

Korea dan Indonesia.

Park Jae-han

Ketua Umum Korean Association di Indonesia

Ketua Komite Penerbit Buku 50 Tahun Hubungan Diplomatik

Korea Indonesia: Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

Di tengah pandemi Covid-19 pada 2020, Asosiasi Korea di Indonesia menerbitkan “인도네시아 한인 100년사 (dibaca Indonesia

Hanin Baengnyeonsa, yang artinya ‘100 Tahun Sejarah Orang Korea

di Indonesia’).” Berbagai kesulitan pun telah kami lewati untuk menerbitkan buku ini.

Sejak itu, saya berkeinginan untuk menerbitkan sebuah buku

yang memperkenalkan Korea dan dapat dibaca oleh masyarakat

Indonesia. Keinginan saya itu terwujud dengan terbitnya buku

ini yang berjudul 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia:

Merajut Persahabatan Memupuk Kepercayaan. Buku yang disusun

sebagai tanda peringatan 50 tahun terjalinnya hubungan

diplomatik Korea dan Indonesia pada 2023 ini memuat sejumlah

catatan penting yang menggambarkan sejarah diplomasi Korea

5
Kompilasi Ketua Umum Korean Association di Indonesia

dan Indonesia, kerja sama ekonomi dan bisnis, serta beragam kegiatan masyarakat Korea di Indonesia.

Dalam penyusunan buku terbitan 2020 tersebut, Korean Association menetapkan Bapak Jang Yoon-won sebagai orang Korea pertama yang tinggal di Indonesia. Bapak Jang ikut

serta dalam gerakan kemerdekaan di negerinya sendiri pada zaman penjajahan Jepang. Ia memberikan bantuan, baik moral maupun finansial, kepada sesama orang Korea yang dibawa

ke Indonesia untuk kerja paksa. Saat bekerja sebagai banker di Korea, yakni ketika terjadi March First Movement (dikenal juga sebagai Samil Independence Movement), Bapak Jang diketahui

telah menyalurkan dana untuk kemerdekaan. Ia pun kemudian mengasingkan diri ke Tiongkok lalu mencari suaka di Indonesia

pada 1920. Saat Indonesia menjadi jajahan Jepang, Bapak Jang

dipenjara di Indonesia dan dibebaskan setelah kemerdekaan.

Setelah itu, Bapak Jang membantu para korban kerja paksa dan berperan besar dalam memulangkan mereka ke tanah airnya

dengan kapal.

Anak-anak Bapak Jang dibesarkan di Indonesia dan berperan

penting dalam kehidupan masyarakat Korea di Indonesia. Bapak

Jang Nam-hae (anak sulung) menuruti kehendak sang ayah untuk

membantu warga Korea agar dapat melangsungkan kehidupan

bermasyarakat di Indonesia. Bapak Jang Sun-il (anak kedua)

menjadi salah satu pendiri Universitas Atmajaya. Ibu Jang Pyeonghwa (anak bungsu) pernah bekerja di Konsulat Republik Korea

sebelum ada kedutaan. Memperingati hari pertama Bapak Jang

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

6

Yoon-won menginjakkan kakinya di tanah Indonesia, yakni pada 20 September 1920, Korean Association menetapkan 20 September

sebagai “Hari Orang Korea” di Indonesia dan menerbitkan buku

“인도네시아 한인 100년사 (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)” pada 2020 (tepat 100 tahun sejak 1920).

Hubungan kerja sama ekonomi dan bisnis yang saling melengkapi antara Korea dan Indonesia selalu menjadi motor penggerak dalam memajukan hubungan kedua negara. Sejak

KODECO (perusahaan pertama asal Korea Selatan yang menanamkan modal di luar negeri) berinvestasi di Indonesia pada 1968 di sektor kayu, banyak perusahaan lain yang mengikuti jejak KODECO. Lingkup kerja sama antara Korea dan Indonesia pun semakin diperluas dari tahun ke tahun, yakni dari sektor manufaktur padat karya, seperti alas kaki dan garmen pada akhir 1980-an; industri padat modal, seperti baja, petrokimia, dan otomotif; hingga belakangan ini industri padat teknologi, termasuk keuangan, digital, dan farmasi. Korea dan Indonesia juga mengembangkan jet tempur KF-21/IFX. Dengan diberlakukannya Indonesia-Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement (IK-CEPA) per Januari 2023, hubungan kedua negara diharapkan akan terus berkembang dan maju.

Saya mengucapkan terima kasih kepada para dewan penerbit yang telah antusias ikut andil dalam penerbitan buku ini. Saya menyampaikan apresiasi, khususnya kepada dua penulis, yaitu Penerbit Daily Indonesia, Bapak Shin Sung-chul, dan editor in chief, Ibu Cho Yeon-sook, yang telah berdedikasi

7
Kompilasi Ketua Umum Korean Association di Indonesia

menulis buku ini secara sistematis. Isi yang mudah dipahami dan penuh dengan manfaat ini diharap-kan berguna bagi para pembaca untuk mengenali Korea dengan lebih baik. Buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia atas kontribusi dua penerjemah, yakni Min Seon Hee dan Diana Paramitha Rachman.

Saya berterima kasih juga kepada Bapak Kim Moon-hwan, penulis utama “인도네시아 한인 100년사 (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)” yang telah mengedit isi buku ini dengan teliti. Buku ini juga tidak akan terbit tanpa dedikasi dari Direktur Sekretariat, Choi In-sil dan editor in chief, Hong Seok-young.

Seseorang pernah berkata bahwa pendokumentasian adalah

usaha untuk melahirkan suatu kebudayaan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, sekaligus menunjukkan nilai kebudayaan serta kedudukan suatu negara.

Besar harapan saya agar buku ini dapat menjadi pencerah untuk melestarikan segala hal yang telah dicapai selama setengah abad kemarin dan menuju setengah abad yang akan datang dalam

hubungan Korea-Indonesia, seperti bunyi slogan peringatan 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik kedua negara, “Closer Friendship, Stronger Partnership.” ■

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

8

Sambutan Saya yakin, Korea dan Indonesia akan menyongsong masa depan yang cerah bersama.

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Dengan segenap ketulusan hati, saya mengucapkan selamat atas terbitnya buku yang menandai peringatan “50 Tahun

Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia”. Tahun ke-50 merupakan

tahun spesial yang sering disebut Golden Jubilee. Berbagai acara diselenggarakan, baik di Korea maupun di Indonesia, untuk memperingati tahun spesial ini. Tahun ke-50 adalah tonggak

sejarah yang sangat penting sekaligus momentum untuk melihat kembali prestasi yang telah diraih oleh kedua negara dari masa ke masa.

Sejak terjalinnya hubungan diplomatik pada 1973, Korea dan Indonesia terus memperluas kerja sama di berbagai

bidang, seperti politik, diplomatik, ekonomi, bisnis, sosial, dan kebudayaan. Di bidang ekonomi, program kerja sama yang telah

dijalankan oleh kedua negara, antara lain, pembangunan pabrik

baja terpadu Krakatau-POSCO, kendaraan listrik Hyundai, dan pengembangan bersama jet tempur KF-21/1F-21. Program kerja

Sambutan

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

9
Dr. H. Bambang Soesatyo, S.E., S.H., M.B.A.

sama tersebut melambangkan hubungan kedua negara yang berdasarkan pada kepercayaan sebagai mitra sejati. Korea dan Indonesia memiliki hubungan Kemitraan Strategis Khusus atau

Special Strategic Partnership sejak 2017 dan kedua negara ini memberlakukan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) per Januari 2023. IK-CEPA ini diyakini akan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi kedua negara di berbagai bidang.

Kunjungan kenegaraan yang kerap dilakukan oleh pemimpin negara Korea ke Indonesia dan pemimpin negara Indonesia ke Korea menunjukkan eratnya hubungan diplomatik antara kedua

negara. Terhitung sejak 1980-an, semua Presiden Korea telah mengunjungi Indonesia. Sebaliknya, sebagian besar Presiden

Indonesia juga telah melakukan lawatan ke Korea Selatan, bahkan

mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah lima kali mengunjungi Korea. Adapun Presiden Joko Widodo telah empat

kali melakukan kunjungan ke Korea.

Setelah melewati 50 tahun perjalanan diplomatik, Korea dan Indonesia akan bersama-sama menyongsong 50 tahun yang akan datang. Sebagai anggota G20 dan negara kekuatan menengah yang berperan penting di kawasan Asia, Korea dan Indonesia senantiasa meningkatkan pemahaman sebagai mitra terpercaya.

Hal tersebut menjadi bekal dalam menjawab tantangan global, seperti krisis keuangan, perubahan iklim, dan rekonstruksi tatanan baru dalam masyarakat internasional.

Saya sangat berharap Korea dan Indonesia dapat terus memajukan hubungan kerja sama yang baik ini dan menghasilkan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

10

capaian terbaik dari berbagai program kerja sama yang strategis, seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara, program pencapaian target Net Zero Emission, serta mewujudkan transisi ekonomi hijau.

Akhir kata, saya menyampaikan apresiasi yang setinggitingginya kepada segenap pihak yang telah berkontribusi dalam kemajuan hubungan Korea dan Indonesia pada kurun waktu 50 tahun terakhir. ■

11
Sambutan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Sambutan Saya berharap dokumentasi

berharga ini tidak sebatas

dokumentasi bersejarah, tetapi

menjadi petunjuk arah dalam

perjalanan hubungan Korea

dan Indonesia ke depan.

Lee Sang-deok

Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia

Saya menyampaikan ucapan selamat atas diterbitkannya

buku berjudul 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia:

Merajut Persahabatan Memupuk Kepercayaan dalam rangka

memperingati 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara

Korea dan Indonesia pada 2023, yakni setelah perayaan 100 tahun

sejarah diaspora warga Korea di Indonesia yang ditandai dengan

penerbitan buku berjudul “인도네시아 한인 100년사” (diartikan ‘100

Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia’) pada 2020 oleh masyarakat

Korea di Indonesia.

Jika dilihat dari sejarah politik luar negeri, hubungan kerja

sama Korea dan Indonesia baru berlangsung 50 tahun. Namun, pertukaran masyarakat kedua negara telah terjadi pada abad

ke-14, saat Kerajaan Majapahit menugaskan seorang utusan ke

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

12

Joseon (Korea Selatan pada saat ini). Pada 1920, Bapak Jang Yoonwon menginjakkan kakinya di Batavia. Pada 1960-an, perusahaan asal Korea Selatan yang diwakili oleh KODECO dan Korindo Group mulai berinvestasi di Indonesia. Catatan bersejarah selama berabad-abad itulah yang akhirnya menjalin hubungan kedua negara dalam hubungan diplomatik pada 1973.

Korea Selatan dan Indonesia menunjukkan persahabatan yang erat saat kesulitan melanda dari waktu ke waktu. Pada 1950-an, Indonesia membantu Korea Selatan untuk bangkit kembali pascaPerang Korea. Pada 1970-an, Korea mengirim bantuan pangan ke Indonesia. Pada 2020, saat krisis pandemi Covid-19 menyelimuti dunia, Korea Selatan menyalurkan konsentrator oksigen dan APD ke Indonesia. Pada tahun berikutnya, ketika Korea menghadapi kekurangan urea, Indonesia mengambil langkah cepat untuk membantu.

Semenjak terjalinnya hubungan diplomatik pada 1973, lingkup kerja sama antara Korea dan Indonesia semakin diperluas, yaitu meliputi sumber daya energi, makanan dan minuman, tekstil, garmen, alas kaki, kendaraan listrik, industri pertahanan, pembangunan infrastruktur, pembangunan Ibu Kota Nusantara, industri teknologi dan informasi, e-mobility, pembangkit tenaga listrik nuklir, smart-farm, telekomunikasi, medis dan farmasi, keuangan, dan bidang legislasi. Cakrawala hubungan kerja sama antara Korea dan Indonesia tidak dapat diperluas sedemikian rupa tanpa kontribusi dan upaya dari masyarakat Korea di Indonesia dan perusahaan-perusahaan yang melangsungkan usahanya di Indonesia.

13
Sambutan Duta Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia

Bagi Korea Selatan, Indonesia adalah satu-satunya negara

di kawasan Asia Tenggara yang memiliki “Special Strategic

Partnership” sejak 2017. Perwujudan hal ini tidak terlepas dari

jalinan persahabatan yang telah lama dipupuk oleh masyarakat

Korea dan perusahaan asal Korea di tanah Indonesia. Pemerintahan

Yoon Suk-yeol secara konsisten mengakselerasi kerja sama dengan

negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia yang dinilai sebagai

mitra utama negara bagi Korea Selatan. Pemerintahan Presiden

Yoon telah mendeklarasikan “Strategi untuk Kawasan Indo-Pasifik

yang Bebas, Damai, dan Sejahtera” dan “Korea-ASEAN Solidarity

Initiative (KASI)” pada November 2022 yang diyakini akan menjadi

platform penting yang dapat membuka lembaran baru hubungan

antara Korea dan Indonesia selama 50 tahun ke depan.

Kedutaan Besar Republik Korea akan menyatukan kekuatan

dengan masyarakat Korea dan perusahaan Korea di Indonesia

agar capaian kerja sama selama setengah abad ini dapat dijadikan

bekal untuk memajukan hubungan kedua negara ke depannya.

Akhir kata, saya menyampaikan ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada Korean Association di Indonesia dan tim penulis yang berkontribusi besar dalam penerbitan buku 50

Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia: Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan dan segenap pihak Overseas Koreans

Agency yang telah memberikan bantuan dalam penerbitan buku

ini. Saya berharap dokumentasi yang berharga ini tidak sebatas

dokumentasi bersejarah, tetapi menjadi petunjuk arah dalam

perjalanan hubungan Korea dan Indonesia ke depan. ■

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

14

Prolog

Ciri khas orang Korea memang terlihat asing di Indonesia, padahal ciri khas itu tidak jauh berbeda dengan ciri khas orang

yang berasal dari Tiongkok, Arab, India, Jepang, dan Belanda yang sudah lama berhubungan dengan Indonesia. Akan tetapi, orang Korea memang memiliki ciri khas yang lebih menonjol, seperti berjalan cepat, berbicara dengan lantang, berdiri tegak, dan berjalan dengan penuh semangat. Tipikal orang Korea yang

lain adalah riang gembira, hobi ngedance, dan minum minuman

beralkohol. Orang Korea juga suka memberi perhatian ke orang

lain (disebut budaya “jeong”), tetapi mereka juga mudah marah

karena kurang sabar. Selain itu, banyak orang Korea yang

terlihat serius dalam kehidupan beragama atau dalam memeluk

kepercayaannya, seperti Kristen, Buddha, dan Konghucu. Akan

tetapi, orang Korea yang menganut agama Islam jarang ditemukan di Korea.

Sebaliknya, Indonesia dan orang Indonesia masih asing bagi orang Korea. Wilayah Indonesia yang sangat luas terdiri atas

±17.000 pulau yang membentang. Gerak-gerik orang Indonesia

terlihat lebih santai daripada orang Korea. Bagi orang Korea yang

terbiasa dengan perubahan empat musim, Indonesia serasa hanya

15
Prolog

memiliki satu musim, yaitu musim panas sepanjang tahun yang identik dengan pepohonan rindang dan hijau. Selain itu, salah satu hal yang jarang dirasakan oleh orang Korea di negaranya adalah kebudayaan Islam.

“Dari Korea?”, “Kok bisa ke Indonesia?” Pertanyaan ini sering dilontarkan kepada orang Korea yang tinggal di Indonesia. Serba-serbi Korea, termasuk budayanya, menjadi pusat perhatian di Indonesia. Banyak orang Indonesia yang ingin

belajar dan bekerja di Korea. Investasi Korea di Indonesia pun terus meningkat. Kami berharap buku ini bisa memberi informasi mengenai hal-hal seputar Korea kepada orang Indonesia.

Bapak Jang Yoon-won adalah orang Korea pertama yang merantau ke Indonesia untuk berlindung ketika negerinya sendiri, Joseon, sudah tidak bisa melindunginya karena penjajahan

Jepang. Orang Korea mengarungi lautan untuk mencari nafkah

di Indonesia setelah Pemerintah Korea Selatan berdiri. Dengan beragam tujuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, sosial, ekonomi, dan diplomasi, banyak orang Korea berkunjung

ke Indonesia. Sebaliknya, banyak orang Indonesia berkunjung

ke Korea.

Buku ini mengisahkan orang Korea dan perusahaan Korea

yang berkegiatan di Indonesia. Buku ini adalah hasil dokumentasi

yang menggambarkan jejak perkembangan hubungan diplomatik

Korea dan Indonesia, program kerja sama yang dilakukan oleh

perusahaan Korea di Indonesia dan seluk-beluk kehidupan orang

Korea di Indonesia.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

16

Masing-masing bab menceritakan diplomasi, ekonomi dan bisnis, serta orang Korea. Setiap topik diuraikan berdasarkan periode. Bagian yang melukiskan kehidupan orang Korea di Indonesia berfokus pada kegiatan yang dilakukan oleh Korean Association, Jakarta Internasional Korean School (JIKS), dan sejumlah organisasi orang Korea. Pembaca dapat membaca dari

awal sesuai dengan daftar isi, tetapi juga bisa membaca sebagian saja sesuai kebutuhan.

Bab 1 yang bertema perkembangan hubungan diplomatik

antara Korea dan Indonesia dibagi menjadi lima periode, yaitu awal mula, tahun-tahun awal, periode perkembangan, periode pematangan I, dan periode pematangan II. Setiap periode tersebut

diawali dengan ringkasan agar pembaca mengetahui sedikit gambaran sebelum membaca keseluruhannya.

Di Bab 2, pembaca dapat menelusuri perkembangan

kemajuan industri yang menjadi incaran investor Korea di Indonesia selama 50 tahun ini. Perkembangan ekonomi di Korea dan Indonesia menunjukkan bahwa Korea dan Indonesia saling mengisi dalam menuliskan sejarah pembangunan ekonomi nasional.

Bab 2 dibagi menjadi empat periode, yaitu dari rentang waktu tahun 1969, ketika investor Korea pertama tiba di tanah

Indonesia, hingga tahun 2023. Titik tolak masing-masing periode

adalah tahun 1968, 1986, 2003, dan 2018.

Selama setengah abad yang nilainya tak terungkapkan dengan

kata-kata, perusahaan Korea di Indonesia menjalani masa awal

17
Prolog

diterima di pasar Indonesia, masa perkembangan, serta masa pematangan. Orang Korea yang notabene penuh semangat

menantang diri sendiri untuk mengisi lembaran sejarah 50 tahun

dengan sikap pantang menyerah dan antusiasme. Indonesia

memiliki tempat khusus di hati masyarakat Korea karena

Indonesia sebagai negara sahabat telah memberikan “tempat persemaian” kepada perusahaan-perusahaan Korea untuk tumbuh besar.

Indonesia juga dijuluki “Negara Pertama” oleh Korea Selatan

dalam banyak hal. Pada 1968, Indonesia menjadi tujuan investasi

luar negeri pertama bagi Korea Selatan yang saat itu dilakukan

oleh KODECO, perusahaan yang bergerak di sektor perkayuan.

Pada 1973, Indonesia menjadi negara pengimpor pertama

production plant yang dibangun oleh Miwon (Daesang saat ini)

di Indonesia. Pada 1981, Indonesia menjadi mitra kerja sama

pertama bagi Korea Selatan di bidang pembangunan anjungan

lepas pantai di Blok Madura Barat. Pada 1992, Indonesia menjadi negara pertama tempat didirikannya kantor perwakilan Korea

International Cooperation Agency (KOICA, otoritas penyaluran

bantuan pembangunan internasional) di luar Korea. Indonesia

juga menjadi negara pertama yang membeli jet latih lanjut T-50

dan kapal selam buatan Korea.

Bab 3 memuat kisah perkembangan komunitas warga Korea

melalui kegiatan Korean Association, organisasi orang Korea, kantor perwakilan Pemerintah Korea, dan JIKS. Tidak hanya itu, pembaca dapat mengenal seluk-beluk kehidupan yang dijalani

warga Korea di Indonesia dengan tetap menjaga identitas sebagai

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

18

orang Korea. Namun, buku ini tidak dapat memuat semua kisah

orang Korea dari berbagai latar belakang karena penulisan buku

ini bergantung pada sumber atau catatan yang dimiliki oleh

Korean Association dan Kedutaan Besar Republik Korea (Korea Selatan) untuk Republik Indonesia.

Hubungan diplomatik Korea dan Indonesia telah berlangsung

selama setengah abad. Korea dan Indonesia memiliki hubungan

yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan di ranah diplomasi, pertahanan, ekonomi, dan bisnis. Tokoh-tokoh utama yang

dikisahkan dalam buku ini adalah para pencinta Indonesia yang

kehidupan mereka kadang kala terpengaruh dengan situasi di Indonesia.

Masyarakat Korea di Indonesia selalu ingin mengenal

masyarakat dan budaya Indonesia. Orang Korea hidup rukun di Indonesia, bahkan memandang dirinya sebagai salah satu bagian

dari masyarakat Indonesia. Melalui buku ini, warga Korea di Indonesia berharap agar senantiasa dianggap sebagai elemen

masyarakat Indonesia yang dapat saling melengkapi, bekerja sama, dan terus merajut persahabatan untuk maju bersamasama. ■

19
Prolog

Daftar Isi

21
Prakata Sahabat Sejati adalah Sahabat pada Kala Sulit 25 Bab 1 Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea 35 1. Awal Mula (1949—1972): Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia hingga Sebelum Terjalinnya Hubungan Diplomatik 37 2. Tahun-Tahun Awal (1973—1988): Pembentukan Hubungan Diplomatik hingga Masa Pemerintahan Chun Doo-hwan 64 3. Periode Perkembangan (1988—2003): Masa Pemerintahan Presiden Roh Tae-woo hingga Presiden Kim Dae-jung 73 4. Periode Pematangan Tahap I (2004—2016): Pemerintahan Presiden Roh Moo-hyun hingga Pemerintahan Presiden Park Geun-hye 90 5. Periode Pematangan Tahap II (2017 dan seterusnya): Pemerintahan Presiden Moon Jae-in dan Yoon Suk-yeol Menuju Masa Depan 105 Daftar Isi

Bab 2 Perusahaan Korea di Indonesia: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan 121

Prakata: Melewati 50 Tahun Menuju 100 Tahun melalui CEPA 121

6. Tahun-Tahun Awal (1968—1985):

Perusahaan Korea yang Bertumpu pada

7. Periode Perkembangan (1986—2002):

8. Periode Pematangan Tahap I (2003-2017):

9. Periode Pematangan Tahap II (2018 dan seterusnya):

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

22
Masuknya
Pengelolaan Sumber Daya Alam 128
Peningkatan Pesat Investasi Perusahaan Korea yang Berpusat pada Industri Manufaktur 140
Masuknya Perusahaan Korea ke Industri Teknologi dan Modal 170
Korea-Indonesia, Kerja Sama Industri Masa Depan 187
23 Bab 3 Diaspora Korea di Indonesia 211 Prakata 211 10. Awal Mula Komunitas Diaspora Korea (Akhir 1890-an hingga Awal 1960-an) 213 11. Diaspora Korea pada Tahun-Tahun Awal (1973-1988) 238 12. Diaspora Korea pada Periode Perkembangan (1988-2003) 244 13. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap I (2004-2016) 253 14. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap II (2017-saat ini) 271

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

24

Prakata

Sebuah pepatah bahasa Inggris berbunyi “a friend in need is a friend indeed” yang berarti “sahabat yang membantu pada kala sulit adalah sahabat sejati”. Dalam hidup, terkadang muncul masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri, baik yang berwujud materi maupun psikis. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia memerlukan manusia lain. Jika ditelaah, hubungan diplomatik antara Korea dan Indonesia banyak kemiripan dengan hubungan antarmanusia tersebut.

Seiring dengan berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai dengan takluknya Jepang tanpa syarat kepada Sekutu pada 15

Agustus 1945, bangsa Korea pun terbebas dari pemerintahan

kolonial Jepang dan menyambut kemerdekaan yang telah lama didambakan. Pada 15 Agustus 1948, pemerintahan sementara

Republik Korea didirikan. Berselang dua hari dari kekalahan

Jepang, yakni pada 17 Agustus 1945, Indonesia mendeklarasikan

25 Prakata
Sahabat Sejati adalah Sahabat pada Kala Sulit

kemerdekaannya. Namun, Belanda—yang pernah menduduki

Indonesia selama lebih dari 300 tahun—alih-alih mengakui

kemerdekaan Indonesia, malah berambisi menjajah.

Akibatnya, Indonesia pun melancarkan perang kemerdekaan

(Revolusi Nasional Indonesia) melawan Belanda. Pada akhirnya, setelah pertumpahan darah selama empat tahun lamanya, Belanda mengakui kedaulatan sekaligus kemerdekaan Indonesia

pada 27 Desember 1949. Hal ini menunjukkan bahwa Belanda

tidak mengakui kemerdekaan Indonesia yang diikrarkan pada 17

Agustus 1945. Tidak lama setelah peristiwa tersebut, Pemerintah

Korea Selatan memutuskan untuk mengakui kedaulatan

Indonesia. Tahun 2023 ini merupakan peringatan 50 tahun

hubungan diplomatik kedua negara yang telah terjalin sejak 1973.

Korea dan Indonesia telah saling membantu pada kala sulit dan

semakin matang dalam melewati 50 tahun persahabatan menuju

kemitraan sejati pada masa depan.

Indonesia adalah negara yang pertama kali mengulurkan

tangan saat Korea dalam kesulitan. Berdasarkan laporan bertajuk

“Bantuan Material Komunitas Internasional kepada Korea

Selatan selama Perang Korea” yang diterbitkan oleh Institute for Military History Kementerian Pertahanan Korea Selatan tahun

2013 diketahui bahwa Indonesia turut memberikan dukungan

keuangan untuk stabilitas kehidupan rakyat Korea Selatan dan pemulihan pascaperang guna menanggulangi kerugian besar akibat Perang Korea.

Pada saat itu, Indonesia bertindak sebagai mediator perdamaian di Semenanjung Korea. Saat berkunjung ke Korea

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

26

Utara pada 28—30 Maret 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri

menemui Kim Jong-il (Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea

Utara) dan Kim Yong-nam (Presiden Presidium Majelis Tertinggi

Rakyat Korea Utara) dalam rangka melanjutkan hubungan

Indonesia dengan Korea Utara yang telah terjalin sejak lama.

Sebelumnya, Megawati telah bertemu Kim Jong-il pada 1965, yaitu ketika ayah Kim Jong-il, Presiden Kim Il-sung, mengunjungi

Indonesia dan bertemu dengan Presiden Soekarno. Selepas

melawat ke Korea Utara, Presiden Megawati bertolak ke Korea

Selatan melalui rute cepat Laut Kuning. Pada 30 Maret 2002, ia

mengadakan pertemuan khusus dengan Presiden Kim Dae-jung

dan bertukar pandangan tentang isu-isu yang menjadi perhatian

bersama, termasuk hubungan Korsel-Korut, situasi politik

regional di Semenanjung Korea dan Asia Timur, serta rencana

kerja sama di kancah internasional. Pada kesempatan tersebut, Presiden Megawati menyampaikan niat Kim Jong-il untuk

mengunjungi Korea Selatan meskipun akhirnya tidak terwujud.

Perdana Menteri Korea Selatan, Lee Nak-yon, dan Wakil Perdana

Menteri Korea Utara, Ri Ryong-nam, yang duduk bersebelahan

saat pembukaan Asian Games Jakarta-Palembang pada 19 Agustus

2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno mencuri perhatian

dunia. Meskipun Konferensi Tingkat Tinggi Korsel-Korut urung

terselenggara, Presiden Joko Widodo menghadirkan kembali

suasana rekonsiliasi Korsel-Korut dengan mengadakan ramah-tamah

trilateral yang mempertemukan Perdana Menteri Korsel, Lee Nakyon, dan Wakil Perdana Menteri Korut, Ri Ryong-nam, tepat sebelum

pembukaan Asian Games 2018. Selain itu, regu pemandu sorak

27 Prakata

gabungan Korsel-Korut juga merasakan reunifikasi yang menyentuh

hati di Jakarta walau hanya sesaat.

Korea membalas kebaikan Indonesia dengan bersedia

menandatangani perjanjian peminjaman beras. Pada 30 November

1977, Menteri Pertanian dan Perikanan Korea, Choi Gak-gyu, dan

Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Sarwo Edhie Wibowo, menandatangi perjanjian peminjaman beras setelah Pemerintah

Indonesia meminta dengan sangat kepada Korea untuk memberi

bantuan berupa pinjaman beras pada Oktober 1977. Saat itu, situasi politik dan sosial di Indonesia sedang tidak stabil karena beberapa wilayah di Indonesia kekurangan pangan akibat gagal

panen yang dipengaruhi oleh faktor alam. Pemerintah Korea

Selatan pun memutuskan untuk meminjamkan 70.000 ton beras

guna mengatasi kekurangan pangan di Indonesia. Pengiriman

beras pertama dilakukan pada Desember tahun yang sama.

Bagi Korea Selatan yang merupakan negara pengimpor beras, meminjamkan beras kepada negara lain merupakan pengalaman

pertama sepanjang sejarah negara tersebut berdiri. Hal tersebut

dapat dilakukan karena Korea Selatan menggalakkan “Gerakan

Saemaul” yang berhasil merevolusi teknologi pertanian Korea

dan berkat panen raya berturut-turut yang membuat stok beras melimpah, bahkan melampaui swasembada.

Pada saat gempa bumi dahsyat mengguncang lepas

pantai barat Provinsi Aceh, Indonesia, pada 26 Desember

2004 yang memicu tsunami besar dan menyebabkan ±200.000

korban tewas dan hilang, Pemerintah Korea beserta organisasi

nonpemerintah (LSM) dengan tanggap dan cepat memberikan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

28

bantuan kemanusiaan. Kapal suplai Angkatan Laut Korea yang mengangkut alat berat yang dibutuhkan di lapangan segera

bertolak menuju daerah terdampak. Selain itu, Pemerintah

Korea melalui Korea International Cooperation Agency (KOICA)

membangun rumah sakit dan sekolah di wilayah yang terdampak

serta mendorong kegiatan pemulihan dan pencegahan, seperti pemasangan sistem peringatan dini tsunami dan penanaman bakau. Kantor KOICA di Jakarta yang dibangun pada 1 September

1992 merupakan kantor KOICA luar negeri pertama. Hal ini merepresentasikan persahabatan Korea-Indonesia.

Di tengah wabah Covid-19 pada 2020, Korea tidak hanya mengirim pasokan bahan anti-epidemi ke Indonesia, tetapi juga

mewujudkan kerja sama pengadaan baju APD. Hal tersebut

menegaskan kembali peran Korea sebagai “sahabat sejati”

Indonesia. Pada saat itu, Pemerintah Korea memprioritaskan

Indonesia sebagai negara penerima bantuan kemanusiaan darurat

dan memberikan bantuan darurat senilai USD500.000. Selama

pandemi Covid-19, Korea-Indonesia telah menjalin sejumlah

kerja sama khusus. Salah satu kerja sama khusus yang paling

menonjol adalah pengadaan baju APD. Pengadaan baju APD tersebut merupakan ide dari Kedutaan Besar Korea Selatan untuk

Indonesia. Ide itu diyakini dapat mengatasi krisis pasokan baju

APD di Indonesia.

Wabah Covid-19 pada 2020 memang membuat tenaga medis

Indonesia kekurangan baju APD sehingga sebagian dari mereka

hanya mengenakan jas hujan plastik saat mengangkut dan merawat pasien, padahal tenaga medis merupakan garda terdepan

29 Prakata

dalam penanganan wabah Covid-19. Pemerintah Korea Selatan

dan Pemerintah Indonesia pun kemudian bekerja sama dalam hal

pengadaan baju APD untuk para tenaga medis. Sejak terjadi wabah

Covid-19, Pemerintah Indonesia mengeluarkan larangan ekspor perlengkapan medis. Akan tetapi, terkait dengan kerja sama

pengadaan APD tersebut, Pemerintah Indonesia memberikan

izin khusus kepada perusahaan garmen Korea di Indonesia yang

memproduksi pakaian APD untuk mengekspor pakaian APD ke

Korea. Sebaliknya, Pemerintah Korea memerintahkan kepada perusahaan garmen Korea tersebut untuk memberikan sebagian

baju APD yang telah diproduksi kepada Indonesia.

Krisis moneter yang terjadi di Korea dan Indonesia secara bersamaan pada 1997 membuat perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia juga mengalami krisis. Pergolakan situasi politik, ekonomi, dan sosial menyebabkan kondisi dalam negeri Indonesia sangat tidak stabil. Komunitas diaspora Korea di Indonesia pun mengalami ketidakstabilan. Tragedi Mei 1998 menyebabkan perusahaan-perusahaan asing menarik diri dari Indonesia. Pada saat itu, lima ribu orang Korea dievakuasi. Namun, sebagian besar pengusaha Korea tetap mempertahankan perusahaan beserta karyawannya. Sejak saat itu, penduduk setempat menganggap orang Korea yang tetap bersama mereka pada masa sulit sebagai

“sahabat sejati”.

Kerja sama Korea-Indonesia sebagai perwujudan “sahabat sejati”, baik di tingkat pemerintahan maupun swasta, tak terhitung. Salah satu kerja sama yang tidak kalah penting terjalin pada tahun 1960-an di bidang kehutanan. Pada saat itu,

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

30

Pemerintah Indonesia memberikan izin kepada perusahaan

Korea untuk mengembangkan hutan di Indonesia. Hal ini

kemudian mendorong industri kayu olahan di Korea memasuki

masa kejayaannya. Sebaliknya, pendirian pabrik kayu lapis

di Indonesia oleh perusahaan Korea membuka peluang bagi

Indonesia untuk menumbuhkan industri kayu lapisnya sendiri.

Korea dan Indonesia telah saling memengaruhi dan bekerja

sama dalam berbagai bidang, bahkan kerja sama antarkedua

negara pada masa sulit justru menjadi kerja sama yang paling

bermanfaat dan penuh makna. Sahabat sejati adalah sahabat di kala sulit. ■

31 Prakata

Bab 1

Lima Puluh Tahun

Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea

Bab 1

1. Awal Mula (1949—1972)

2. Tahun-Tahun Awal (1973—1988)

3. Periode Perkembangan (1988-2003)

4. Periode Pematangan Tahap I (2004-2016)

5. Periode Pematangan Tahap II (2017 dan seterusnya)

Bab 1

Lima Puluh Tahun

Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Dengan berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai oleh

kekalahan Kekaisaran Jepang pada 15 Agustus 1945, bangsa Korea mendapatkan kembali kemerdekaannya. Berselang dua hari, yaitu pada 17 Agustus 1945, Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya.

Sejak pembentukan pemerintahan pada 15 Agustus 1948, Republik Korea semakin aktif menjalin hubungan dengan

negara-negara Asia yang baru merdeka, termasuk mengakui

kedaulatan Indonesia pada 1949. Namun, pada awal 1960, yakni

ketika Korea Utara lebih dahulu mengembangkan hubungan

dengan Indonesia, termasuk menjalin hubungan diplomatik

dan pertemuan antarkepala negara, Korea Selatan tidak banyak

mengembangkan hubungan resminya dengan Indonesia. Baru pada 1966, kedua negara menjalin hubungan konsuler.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

35
1
Bab

Dalam situasi ini, upaya perusahaan Korea Selatan untuk

masuk ke Indonesia guna mengembangkan hutan justru

membuahkan hasil, yaitu berupa pertemuan antara Kim Jongpil, Kepala Central Intelligence Agency Korea Selatan (sekarang

Badan Intelijen Nasional) dengan Presiden Soekarno pada

1962. Pada 1964, tim survei hutan Pemerintah Korea Selatan

mengunjungi Indonesia dan bertemu dengan Presiden Soekarno.

Pada tahun yang sama, Subianto, kepala eksekutif partai yang

berkuasa di Indonesia pada masa itu, bersama dengan Nyonya

Sadikin, dan putri angkat Presiden Soekarno melawat ke Korea

Selatan untuk menemui Presiden Park Chung-hee dalam rangka

mengeratkan hubungan kedua negara.

Pada 1965, pergolakan politik di Indonesia yang ditandai

dengan peristiwa G30S/PKI membangkitkan rezim Soeharto

yang pro-Amerika dan anti-komunis. Hal tersebut membuat

hubungan persahabatan antara Indonesia dan Korea Utara

melemah secara drastis. Namun, di sisi lain, kondisi ini

justru menguntungkan Korea Selatan dan Indonesia dalam

meningkatkan hubungan kerja samanya. Hal ini terbukti dengan

dijalinnya hubungan konsuler Korea Selatan-Indonesia pada 1

Desember 1966 yang membuka pintu kerja sama pembangunan

kedua negara secara resmi.

Pada 18 September 1973, hubungan diplomatik Korea

Selatan-Indonesia berkembang ke tingkat duta besar. Hal ini

menjadikan Indonesia sebagai negara Asia pertama yang memiliki

dua Kedutaan Besar Korea, yakni Korea Selatan dan Korea Utara.

Sejak saat itu, hubungan bilateral antarkedua negara berkembang

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

36

dalam berbagai bidang, antara lain, diplomasi dan keamanan, perdagangan, investasi, serta pertukaran budaya dan sumber daya manusia. Hubungan bilateral tersebut kemudian meningkat

menjadi “Kemitraan Strategis” pada 2006 dan semakin erat pada 2017 dengan menjadi “Kemitraan Strategis Khusus”.

1. Awal Mula (1949—1972): Pengakuan Kedaulatan Republik

Indonesia hingga Sebelum Terjalinnya Hubungan

Diplomatik

a) Perang Diplomatik dengan Korea Utara: Awal yang

Tertatih-Tatih

Setelah membentuk pemerintahan pada 1948, Republik Korea giat menjalin hubungan dengan negara-negara Asia yang baru merdeka. Tujuan utamanya adalah untuk mengakui kedaulatan negara-negara Asia tersebut, termasuk Indonesia (Korea Selatan

mengakui kedaulatan Indonesia pada 30 Desember 1949) dan menjalin hubungan persahabatan.

Selama Perang Dingin antara Blok Barat dan Timur pada

1950-an dan awal 1960-an, Korea Utara melancarkan gerilya diplomasi terhadap negara-negara nonkomunis dan negaranegara Dunia Ketiga. Selain itu, Korea Utara menjalin hubungan persahabatan secara intensif dengan Indonesia yang pada saat itu berperan penting dalam pembentukan “Gerakan Non-Blok”.

Hubungan antara Korea Utara dan Indonesia pun berkembang

pesat, termasuk dalam hubungan diplomatik dan pertemuan tingkat kepala negara.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

37 Bab 1

Perkembangan hubungan kedua negara tersebut mulai tampak ketika Korea Utara mendirikan kantor perwakilan dagang di Indonesia; Pemerintah Indonesia mengutus beberapa seniman

Indonesia untuk berkunjung ke Korea Utara pada Agustus 1958; dan dibentuknya Asosiasi Persahabatan Indonesia-Korea Utara

pada Juni 1959. Selain itu, pada Juni 1960, beberapa wartawan

Indonesia berkunjung ke Korea Utara. Pada Juni 1961, Konsulat

Jenderal Korea Utara di Indonesia dibuka. Pada akhirnya, hubungan diplomatik tingkat duta besar pun terjalin pada April 1964.

Pada 1964, Presiden Soekarno berkunjung ke Korea Utara.

Kunjungan tersebut dibalas oleh pemimpin Korea Utara Kim Ilsung dengan melawat ke Indonesia pada April 1965 bersama Kim

Jong-il. Sementara itu, Presiden Korea Selatan Chun Doo-hwan

berkunjung ke Indonesia pada Juni 1981 dan Presiden Indonesia, Soeharto, melawat ke Korea Selatan pada 1982. Lawatan masingmasing presiden tersebut adalah diplomasi tingkat kepala negara pertama antarkedua negara.

Pada saat Presiden Soekarno berkunjung ke Korea Utara

tahun 1964, Presiden Kim Il-sung mengeluarkan pernyataan tentang perlunya membentuk koalisi persatuan rakyat tertindas guna melawan imperialisme dan neokolonialisme. Kunjungan

Presiden Kim Il-sung ke Indonesia pada 1965 adalah kunjungan pertamanya ke negara nonkomunis. Hal ini menunjukkan

pentingnya meningkatkan hubungan diplomatik dengan

Indonesia pada masa itu.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

38

Kepemimpinan Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika

di Bandung tahun 1955 (tidak dihadiri oleh Korea Utara)

yang kemudian menjadi dasar pendirian Gerakan NonBlok membuat Korea Utara semakin menyadari pentingnya memantapkan hubungan diplomatik dengan Indonesia. Pada

tahun 1956, Presiden Kim Il-sung mulai menyatakan minat dan kepentingannya untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara nonkomunis dengan mengacu pada prinsip Konferensi Asia Afrika.

b) Awal Hubungan Korea Selatan dan Indonesia: Pembukaan

Konsulat Jenderal

Hubungan Indonesia dan Korea Utara berkembang pesat dari tahun 1950-an hingga awal 1960-an. Sementara itu, hubungan Korea Selatan dan Indonesia mulai berkembang

dengan terjalinnya komunikasi antarpejabat tinggi untuk per-

tama kalinya meskipun berjalan lambat.

Dalam dokumen terbitan Kementerian Luar Negeri Korea

Selatan tertanggal 6 Juli 1962 tercatat bahwa Indonesia menolak

kunjungan misi persahabatan Korea Selatan pada Juni 1960 dan menolak utusan negara dari Korea Selatan yang membawa misi ekonomi pada Maret 1962. Indonesia dinilai merasa terbebani

ketika harus membangun hubungan dengan Korea Selatan di tengah berkembang pesatnya hubungan Indonesia dengan Korea

Utara. Pada saat itu, hubungan Indonesia dengan Korea Utara telah

sampai pada pembentukan hubungan konsuler Indonesia-Korea

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

39 Bab 1

Utara pada tahun 1961 dan pembentukan hubungan diplomatik di tingkat duta besar pada tahun 1964.

Namun demikian, komunikasi antara Korea Selatan dan Indonesia bukan berarti tidak terjalin sama sekali. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertukaran di bidang budaya dan olahraga. Pada April 1962, Lee Sang-baek dan Walter Chung

berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri pertemuan komite

tetap Olimpiade Asia dan bertemu dengan Menteri Olahraga

Indonesia pada saat itu, yakni Maladi. Maladi berjanji akan mengusulkan penjalinan hubungan diplomatik dengan Korea

Selatan kepada Presiden Soekarno. Pada Mei 1962, klub sepak

bola Korea Selatan mengunjungi Indonesia dalam rangka latihan uji coba dan mengikuti pertandingan persahabatan.

Walaupun kunjungan pejabat tinggi Korea Selatan ke

Indonesia belum terlaksana di tengah pesatnya kemajuan

hubungan Indonesia-Korea Utara, komunikasi di tingkat

ekonomi antara pejabat tinggi Indonesia dengan pejabat tinggi

Korea Selatan tetap terjalin pada awal 1960-an atas prakarsa

perusahaan Korea Selatan, yakni Korea Development Co, Ltd (KODECO). KODECO didirikan di Indonesia untuk

melakukan pengembangan sumber daya hutan. Choi Gye-wol, Ketua KODECO, adalah pengusaha Korea Selatan pertama

yang bertemu dengan Presiden Soekarno pada Januari 1962. Ia

kemudian memprakarsai pertemuan antara Direktur Central Intelligence Agency, Kim Jong-pil, dengan Presiden Soekarno di

Tokyo, Jepang pada Februari 1962.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

40

Tim Survei Hutan dari Korea bertemu dengan Presiden Soekarno dalam kunjungan kehormatan ke Indonesia pada 1964. Chairman Choi Gye-wol (paling kanan)

Sumber Foto: Warga Korea, Kim Young-man

Bapak Subianto (kader partai yang berkuasa saat itu) bersama dengan anak angkat Presiden Soekarno (Nyonya Sadikin) melakukan kunjungan kehormatan ke Korea Selatan dan bertemu dengan Presiden Park Chung-hee dalam rangka menghadiri pertemuan Asosiasi Kehutanan. Lee Hu-rak (Kepala Staf Presiden Park, paling kanan), Presiden Park Chung-hee (dari kanan kedua)

Sumber Foto: Warga Korea, Kim Young-man

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

41 Bab 1

Pada Juli 1963, sebagai pejabat utusan pertama Pemerintah

Korea Selatan yang mengunjungi Indonesia, tim survei hutan

bersama dengan Choi Gye-wol menghadap Presiden Soekarno.

Pada 1964, Subianto, kepala eksekutif partai yang berkuasa di Indonesia pada masa itu, bersama Nyonya Sadikin dan putri

angkat Presiden Soekarno berkunjung ke Korea Selatan untuk

berunding dengan Asosiasi Kehutanan Korea Selatan dan menemui Presiden Park Chung-hee.

Pada 1965, seiring dengan runtuhnya Partai Komunis

Indonesia (PKI) akibat G30S/PKI, rezim Soeharto yang proAmerika dan anti-komunis terbentuk. Hal ini secara otomatis

melemahkan hubungan Indonesia dengan Korea Utara. Namun, di sisi lain, situasi ini berdampak positif bagi pertumbuhan

hubungan Korea Selatan dan Indonesia.

Pada Desember 1966 (17 tahun setelah pengakuan kedaulatan

Indonesia), Pemerintah Korea Selatan menugaskan Minister di Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Thailand Lee Chang-hee pada saat itu yang kemudian ditunjuk sebagai Konsul Jenderal pertama untuk Indonesia ke Jakarta untuk menerima persetujuan pendirian Konsulat Jenderal Korea Selatan di Indonesia.

Pada 1966, Pemerintah Korea Selatan mengeluarkan kebijakan untuk tidak menjalin kerja sama dengan negara-negara yang telah lebih dahulu menjalin hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Berdasarkan kebijakan tersebut, pendirian konsulat

jenderal di negara yang di dalamnya telah terdapat Kedutaan

Besar Korea Utara merupakan hal yang tidak lazim bagi Korea Selatan. Akan tetapi, pada saat itu, Pemerintah Korea Selatan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

42

sedang melancarkan gerilya diplomatik ke negara-negara Asia

Tenggara, termasuk Indonesia. Krisis politik pascaperistiwa

G30S/PKI 1965 yang mengakibatkan berkurangnya pergerakan

Korea Utara di Indonesia dipandang sebagai waktu yang

tepat bagi Korea Selatan untuk membuka konsulat jenderal di Indonesia.

Dua tahun kemudian, yaitu pada 1968, Indonesia membuka konsulat jenderal di Seoul dan menunjuk Soekamto Sayidiman

sebagai konsul jenderal pertama. Konsul jenderal berikutnya

adalah Leonardus Benny Moerdani, seorang tokoh terkenal di kalangan diaspora Korea di Indonesia. Pada 1973, ketika

hubungan Korea Selatan-Indonesia berkembang ke tingkat duta besar, Benny Moerdani ditunjuk sebagai Chargé d’Affaires ad Interim Indonesia untuk Korea Selatan.

43 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Jenderal Benny Moerdani

Tokoh Penting Sejarah Modern Indonesia yang Pro-Korea

Jenderal Benny Moerdani (1932—

2004) adalah salah satu tokoh yang selalu muncul tiap kali Indonesia mengalami pergolakan pascakemerdekaan. Sebagai salah satu tokoh terkemuka yang pro-Korea, ia memiliki hubungan istimewa dengan Korea.

Pria yang lahir di Jawa Tengah tahun

1932 ini dilantik sebagai Letnan Dua Angkatan Darat pada tahun 1956.

Sejak mengikuti latihan operasi spesial di Amerika Serikat pada tahun

1961, Benny Moerdani menjadi perwira Kopassus yang senantiasa berada di garis depan. Ia adalah tokoh sentral yang meredam berbagai

aksi pemberontakan, seperti PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik

Indonesia) di Sumatra dan Sulawesi pada 1964; komando operasi militer di 1; dan kudeta PKI yang berujung pada peristiwa G30S/PKI

1965 selama pemerintahan Presiden Soekarno. Sementara itu, pada pemerintahan Presiden Soeharto, Benny Moerdani berhasil meredam

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

44

kerusuhan Malari; demonstrasi anti-Jepang yang terjadi selama

kunjungan Perdana Menteri Jepang, Tanaka, ke Indonesia pada Januari 1974; krisis Timor Timur pada 1975; pembajakan maskapai Garuda

Indonesia pada 1981; dan peristiwa Tanjung Priok (Masjid As Saadah) pada 1984.

Pada 1971, Benny Moerdani mulai menjalin hubungan dengan

Korea, yaitu ketika ia diangkat sebagai Konsul Jenderal Indonesia

kedua. Pada saat itu, ia masih menyandang status Kolonel Angkatan

Darat. Ia tinggal di Korea selama lebih dari tiga tahun, belajar budaya

dan bahasa Korea, serta bergaul dengan orang Korea. Pada 1973, ketika hubungan Korea-Indonesia meningkat ke level duta besar, Benny Moerdani diangkat sebagai Chargé d’Affaires ad Interim.

Setelah kembali ke Indonesia pada Januari 1974, Benny Moerdani memegang jabatan-jabatan penting, seperti Kepala

Intelijen, Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, dan Menteri Pertahanan. Tokoh yang berkuasa dalam pemerintahan

Presiden Soeharto ini memiliki hubungan erat dengan komunitas

diaspora Korea di Indonesia. Ia akrab dengan komunitas diaspora

Korea dan mensponsori perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia.

Benny Moerdani telah menorehkan prestasi gemilang, baik dalam

pembangunan militer maupun ekonomi kedua negara. Ia berperan

serta dalam impor komoditi militer seperti amunisi dan seragam

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

45
Bab1

tempur dari Korea, serta ikut andil dalam berpartisipasinya Korea pada

proyek ekplorasi dan ekploitasi ladang migas di Madura.

Jenderal Benny adalah salah satu tokoh penting dalam

pemerintahan Soeharto. Namun, persaingannya dengan Prabowo

Subianto (menantu Soeharto) membuat hubungan Benny dan Soeharto merenggang. Benny Moerdani pun terpaksa lengser dari

dunia politik pada 1993, yakni ketika Soeharto sedang mempersiapkan

pengangkatan dirinya sebagai Presiden Indonesia untuk keenam kalinya. ■

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

46

Wawancara Lee Sang-deok

Duta Besar Republik Korea

untuk Republik Indonesia

Lee Sang-deok berfoto dengan Menteri Luar Negeri

Indonesia Retno Marsudi pada kunjungan kehormatan pertamanya seusai penyerahan Surat Kepercayaan kepada Presiden Jokowi pada 20 Februari 2023.

Sumber Foto: Kedutaan Besar Republik Korea untuk RI

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

47
Bab1

Hubungan diplomatik Korea dan Indonesia menginjak usia emas

atau 50 tahun pada tahun 2023 ini. Bagaimana penilaian Bapak Dubes terkait dengan hubungan kedua negara tersebut?

Saya mendapat tugas sebagai Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia per 4 Januari 2023. Bagi saya, penempatan pada tahun ini penuh makna karena Korea dan Indonesia memperingati 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik. Sebelum resmi menjalin hubungan diplomatik, Korea dan Indonesia sudah mulai melakukan kegiatan pertukaran dan kerja sama. Semenjak dibangunnya hubungan diplomatik, yaitu selama 50 tahun terakhir ini, hubungan kerja sama kedua negara berkembang secara menyeluruh, baik di bidang sosiopolitik dan ekonomi maupun bidang kebudayaan.

Saya sangat bangga dengan masyarakat Korea di Indonesia. Jauh sebelum Korea dan Indonesia menjalin hubungan diplomatik, orang Korea yang bernama Jang Yoon-won tercatat telah menginjakkan kakinya di Batavia pada 1920. Semenjak itulah masyarakat Korea di Indonesia tumbuh besar seiring berjalannya jejak sejarah modern Indonesia.

Memperingati “usia emas” hubungan diplomatik kedua negara, saya sangat berharap masyarakat Korea di Indonesia senantiasa merajut semangat kebersamaan menuju 50 tahun ke depan sehingga

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

48

kedua negara dapat mengisi lembaran 100 tahun sejarah hubungan yang semakin beragam.

Apa makna yang tersirat dalam Kemitraan Strategis Khusus atau

Special Strategic Partnership antara Korea dan Indonesia, khususnya

pada saat kedua negara memasuki 50 tahun hubungan diplomatik?

Apa yang menjadi fokus perhatian Duta Besar Lee dalam memajukan

hubungan kedua negara? Apa pendapat Bapak terkait dengan kebutuhan ekspansi lingkup kerja sama?

Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki Kemitraan Strategis Khusus dengan Korea Selatan.

Selain itu, Indonesia dipandang sebagai negara yang memiliki potensi kerja sama yang tak terbatas. Potensi kerja sama antara Korea Selatan dan Indonesia juga dapat terus digali. Dalam beberapa waktu terakhir, kedua negara telah membangun fondasi untuk meningkatkan kerja

sama melalui sejumlah pertemuan tingkat tinggi, seperti dalam

kunjungan Presiden Jokowi ke Korea dan kunjungan Presiden Yoon ke

Bali pada KTT G20 tahun lalu serta pertemuan kedua presiden pada G7

Hirosima di Jepang pada Mei tahun ini.

Beragam pertemuan diplomasi penting digelar di Indonesia tahun

2023, termasuk peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Korea dan Indonesia serta KTT ASEAN yang diketuai oleh Indonesia. Sebagai Duta

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

49
Bab1

Besar Korea Selatan untuk Indonesia, saya akan berupaya menjadikan momen-momen penting tersebut sebagai titik tolak untuk memajukan hubungan kedua negara secara signifikan.

Kerja sama dengan Indonesia bukanlah sebuah pilihan, tetapi sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi Korea Selatan di tengah

dinamisnya perubahan situasi global, seperti konflik antara Amerika

Serikat dan Tiongkok serta rekonstruksi rantai pasok global.

Hubungan Korea dan Indonesia semakin erat dengan mengalirnya investasi berskala besar oleh perusahaan Korea ke Indonesia, khususnya pada proyek pembangunan ekosistem kendaraan listrik dan pembangunan Ibu Kota Nusantara di Indonesia. Kini kerja sama

kedua negara tidak hanya sebatas pada sektor manufaktur, seperti garmen. Proyek pengembangan jet tempur KF-21/IF-X yang mewakili

kerja sama Korea dan Indonesia di sektor industri pertahanan diharapkan akan semakin diintensifkan karena kedua negara telah bersama-sama melewati berbagai tantangan.

Indonesia memiliki tenaga kerja yang unggul dan sumber daya

yang melimpah, yang menjadi penopang dalam pengembangan industri manufaktur. Namun, sebagaimana diketahui oleh masyarakat

Korea di Indonesia, potensi pertumbuhan Indonesia tidak hanya

terbatas pada sektor manufaktur. Dewasa ini, revolusi industri 1.0 hingga 4.0 terjadi secara bersamaan. Indonesia terus-menerus

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

50

melakukan akselerasi terkait dengan transformasi digital dan transisi energi. Terkait dengan hal tersebut, Korea dan Indonesia harus semakin memperluas lingkup kerja sama yang saling menguntungkan, seperti di bidang IT; kesehatan, medis, dan bio-health; mitigasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan; serta pengembangan EBT.

Di bidang kebudayaan, tenarnya budaya Korea di Indonesia melalui gelombang budaya hallyu menjadi bekal bagi kedua negara dalam memajukan hubungannya. Namun, hal yang harus diperhatikan adalah pertukaran budaya harus menjadi “media interaktif” bagi masyarakat di kedua negara. Artinya, interaksi antarbudaya harus dapat dilakukan secara seimbang. Saya ingin menggarisbawahi bahwa masyarakat Korea di Indonesia harus menghargai budaya Indonesia dan mengenalkannya kepada masyarakat Korea untuk menjaga keseimbangan. Agar hubungan kedua negara dapat semakin diperluas dan ditingkatkan serta berada di jalur yang tepat, dibutuhkan peranan dari semua elemen masyarakat Korea di Indonesia, termasuk komunitas warga Korea dan pengusaha.

Dengan diberlakukannya Indonesia-Korea Compre-hensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) per Januari 2023, kerja sama ekonomi antarkedua negara diharapkan akan mengalami ekspansi

yang signifikan. Menurut Bapak Duta Besar, akan seperti apakah hubungan kerja sama ekonomi kedua negara ke depannya?

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

51
Bab1

Berlakunya IK-CEPA per Januari tahun 2023 menjadi kegembiraan tersendiri karena tahun ini juga kedua negara memasuki 50 tahun peringatan hubungan diplomatik. IK-CEPA tidak hanya menjadi tanda perayaan hubungan “emas” kedua negara, tetapi juga wujud kemajuan besar yang bisa menjadi lompatan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara secara lebih konkret.

Selain memperbesar potensi peningkatan perdagangan kedua negara, IK-CEPA juga diharapkan akan berperan penting dalam penguatan rantai pasok global. Nilai perdagangan antara Korea dan Indonesia sebelum berlakunya IK-CEPA pun sudah mengalami tren peningkatan, yaitu USD13,9 miliar (tahun 2020), USD19,2 miliar (tahun 2021), dan USD26 miliar (tahun 2022). Dengan adanya IKCEPA, pembebasan tarif akan diterapkan juga pada komoditas ekspor unggulan Korea, seperti produk baja, komponen otomotif, komponen permesinan, dan produk petrokimia. Hal tersebut diperkirakan akan mendorong peningkatan daya saing perusahaan Korea dan penambahan ekspor ke depan. Saya berharap, pada tahun emas ini, nilai perdagangan Korea dan Indonesia dapat menembus USD30 miliar dan dalam lima tahun ke depan meningkat menjadi USD50 miliar.

Berbicara tentang kerja sama ekonomi dengan Indonesia, hal yang tidak dapat kita lupakan adalah kerja sama terkait dengan rantai pasok. Gangguan dan rekonstruksi rantai pasok global yang terjadi

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

52

akibat situasi eksternal, seperti persaingan antara AS dan Tiongkok dan perang Ukraina menjadi kenyataan yang tak terelakkan bagi seluruh

penjuru dunia. Di tengah situasi ini, Indonesia yang memiliki sumber daya yang melimpah menjadi mitra penting bagi Korea Selatan dalam mempertahankan kestabilan rantai pasok.

Saya rasa masyarakat Korea di Indonesia masih ingat saat Korea

Selatan mendapat bantuan dari Indonesia karena kekurangan urea

pada 2021 yang disebabkan pelarangan ekspor dari Tiongkok. Pada

Desember 2021, sebagai hasil komunikasi yang intensif antara

Pemerintah Korea Selatan dengan pemerintah dan perusahaan

Indonesia, Indonesia sepakat untuk menyalurkan urea sebanyak

120.000 ton selama tiga tahun ke depan kepada Korea, yakni sepertiga

dari rata-rata permintaan per tahun dalam negeri Korea pada waktu itu.

Tanpa kestabilan rantai pasok, Korea Selatan tidak dapat mewujudkan

pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, kerja sama dengan

Indonesia akan terus kami perkuat ke depannya.

Tidak hanya di bidang rantai pasok saja, Indonesia juga menjadi

mitra kunci bagi Korea Selatan dalam bidang kendaraan listrik dan baterai sekunder yang menjadi incaran seluruh negara karena

berorientasi pada masa depan. Hyundai Motor Group melalui Hyundai

Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) telah selesai mem-bangun

pabrik pada Maret 2022 dan sedang memproduksi kendaraan listrik

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

53
Bab1

Ioniq 5. Bersamaan dengan itu, Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution menjadi mitra Indonesia dalam proyek patungan untuk pembangunan pabrik sel baterai (battery cell). Rencananya, produksi sel baterai akan dilakukan mulai tahun depan. Selain itu, Hyundai juga sedang membangun pabrik battery pack untuk memasang baterai dari pabrik patungan tersebut ke kendaraan. Dari hulu ke hilir dalam ekosistem kendaraan listrik, yaitu dari sel baterai, sistem baterai, hingga produksi kendaraan listrik, semua akan dikelola oleh perusahaan Korea Selatan di Indonesia.

Adapun proyek lain yang dimotori oleh LG Energy Solution sedang dalam proses persiapan investasi. Grand Consortium yang dipimpin oleh LG Energy Solution akan melakukan penambangan nikel, prekursor dan katoda, hingga produksi sel baterai. Jika proyek ini terealisasi, Korea Selatan atas kerja sama dengan Indonesia akan membangun ekosistem kendaraan listrik-baterai ter-integrasi (end to end) di Indonesia.

Kerja sama ekonomi yang sedang dan akan berjalan antara Korea dan Indonesia tidak bisa saya sebutkan satu per satu pada kesempatan yang terbatas ini. Lingkup kerja sama antarkedua negara sangat beragam, sebut saja e-mobility, Pembangkit Listrik

Tenaga Nuklir, alat dan mesin pertanian, telekomunikasi, medis, farmasi, perbankan, dan legislasi. Yang ingin saya tekankan adalah

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

54

bahwa kerja sama ekonomi antara Korea dan Indonesia tidak sebatas bilateral, tetapi mencakup pula seluruh kawasan Indo-Pasifik.

Sebanyak tiga puluh perusahaan perbankan, sekuritas, dan

asuransi Korea Selatan juga berminat dengan pasar Indonesia, bahkan

sejumlah firma hukum ternama telah masuk ke Indonesia. Kegiatan

usaha dari sektor-sektor tersebut menunjukkan bahwa Indonesia

sebagai negara utama di kawasan ASEAN mendapat tempat penting di hati para pengusaha Korea Selatan dalam membidik pasar ASEAN.

Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia akan bertanggung

jawab dalam memantapkan upaya sales diplomacy di Indonesia, layaknya “Republic of Korea’s No.1 salesperson.” Kami akan senantiasa

terbuka untuk berkomunikasi dengan perusahaan dan masyarakat Korea di Indonesia.

Sengitnya persaingan strategis antara AS dan Tiongkok serta perang

Rusia-Ukraina yang berkepanjangan menyebabkan gangguan rantai pasok global. Indonesia tentu menjadi negara yang sangat penting

bagi Korea Selatan terkait dengan isu rantai pasok global tersebut.

Kerja sama seperti apa yang harus dijalankan oleh kedua negara

dalam konteks penguatan rantai pasok global?

Berdasarkan daftar cadangan sumber daya mineral diketahui

bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

55
Bab1

mineral, yakni nikel (terbanyak sedunia), timah (peringkat 2), emas (peringkat 5), bauksit (peringkat 6), batu bara (peringkat 7), dan tembaga (peringkat 9). Kalimat pendek yang kami usung pada era ketahanan ini adalah “Ekonomi adalah ketahanan. Ketahanan adalah ekonomi.” Indonesia menjadi mitra kunci dalam bidang

rantai pasok. Dalam rangka memperkuat kerja sama terkait dengan

rantai pasok, kedua negara telah mengadakan Joint Committee on Economic Cooperation (JCEC) dan dialog investasi tingkat petinggi

untuk menjaga ketersediaan sumber daya mineral dan bahan baku. Selain itu, dilakukan juga penandatanganan MoU kerja sama terkait dengan critical minerals (mineral kritis) pada tahun lalu.

Pada Mei tahun lalu, Korea dan Indonesia, sebagai anggota IndoPacific Economic Framework (IPEF) yang beranggotakan 14 negara, ikut menyelesaikan perundingan rantai pasok (Pillar II). Dengan

demikian, telah ada fondasi kerja sama rantai pasok.

Pembangunan ekosistem kendaraan listrik yang merupakan program nasional Indonesia juga tak kalah penting dalam konteks

rantai pasok. Sumber daya mineral Indonesia dan teknologi Korea

dapat bersinergi untuk membuahkan hasil yang tak terbayangkan

dalam kerja sama rantai pasok. Pada tahun lalu, Hyundai Motor Group melalui HMMI mulai memproduksi Ioniq 5 di Indonesia yang

menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di kawasan ASEAN yang

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

56

memproduksi kendaraan listrik. Indonesia juga akan menjadi negara

produsen pertama baterai kendaran listrik di kawasan ASEAN karena

baterai kendaraan listrik dari pabrik patungan LG Energy Solution dan

Hyundai Motor Group akan diproduksi mulai April tahun depan. Selain

LG Energy Solution (Grand Package Investment), beberapa perusahaan

lain dari Korea Selatan yang sedang merencanakan investasi dalam

pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia adalah SK, Posco, dan LX Internasional.

Program pembangunan ekosistem kendaraan listrik merupakan

program nasional yang diprioritaskan oleh Pemerintah Indonesia

sehingga penyusunan dan pembenahan kebijakan yang terkait

dengan program tersebut sedang diupayakan. Program tersebut

dinilai sebagai bentuk kerja sama yang dapat mewakili hubungan

kerja sama ekonomi kedua negara. Oleh karena itu, Pemerintah

Korea dan Kedutaan Besar Korea Selatan akan terus mempererat

kerja sama dengan Pemerintah Indonesia agar dapat memfasilitasi

dan memberi bantuan kepada para pelaku usaha yang terlibat dalam

pembangunan ekosistem kendaraan listrik.

Perusahaan besar yang beroperasi di Indonesia memiliki SDM

yang cukup untuk melakukan langkah bisnis sesuai dengan kebijakan

Pemerintah Indonesia, seperti mendapatkan informasi dari pasar atau

lapangan, hingga mencari calon mitra kerja sama. Berbeda dengan

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

57
Bab1

perusahaan besar, UMKM masih mengalami keterbatasan dalam

berbagai aspek sehingga fasilitas ataupun dukungan untuk UMKM

dan perusahaan yang dikelola pengusaha asal Korea Selatan perlu

ditingkatkan. Bagaimana tanggapan Bapak Duta Besar?

Beberapa waktu terakhir ini, banyak megaproyek yang sedang

berjalan di Indonesia seiring masuknya perusahaan besar dari Korea

Selatan yang berbondong-bondong berinvestasi di Indonesia. Peranan

UMKM dan perusahaan yang dikelola oleh orang Korea pun tak kalah

penting karena mereka memberikan kontribusi pada pertumbuhan

ekonomi Indonesia dan ikut tumbuh serta besar di Indonesia.

Berpegang pada pandangan itulah, Kedutaan Besar Korea Selatan

untuk Indonesia senantiasa berupaya membantu mengurangi kendala

yang dihadapi UMKM dan para pelaku usaha dari Korea Selatan yang

berbisnis di Indonesia. Sebagai wujud upaya tersebut, kami telah

membentuk “Team Korea” yang beranggotakan lembaga Pemerintah

Korea terkait, perusahaan investor, pelaku usaha dari Korea Selatan

yang telah lama beroperasi di Indonesia, dan Korean Association. Selain

itu, kami juga mengadakan pertemuan secara berkala untuk menjaring

aspirasi dan mencarikan solusi atas kendala yang dialami perusahaan

Korea di Indonesia. Tidak hanya di Jakarta, dalam pertemuan tatap

muka dengan para pelaku usaha di berbagai daerah di Indonesia, kami

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

58

juga memberikan penyuluhan di bidang perpajakan, bea cukai, dan ketenagakerjaan

Masyarakat Korea di Indonesia yang berjumlah ±25.000 orang

merupakan komunitas penduduk asing terbesar dan menjadi teladan bagi komunitas lain karena semangat kebersamaan dan solidaritas

yang kokoh. Kedutaan Besar Republik Korea bersama dengan

masyarakat Korea di Indonesia akan selalu menyatukan langkah

dengan memanfaatkan jejaring manusia yang telah terbangun untuk

memberikan bantuan kepada UMKM dan para pelaku usaha dari Korea Selatan di Indonesia.

Beberapa waktu lalu “Overseas Koreans Agency” telah dibentuk. Apa

saja layanan yang diberikan untuk para warga Korea di luar negeri?

Peresmian Overseas Koreans Agency pada 5 Juni 2023 bukanlah

cita-cita lama yang dimiliki oleh 7,5 juta diaspora Korea di seluruh

penjuru dunia, tetapi juga salah satu janji politik Presiden Yoon Sukyeol. Lembaga ini akan bertanggung jawab melindungi diaspora Korea secara lebih komprehensif dan sistematis.

Sebagaimana disampaikan oleh Presiden Yoon dalam pidato sambutan pada upacara peresmiannya, Overseas Koreans Agency akan menjadi pelindung yang andal bagi diaspora Korea, sesuai dengan

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

59
Bab1

kedudukan bangsa dan negara di kancah internasional. Negara akan merangkul kelompok yang selama ini kurang mendapat perhatian, seperti keluarga blasteran, warga Korea yang menjadi anak angkat oleh keluarga orang asing, dan orang Korea yang berkewarganegaran asing namun tinggal di Korea.

Overseas Koreans Agency akan proaktif dalam bertugas sebagai penghubung yang mendorong kerja sama dan kegiatan pertukaran antara diaspora di luar negeri dan Korea Selatan agar generasi penerus kita dapat membanggakan identitasnya sebagai orang Korea dan menjalin tali silaturahmi yang baik dengan tanah airnya.

Kedutaan Besar Korea Selatan juga akan terus berkoordinasi

dengan Overseas Koreans Agency agar dapat memberikan layanan yang semakin berkualitas, termasuk layanan kekonsuleran bagi warga

Korea di Indonesia. Kedutaan Besar Korea Selatan akan bertanggung

jawab penuh dalam menjalankan peran agar manfaat dari keberadaan Overseas Koreans Agency dapat dirasakan langsung oleh warga Korea di Indonesia.

Apa saja agenda prioritas dari Bapak Duta Besar, khususnya dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat Korea di Indonesia?

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

60

Mengikuti pasang surut dalam sejarah modern Korea, masyarakat Korea di Indonesia mampu bertahan, bahkan tumbuh dan berkembang terus-menerus. Tanpa pengorbanan dan kerja keras dari Korean Association yang menjadi pilar utama dalam masyarakat Korea di Indonesia, para senior dari komunitas warga Korea, dan para pengusaha Korea, masyarakat Korea di Indonesia tidak akan bisa memiliki nama baik seperti saat ini.

Saat krisis keuangan Asia menimpa pada 1998, masyarakat dan perusahaan Korea yang ada di Indonesia tidak menarik diri dari Indonesia seperti komunitas lain, tetapi justru bertahan untuk meningkatkan produktivitas, bahkan mengubah krisis menjadi peluang baru. Pada masa itu, Komite Dagang dan Industri yang masih berada di bawah naungan Korean Association mengalami ekspansi dan perombakan. Komite Dagang dan Industri yang telah dirombak kemudian berubah

menjadi Korean Chamber of Commerce and Industry in Indonesia (KOCHAM). Dengan terbentuknya KOCHAM, bantuan dan dukungan untuk para pelaku usaha dapat diberikan secara lebih sistematis.

Masyarakat Korea di Indonesia telah ikut andil dalam meningkatkan citra dan kedudukan orang Korea di Indonesia serta mempererat hubungan bilateral, khususnya saat masa pandemi

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

61
Bab1

Covid-19 tahun 2021. Atas dasar semangat gotong royong, masyarakat Korea membulatkan niat untuk menyalurkan bantuan berupa masker dan peralatan medis, termasuk oxygen concentrator dan ventilator.

Peningkatan layanan kekonsuleran agar dapat memberikan

manfaat yang maksimal menjadi tugas dan tanggung jawab

Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia. Bersama dengan masyarakat Korea di Indonesia, kami akan selalu mengupayakan hal tersebut. Terlebih lagi, berdasarkan kerja sama yang baik dengan Overseas Koreans Agency, kami juga akan berupaya maksimal untuk memberikan layanan kekonsuleran yang berkualitas dan sesuai dengan kedudukan negara.

Selain itu, pelindungan diaspora akan menjadi fokus utama kami. Buku berjudul Medical Guide Book yang diterbitkan tahun lalu akan direvisi dan disediakan dalam bentuk e-book. Pada Juli lalu, Safety Guidebook juga telah diterbitkan sebagai bentuk perlindungan warga di luar Korea. Kami juga akan senantiasa bersiaga dalam memberikan informasi terkini dan bantuan darurat sebelum terjadi bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, seperti gempa bumi, banjir, dan tanah longsor. Saat teror atau tindak kejahatan terjadi, kami telah memiliki saluran komunikasi dengan otoritas setempat untuk bekerja sama menanggulangi hal tersebut.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

62

Mempertahankan solidaritas dan memajukan masyarakat

Korea di Indonesia menjadi tugas saya juga. Untuk mewujudkan

hal tersebut, saya akan memberikan bantuan dan dukungan penuh

kepada perkumpulan orang Korea, termasuk Korean Association, KOCHAM, dan Sekolah Korea. Kedutaan Besar Korea Selatan akan

selalu siap dan terbuka untuk memberikan dukungan dan bantuan

yang diperlukan agar masyarakat Korea di Indonesia dapat hidup

rukun dan mapan di tengah masyarakat Indonesia.■

63
Bab1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

2. Tahun-Tahun Awal (1973—1988): Pembentukan Hubungan

Diplomatik hingga Masa Pemerintahan Chun Doo-hwan

a) Hubungan Atas Dasar Kepercayaan dan Kerja Sama

Pada 18 September 1973, Korea dan Indonesia secara resmi menjalin hubungan diplomatik. Peristiwa ini dinilai sebagai

contoh konkret diplomasi aktif Korea Selatan dalam rangka mempertahankan dominasi atas Korea Utara di komunitas internasional. Dengan demikian, Indonesia menjadi negara

pertama di Asia yang memiliki dua kedutaan besar Korea, yakni Korea Selatan dan Korea Utara. Hubungan diplomatik dengan

Indonesia diharapkan berdampak besar bagi Korea Selatan, yaitu meningkatkan dukungan dan hubungan dengan negara-negara nonblok lainnya.

Pada Juni 1981, Presiden Korea pertama, Chun Doo-hwan, berkunjung ke Indonesia dan membahas pengembangan

hubungan bilateral serta kerja sama ekonomi kedua negara.

Tahun berikutnya, Oktober 1982, Presiden Soeharto melakukan kunjungan balasan ke Korea Selatan. Kunjungan ini merupakan

lawatan pertama Presiden Indonesia ke Korea Selatan yang sekaligus menegaskan kembali hubungan kerja sama dan kepercayaan antarkedua negara.

Selama periode ini, perusahaan Korea aktif memasuki pasar

dalam negeri Indonesia. Perusahaan manufaktur, seperti Miwon dan Hanil Cement (PT Hanil Jaya) mengikuti jejak KODECO, (perusahaan pengembangan hutan Korea yang pertama kali berinvestasi di Indonesia) dengan membuka pabrik di Indonesia.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

64

Di bidang konstruksi, perusahaan Korea, seperti Samhwan Corporation, Shinhan Engineering, Daelim Industries, Hyundai

E&C, dan Gyeongnam Corporation juga ikut meramaikan pasar

Indonesia. Selain itu, di bidang pendidikan, didirikan Jakarta International Korean School (JIKS) untuk memfasilitasi pendidikan

bagi putra-putri ekspatriat yang menetap di Indonesia.

Pada 18 September 1973, Korea dan Indonesia masing-masing menunjuk Chargé d’Affaires ad Interim. Hal ini dilakukan karena

status konsulat jenderal berubah menjadi kedutaan besar. Korea

menunjuk Kim Jwa-gyeom dan Indonesia menunjuk Benny

Moerdani. Pada 23 Oktober 1973, Pemerintah Korea menunjuk

Konjen Kim Jwa-gyeom sebagai Duta Besar pertama untuk

Indonesia. Sementara itu, Indonesia mengangkat Sarwo Edhie

Wibowo sebagai Duta Besar pertama untuk Republik Korea pada 18 April 1974.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Korea,

65 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia Presiden Park Chung-hee menerima Surat Kredensial dari Sumber Foto: 한인도네시아외교 40년사

Sarwo Edhie Wibowo

Duta Besar Republik Indonesia Pertama

untuk Republik Korea

(Mertua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ayah dari Ibu Negara, Ani Yudhoyono)

Sarwo Edhie Wibowo diangkat sebagai Duta Besar Indonesia

pertama untuk Republik Korea pada 18 April 1974. Ia menjabat

selama empat tahun. Sarwo Edhie Wibowo (1925—1989) lahir di Purworejo, Jawa Tengah. Ia dibesarkan di tengah keluarga aristokrat

pada masa pendudukan Belanda. Ia meniti karier sebagai prajurit

setelah mendaftarkan diri sebagai prajurit PETA (Pembela Tanah Air)

yang didirikan oleh tentara Jepang.

Pada 1965, Sarwo Edhie bersama Soeharto berhasil menumpas

kudeta “Gerakan 30 September 1965” yang dipimpin oleh PKI. Sarwo

Edhie kemudian menduduki puncak kekuasaan sebagai pejabat nomor

satu rezim Soeharto. Akan tetapi, ia pensiun setelah menjabat sebagai

Wakil Komandan Resimen Akademi Militer Nasional, Komandan

RPKAD, dan Gubernur AKABRI. Saat menjabat di Akademi Militer

Nasional, Sarwo Edhi berhasil mendidik Susilo Bambang Yudhoyono

sehingga menjadi lulusan terbaik. Sarwo Edhie Wibowo kemudian

diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Republik Korea pada 18

April 1974.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

66

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Korea Selatan

awalnya berlokasi di Itaewon, Seoul. Namun, Presiden Park Chunghee menjual tanah yang dikhususkan untuk pembangunan kedutaan

besar di Yeouido kepada Indonesia. Saat itu, kawasan Yeouido masih

dalam tahap awal pembangunan gedung perkantoran dan apartemen.

Sekarang, KBRI yang terletak di Yeouido memiliki nilai aset yang tinggi.

Pada waktu itu, Duta Besar Republik Indonesia, Sarwo Edhie Wibowo, sering kali diundang oleh Presiden Park Chung-hee untuk menghadiri pertemuan ramah-tamah di Blue House.

Ibu Ani (Kristiani Herrawati), putri ketiga Sarwo Edhie dari tujuh bersaudara, dikenal sebagai tokoh yang pro-Korea. Ia mempelajari

bahasa serta budaya Korea selama tinggal di Korea. Saat Sarwo Edhie

menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea dan tinggal di Seoul pada tahun 1976, Ibu Ani menikah dengan Susilo Bambang

Yudhoyono yang saat itu berpangkat Letnan Satu dalam jenjang

Perwira Pertama kemiliteran di Indonesia. Dengan dilantiknya Susilo

Bambang Yudhoyono sebagai presiden pertama terpilih melalui

pemilu, hubungan Korea dengan Indonesia semakin erat dari segi politik, ekonomi, dan industri pertahanan.

Ibu Ani Yudhoyono sempat mengenyam pendidikan di Sekolah

Tinggi Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Jakarta pada

tahun 1973. Akan tetapi, ia berhenti pada tahun ketiga karena harus mengikuti ayahnya tinggal di Korea. Ibu Ani lulus dari Jurusan Ilmu

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

67
Bab1

Politik Universitas Terbuka pada tahun 1998. Kisah asmara Ibu Ani dan Presiden SBY sempat menarik perhatian masyarakat. SBY yang saat itu sedang menempuh pendidikan di Amerika Serikat, dalam perjalanan pulang ke tanah air Indonesia singgah terlebih dahulu di Seoul untuk menemui tunangannya, yaitu Ibu Ani. Pasangan ini menikah pada tahun

1976 dan dikaruniai dua orang putra. Putra pertama yang bernama

Agus Harimurti Yudhoyono adalah mantan perwira militer Indonesia yang sekarang berkecimpung di dunia politik. Adapun putra kedua yang bernama Edhie Baskoro Yudhoyono adalah seorang politikus. Ibu Ani Yudhoyono tutup usia pada tahun 2019.

Sarwo Edhie yang menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia

untuk Korea Selatan berpesan kepada SBY yang saat itu masih menjadi calon menantunya. Pesan yang berbunyi, “Saya tersentuh oleh dinamisme dan kemandirian rakyat Korea. Jadilah seperti mereka,”

Ibu Negara Korea

Selatan, Yuk Youngsoo (istri Presiden Park Chung-hee), melakukan pertemuan ramah-tamah dengan Ibu Sunarti Sri Hadiyah (istri Dubes Sarwo Edhie Wibowo) pada 1974.

Sumber Foto: 한인도네시아외교

40년사

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

68

b) Hubungan Militer pada Tahun-Tahun Awal dan Peminjaman

Beras ke Indonesia

Hubungan militer Korea Selatan-Indonesia bermula pada

awal 1970-an yang ditandai dengan lawatan oleh masing-masing pejabat tinggi militer kedua negara. Pada Oktober 1970, Jenderal

Panggabean selaku Panglima Komando Operasi Pemulihan

Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) Indonesia mengunjungi

Korea atas undangan Kepala Staf Gabungan, Shim Heungsun. Dalam pertemuan kedua pejabat tinggi militer tersebut dilakukan perundingan militer. Pada Januari 1972, Kepala Staf

Angkatan Darat, Jenderal Suh Jong-cheol, beserta rombongannya

mengunjungi Indonesia untuk memenuhi undangan TNI

Angkatan Darat Indonesia.

Pada Mei 1973, Kepala Staf Angkatan Udara Korea, Laksamana Ok Man-ho, melawat ke Indonesia. Pada Agustus

tahun yang sama, Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia, Laksamana Basarah, berkunjung ke Korea. Hubungan yang semakin intensif antara pejabat tinggi militer kedua negara tersebut disikapi oleh Korea Selatan dengan mengirim Atase

Pertahanan untuk bertugas di Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia pada tahun 1974.

Pada 30 November 1977, Menteri Pertanian dan Perikanan

Korea, Choi Gak-gyu, dan Duta Besar Indonesia untuk Republik

Korea, Sarwo Edhie Wibowo, menandatangani perjanjian peminjaman beras. Perjanjian ini dilakukan setelah Pemerintah

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

69 Bab 1

Indonesia meminta dengan sangat agar Pemerintah Korea memberi bantuan berupa pinjaman beras. Pada saat itu, beberapa

wilayah di Indonesia mengalami kekurangan pangan akibat gagal panen beras karena faktor alam. Hal tersebut membuat Indonesia mengalami ketidakstabilan politik dan sosial.

Setelah mencermati masalah yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia, Pemerintah Korea dengan segera memutuskan untuk meminjamkan 70.000 ton beras kepada Indonesia guna

menanggulangi krisis kekurangan pangan. Pengiriman beras dilakukan pada Desember 1977. Kemampuan Korea Selatan untuk membantu Indonesia tidak lepas dari kesuksesan “Gerakan

Saemaul” yang berhasil merevolusi teknologi pertanian Korea. Keberhasilan tersebut membuat Korea panen raya berturut-turut sehingga stok beras melimpah, bahkan melampaui swasembada.

c) Kunjungan Perdana Presiden Korea ke Indonesia dan Kunjungan Perdana Presiden Indonesia ke Korea

Pada tahun 1980-an, Pemerintah Korea secara aktif melakukan diversifikasi diplomatik seiring berkembangnya kekuatan negara.

Presiden Chun Doo-hwan adalah Presiden Korea pertama yang melakukan runtunan lawatan ke lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina) pada 25 Juni hingga

9 Juli 1981. Negara pertama yang dikunjungi ialah Indonesia. Kunjungan ini merupakan lawatan pertama kepala negara Korea ke Indonesia.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

70

Dalam pernyataan bersama yang disampaikan setelah KTT

antarkedua negara, Presiden Soeharto dan Presiden Chun Doohwan bertukar pikiran mengenai perdamaian dan keamanan di Asia Timur serta Asia Tenggara yang memiliki hubungan erat dan sangat dibutuhkan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dunia. Pada kesempatan itu, Indonesia menyatakan setuju dengan gagasan Presiden Chun Doo-hwan tentang KTT Korea SelatanKorea Utara serta pendapat Pemerintah Korea Selatan tentang

bergabungnya Korea Selatan-Korea Utara dalam keanggotaan resmi PBB pada waktu yang sama.

Presiden Chun Doo-hwan dan Presiden Soeharto mengakui bahwa simbiosis mutualisme di bidang ekonomi yang semakin berkembang akan menguntungkan kedua negara. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk mengintensifkan kerja sama di bidang ekonomi, termasuk perdagangan dan investasi.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

71 Bab 1
KTT antara Presiden Chun Doo-hwan dan Presiden Soeharto pada Oktober 1982. Presiden Soeharto menjadi Presiden Indonesia pertama yang berkunjung ke Korea Selatan. Sumber Foto: 한인도네시아외교 40년사

Pada 16 Oktober 1982, Presiden Soeharto melakukan

kunjungan resmi ke Republik Korea selama empat hari atas

undangan Presiden Chun Doo-hwan. Kunjungan ini merupakan

lawatan sekaligus kunjungan balasan pertama yang dilakukan

oleh Presiden Indonesia ke Korea sejak Presiden Chun Doo-hwan

melawat ke Indonesia pada tahun 1981.

Presiden Soeharto memuji upaya Korea Selatan dalam

mewujudkan reunifikasi damai di Semenanjung Korea. Pada

kesempatan itu, ia juga mendukung pelaksanaan KTT Korea

Selatan-Korea Utara serta berjanji akan mendukung akselerasi

keanggotaan Korea Selatan dan Korea Utara di PBB menjadi

anggota resmi.

Presiden Chun Doo-hwan menyatakan kesediaan Pemerintah

Korea Selatan untuk bekerja sama dalam pendirian pusat

pelatihan kejuruan di Indonesia. Hal itu dilakukan sebagai

tanda peningkatan hubungan kerja sama antara negara-negara

berkembang di kawasan Asia Pasifik. Selain itu, Presiden Chun

Doo-hwan dan Presiden Soeharto sepakat untuk mengintensifkan joint venture di sektor swasta.

d) Kota Kembar Korea dan Indonesia

Pada 25 Juli 1984, Walikota Seoul, Yeom Bo-hyun, berkunjung

ke Jakarta untuk menghadiri upacara penandatanganan kerja

sama “Kota Kembar” dengan Gubernur Jakarta, Suprapto. Kerja

sama ini adalah kerja sama “Kota Kembar” pertama antara

pemerintah daerah kedua negara. Pada Juni 1985, kelompok

kesenian rakyat Indonesia tampil di Seoul dan pada Oktober tahun

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

72

yang sama, Seoul Metropolitan Dance Company mengunjungi Jakarta untuk mementaskan tari buchaechum dan salpuri.

Akhir-akhir ini pun, Korea dan Indonesia masih aktif menjalin hubungan di tingkat pemerintahan daerah. Hingga tahun 2022, selain Jakarta-Seoul, 28 pemerintah daerah, antara lain, Bali-Jeju, kota metropolitan Surabaya-Busan, dan Provinsi Jawa TimurProvinsi Gyeongsangnam-do telah menjalin kerja sama “Kota Kembar”. Dalam kerja sama tersebut, kerja sama di bidang ekonomi dan budaya antarpemerintah daerah berkembang setiap tahunnya.

3. Periode Perkembangan (1988—2003): Masa Pemerintahan

Presiden Roh Tae-Woo hingga Presiden Kim Dae-jung

a) Semangat Kerja Sama yang Semakin Membara Beserta Capaiannya

Pada periode ini, kerangka kelembagaan dibentuk untuk meningkatkan perluasan kerja sama antarkedua negara. Momentum pembangunan diciptakan sebagai lompatan ke tahap yang lebih tinggi. Hubungan kedua negara pun berkembang dinamis di berbagai bidang.

Korea-Indonesia semakin aktif berkomunikasi melalui lawatan resmi dalam diplomasi tingkat tinggi guna memperluas ruang lingkup kerja sama antarkedua negara. Lawatan resmi ke Indonesia dilakukan oleh Presiden Roh Tae-woo, Kim Young-sam, dan Kim Dae-jung. Adapun lawatan resmi ke Korea dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

73 Bab 1

Sejak tahun 1987, demokratisasi, menguatnya gerakan serikat buruh, dan kenaikan upah buruh yang meroket di Korea mempercepat ekspansi industri padat karya (industri garmen dan sepatu) ke luar negeri. Indonesia pun menjadi negara tujuan investasi utama. Berbagai perjanjian yang terkait dengan investasi guna memperluas ekspansi perusahaan Korea di Indonesia ditandatangani. Maskapai penerbangan kedua negara pun membuka jalur penerbangan dari dan menuju masing-masing negara.

b) Kunjungan Resmi Presiden Roh Tae-woo: Momentum Baru

Pengembangan Hubungan Kerja Sama

Presiden Roh Tae-woo melakukan kunjungan resmi ke

Indonesia selama lima hari, yakni 8-12 November 1988. Dalam

kunjungan tersebut, Presiden Roh dan Presiden Soeharto

menyepakati kesepakatan pemberian bantuan keuangan

oleh Pemerintah Korea kepada Indonesia untuk membangun

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

74
KTT antara Presiden Roh Tae-woo dan Presiden Soeharto di Istana Kepresidenan, Jakarta (10/11/1988). Sumber Foto: 한인도네시아외교40년사

infrastruktur (misal: pembangunan jalan di Padang, ibu kota Provinsi Sumatra Barat). Sebagai timbal baliknya, Pemerintah

Indonesia akan melibatkan Korea untuk ikut andil dalam Rencana

Pembangunan Lima Tahun Ke-5 (1989—1994) di bidang teknologi dan modal. Selain itu, disepakati pula pengembangan sumber daya bersama sebagai salah satu mekanisme kelembagaan untuk mendorong investasi perusahaan Korea di Indonesia dan perjanjian penjaminan investasi awal.

Kunjungan Presiden Roh yang awalnya dijadwalkan pada Agustus harus ditunda karena pelaksanaan Olimpiade Seoul. Presiden Roh dan Presiden Soeharto menyempatkan bermain golf sembari membicarakan hal-hal yang belum sempat dibahas selama KTT. Presiden Soeharto menyatakan harapannya untuk dapat menerapkan model pembangunan Korea di Indonesia.

Tahun 1989 adalah tahun saat Korea mulai melancarkan diplomasinya di Asia Tenggara. Seiring dengan tumbuhnya

komunitas ekonomi regional di kawasan Amerika Utara dan pertumbuhan Eropa menjadi Kawasan Ekonomi Eksklusif, negara-negara di kawasan Asia Pasifik pun merasakan perlunya

liberalisasi perdagangan dan penguatan kerja sama. Hal tersebut

kemudian mendorong dilaksanakannya pertemuan tingkat

menteri yang membahas kerja sama ekonomi Asia-Pacific/APEC

(Asia Pacific Economic Cooperation) pada Januari 1989 yang

kemudian berkembang menjadi KTT pada tahun 1993.

Pada 2 November 1989, Menteri Luar Negeri Korea, Choi Hochung, menandatangani Nota Kesepakatan dengan Menteri Luar

Negeri Indonesia, Ali Alatas (pada saat itu menjabat sebagai Ketua

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

75 Bab 1

Komite Tetap ASEAN) di Sekretariat ASEAN. Penandatanganan

Nota Kesepakatan tersebut bertujuan untuk membentuk sistem

konsultatif Republik Korea-ASEAN. Republik Korea ditunjuk sebagai mitra wicara di sektor perdagangan, investasi, dan pariwisata. Dua tahun kemudian, yakni pada 1991, Korea Selatan

diangkat menjadi mitra wicara penuh.

Presiden Soeharto dan Presiden Roh bertemu kembali pada

24 September 1992 di Majelis Umum PBB, New York. Presiden

Roh Tae-woo mengecam pengembangan nuklir Korea Utara dan menganggapnya sebagai masalah yang sangat serius. Terkait hal tersebut, ia mengajak Indonesia untuk bekerja sama menghentikan pengembangan nuklir Korea Utara.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

76

Sofjan Wanandi

Aktivis, Pebisnis, dan Pro-Korea Sejati

Pada 17 Januari 2020, Sofjan Wanandi

menghadiri upacara peresmian patung dada

Choi Gye-wol (Ketua Korean Association di Indonesia sekaligus Chairman KODECO)

dan pembagian beasiswa di Jakarta

International Korean School (JIKS). Acara

ini membuat Sofjan Wanandi mengenang

Sofjan Wanandi

Sumber Foto: Daily Indonesia

kembali pertemuannya dengan Choi Gyewol. “Saya pertama kali bertemu Mr. Choi pada tahun 1968”, kenangnya.

Kehidupan Sofjan Wanandi cukup unik. Ia lahir dari orang tua

keturunan Tionghoa di kota kecil Sawahlunto, Sumatra Barat. Sofjan

menghabiskan masa kecilnya hingga SMP dengan tinggal di toko

kelontong milik orang tuanya. Ibunya, Catrina Setiadi, mengatakan

bahwa Sofjan muda gemar bermain di luar, terutama bermain kelereng

sehingga membuatnya malas mengerjakan PR di rumah. Kakak tertua

Sofjan, Yusuf Wanandi, mengenang ayahnya yang berwatak keras

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

77
Bab1

dengan mengatakan, “Jika salah satu dari kami melakukan kesalahan, ayah pasti menghukum kami semua.” Yusuf menambahkan, “Kami tiga bersaudara laki-laki, jika saya atau William (kakak laki-laki kedua Sofjan) melakukan kesalahan, Sofjan yang paling kecil pun ikut kena getahnya. Jadi, saya selalu merasa kasihan kepada Sofjan kecil. Sekarang, kalau dipikir-pikir, mungkin itulah yang membuat Sofjan menjadi yang terkuat di antara kami bertiga.”

Santini Group yang didirikan Sofjan adalah perusahaan raksasa yang bergerak di bidang asuransi, manufaktur baterai otomotif, farmasi, dan bidang lainnya. Kini perusahaan ini mempekerjakan 15.000 pekerja. Selama beberapa tahun berkecimpung di Kamar Dagang dan

Industri Indonesia (KADIN), Sofjan Wanandi juga menjabat sebagai Ketua Dewan Umum Pemilik Usaha (Apindo, 2008—2013). Pribadinya yang supel membuat Sofjan ditunjuk sebagai juru bicara pengusaha

Tionghoa Indonesia. Ia berkontribusi besar dalam perbaikan lingkungan bisnis di Indonesia serta peningkatan perdagangan antarnegara dengan menjembatani hubungan para pengusaha dengan pemerintah, khususnya investor asing. Sofjan adalah tokoh penting sejak zaman Presiden Soekarno, Soeharto, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Joko Widodo.

Selain sebagai pengusaha, Sofjan Wanandi dikenal sebagai aktivis politik di Indonesia. Setelah menjadi mahasiswa UI

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

78

(Universitas Indonesia), ia aktif dalam gerakan mahasiswa pada 1965, tahun di mana kondisi Indonesia sedang bergejolak hebat akibat gerakan PKI. Selama PKI berjaya pada pertengahan 1960an, banyak keturunan Cina yang memilih untuk bersembunyi di rumah karena takut dituduh sebagai antek komunis. Namun, Sofjan dengan statusnya sebagai Ketua Gerakan Pemuda Kristen Jakarta justru berada di garis depan gerakan mahasiswa dan mengkritik pemerintahan Soekarno. Begitulah Sofjan Wanandi dikenang oleh teman-teman seangkatannya (angkatan tahun 1966).

Sofjan Wanandi aktif dalam dunia politik pada usia 20-an, yakni pada tahun-tahun awal Orde Baru. Ia lalu menjadi anggota parlemen karena persahabatannya dengan rekan dekat Soeharto, yaitu Ali Murtopo dan Sudjono Hoemardani. Sofjan juga ikut andil di Center for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah “think tank” pada pemerintahan Soeharto. Ia juga berperan dalam pengarahan dan pengambilan kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia. Sofjan dan saudara kandung laki-lakinya, Yusuf Wanandi, adalah pendiri CSIS.

Sebagai pribadi yang kritis, Sofjan sering membuat lawannya tidak berdaya dengan kritik tajam yang disampaikan. Menteri Keuangan Sri

Mulyani Indrawati adalah salah satu orang yang tidak berdaya akibat kritik tajam Sofjan Wanandi. Sri Mulyani, tokoh di balik reformasi ekonomi pada pemerintahan Presiden SBY, berkata, “Kritik Sofjan

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

79
Bab1

sering membuat saya tidak berdaya. Setelah mendengar ucapan Sofjan, rasanya semua yang saya lakukan tidak tepat dan segala upaya menjadi tidak cukup baik. Namun, kenyataannya, kritik Sofjan memotivasi saya untuk berubah.”

Menjelang usia 80 tahun, Sofjan Wanandi menjadi kepala tim penasihat ekonomi Wakil Presiden Yusuf Kalla selama lima tahun, yakni sejak 2014. Saat ini, ia menduduki posisi sebagai penasihat dalam hal isu-isu kritis ekonomi negara. Ia juga telah menyerahkan manajemen Grup Santini kepada kedua putranya. ■

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

80

c) Membangun Momentum Kerja Sama melalui Official Development Assistance (ODA): Pembukaan Kantor Luar

Negeri KOICA Pertama

Pemberian bantuan pembangunan resmi (ODA, Official Development Assistance) oleh Republik Korea menjadi dasar

hubungan kepercayaan antara Korea dan Indonesia dan berfungsi sebagai katalis untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, masyarakat, dan budaya.

Setelah pendirian EDCF (Economic Development Cooperation Fund, Dana Kerja Sama Ekonomi Asing) oleh Pemerintah Korea

pada Juni 1987, proyek bantuan dana pertama yang diterima oleh

Indonesia adalah pembangunan jalan bypass di Padang, Sumatra Barat (Desember 1987). Pada 1 September 1992, kantor pertama

Korea International Cooperation Agency (KOICA) dibuka di Jakarta, Indonesia. Setelah berdiri, KOICA gencar mensponsori program bantuan gratis.

KOICA mengadakan pelatihan di Korea, menjalankan proyek penelitian pengembangan, mengirimkan sukarelawan ke luar negeri, memberi bantuan darurat ke luar negeri, dan mengadakan proyek kerja sama LSM. KOICA mengoordinasi pengiriman sukarelawan ke seluruh penjuru Indonesia di bawah nama “Korea Overseas Volunteer”. Sukarelawan ini bergerak di berbagai

bidang, seperti pelatihan bahasa Korea, komputer, kecantikan, taekwondo, pendidikan anak usia dini, dan pengembangan daerah. Kemudian, pada tahun 2010, tim relawan KOICA mengganti namanya menjadi World Friends Korea. Sampai saat

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

81 Bab 1

ini, World Friends Korea telah menjalin persahabatan dengan masyarakat di berbagai penjuru Indonesia.

Pertemuan ramah-tamah antara Presiden Kim Young-sam dan Presiden Soeharto pada November 1994 di Istana Kepresidenan, Jakarta. Sumber Foto:

d) Kunjungan Presiden Kim Young-sam dan Kim Dae-jung ke Indonesia

Menjelang KTT APEC kedua di Bogor pada November 1994,

Presiden Kim Young-sam melakukan kunjungan kenegaraan

ke Indonesia dan mengadakan pertemuan dengan Presiden

Soeharto. Kedua kepala negara tersebut memfokuskan

pembicaraan pada kerja sama penyelesaian masalah nuklir Korea

Utara dan memastikan kestabilan pasokan gas alam cair (LNG).

Terkait dengan nuklir Korea Utara, Presiden Kim Young-sam

menyatakan bahwa Perjanjian Jenewa telah memberi dasar untuk

solusi nuklir, tetapi hal terpenting yang harus ditekankan adalah

kesungguhan Korea Utara dalam menaati perjanjian tersebut.

Presiden Soeharto mengatakan bahwa Korea Utara harus menaati

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

82
한인도네시아외교 40년사

Perjanjian Jenewa dan berharap perdamaian dapat terwujud di Semenanjung Korea.

Terkait dengan ekspor LNG dari Indonesia ke Korea, Presiden

Kim Young-sam menyebut rasionalisasi harga dan pasokan yang stabil sebagai hal penting. Presiden Soeharto menyetujui hal tersebut dan berkomitmen akan mengkajinya. Sehari

sebelum KTT, Menteri Riset dan Teknologi dari kedua negara menandatangani Letter of Intent untuk kerja sama nuklir. Pada 23

November 1994, yakni setelah kembali ke Korea, Presiden Kim

Young-sam berbicara dengan Presiden Soeharto melalui telepon. Ia mengapresiasi peran Presiden Soeharto sebagai ketua APEC; tentang hasil KTT APEC, dan memastikan kembali pasokan gas LNG Indonesia.

Selama masa pemerintahan Presiden Kim Dae-jung, KTT

terus diadakan demi mengembangkan kerja sama baru yang

selaras dengan nilai yang dijunjung bersama serta untuk mendorong demokrasi dan ekonomi pasar. Pada 27 November 1999, Presiden Kim Dae-jung dan Presiden Abdurrahman Wahid menyempatkan waktu untuk mengadakan pembicaraan empat

mata di sela kegiatan KTT ASEAN+3 di Manila, Filipina. Presiden

Kim Dae-jung sangat menghargai keberanian Indonesia untuk mengakui kemerdekaan Timor-Leste. Ia juga menekankan bahwa

pengerahan pasukan Korea ke Timor-Leste berkontribusi pada stabilitas regional. Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa Aceh berbeda dengan Timor-Leste. Secara historis dan geografis, Aceh merupakan bagian dari Indonesia sehingga ia

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

83 Bab 1

menentang keras kemerdekaan Aceh. Pada saat itu, komunitas

diaspora Korea di Indonesia memasang iklan di media Korea

yang berisi penentangan pengiriman pasukan militer Korea

ke Timor Timur. Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Korea

kemudian menjelaskan bahwa pengiriman pasukan militer Korea

dilakukan atas permintaan resmi PBB dan Pemerintah Indonesia

demi menjaga perdamaian di Timor Timur.

KTT antara Presiden Kim Dae-jung dan Presiden Abdurrahman Wahid di Kantor Kepresidenan Korea (Cheong Wa Dae) pada November 2000.

Sumber Foto: 한인도네시아외교 40년사

e) Kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid ke Korea Selatan

serta Kunjungan Presiden Megawati ke Korea Selatan dan Korea Utara

Presiden Abdurrahman Wahid melawat ke Republik Korea

pada Februari 2000. Lawatan Ini adalah kunjungan presiden

Indonesia ke Korea setelah sekian lama. Lawatan terakhir Presiden

Indonesia ke Korea adalah lawatan Presiden Soeharto pada 1982.

Dalam kunjungan tersebut, presiden kedua negara membahas

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

84

promosi hubungan persahabatan dan kerja sama antarkedua negara serta upaya-upaya bersama untuk mengatasi krisis

ekonomi di Asia Timur dan situasi politik regional, termasuk di Semenanjung Korea.

Utara, Presiden Megawati sebagai perantara diplomasi melakukan lawatan ke Korea Selatan.

Sumber Foto : 한인니외교40년사

Saat berkunjung ke Korea Utara pada 28—30 Maret 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri menemui Kim Jong-il (Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara) dan Kim Yong-nam

(Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat Korea Utara).

Lawatan ini dilakukan dalam rangka melanjutkan hubungan

Indonesia dengan Korea Utara yang telah terjalin sejak lama.

Sebelumnya, Megawati telah bertemu Kim Jong-il pada tahun

1965, yaitu ketika Presiden Kim Il-sung, ayah Kim Jong-il, mengunjungi Indonesia dan bertemu Presiden Soekarno. Selepas

melawat ke Korea Utara, Presiden Megawati bertolak ke Korea

Selatan melalui rute cepat Laut Kuning. Pada 30 Maret 2002, ia

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

85 Bab 1
Presiden Kim Dae-jung dan Presiden Megawati berfoto bersama seusai KTT (30/3/2002). Seusai berkunjung ke Korea

mengadakan pertemuan dengan Presiden Kim Dae-jung dan bertukar pandangan tentang isu-isu yang menjadi perhatian bersama, termasuk hubungan Korea Selatan dan Korea Utara, situasi politik regional di Semenanjung Korea dan Asia Timur, serta rencana kerja sama di ranah internasional. Pada kesempatan tersebut, Presiden Megawati menyampaikan niat Kim Jong-il untuk mengunjungi Korea Selatan meskipun akhirnya tidak terwujud.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

86

Megawati dan Perannya sebagai

Jembatan Perdamaian di Semenanjung Korea

Menjelang pemilu presiden 2024, Megawati Soekarnoputri yang

menjabat sebagai Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) kembali menjadi sorotan. Megawati (76 tahun) yang lahir pada

23 Januari 1947 menunjuk Joko Widodo (saat itu menjabat sebagai

Gubernur Jakarta) sebagai calon presiden dari partai PDI-P dalam pilpres 2014. Di bawah konstitusi PDI-P, Megawati memang mempunyai hak prerogatif untuk memutuskan isu-isu penting partai, termasuk memilih calon presiden. Joko Widodo yang dikenal dengan panggilan Jokowi berhasil memenangkan pilpres dengan selisih tipis. Pada tahun

2019, Presiden Jokowi kembali dipilih sebagai calon presiden dari

PDI-P dan kembali terpilih sebagai presiden. Kemenangan ini semakin memantapkan kekuasaan PDI-P sebagai partai yang berkuasa.

Megawati adalah putri sulung Presiden Soekarno, presiden pertama Indonesia. Pada tahun 1967, kekuasaan Soekarno diambil alih oleh Soeharto. Setelah dengan keras menentang 30 tahun

pemerintahan tangan besi Soeharto, PDI yang mendapat dukungan dari

pemerintah dan militer berhasil menggulingkan Soeharto pada Juni

1996. Hal ini memperkuat citra Megawati sebagai pejuang demokrasi.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

87
Bab1

Megawati terjun ke dunia politik sejak tahun 1987. Perjalanan politiknya penuh rintangan di bawah penindasan rezim Soeharto.

Setelah Soeharto lengser, Megawati menjabat sebagai Wakil Presiden

Indonesia selama dua tahun, yakni mulai tahun 1999. Ia kemudian diangkat menjadi presiden setelah pemakzulan Presiden Abdurrahman

Wahid. Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai presiden kelima RI

selama tiga tahun, yakni 2001—2004.

Setelah memimpin partai oposisi selama 10 tahun (2004—

2014) dan kemudian memimpin partai yang paling berkuasa sejak

2014, Megawati mengantongi segudang prestasi politik. Dalam lima pemilu terakhir sejak 1999, ia mendapat dukungan mutlak dari para pendukungnya. Megawati pun menjadi tokoh kunci yang mengukuhkan

PDI-P. Pada 21 April 2023, Megawati mencalonkan Gubernur Jawa

Tengah, Ganjar Pranowo, sebagai calon presiden pada pilpres Februari

2024. Apakah Megawati dapat mencetak hat-trick dalam pilpres kali ini? Jika ambisinya terwujud, sekali lagi Megawati berhasil menorehkan prestasi dalam sejarah politik Indonesia.

Adi Abidin, peneliti di Populi Center, menyatakan bahwa Megawati dan PDIP membentuk spektrum politik yang luas yang mencakup kepatuhan terhadap tatanan konstitusional; sekulerisme; inklusi kaum

kiri, sayap kanan, dan minoritas; serta kerja sama dengan kaum Islam.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

88

Megawati berperan sebagai mediator perdamaian di Semenanjung

Korea dalam kurun waktu yang lama. Ia mengerahkan segenap perhatian dan pengaruhnya demi perdamaian Semenanjung Korea.

Megawati menemani ayahnya, Presiden Soekarno, dalam kunjungannya

ke Pyongyang tahun 1964 dan bertemu langsung dengan Presiden

Kim Il-sung. Pada tahun 2002, Megawati mengunjungi Korea Selatan

dan Korea Utara. Megawati mengunjungi Korea Utara beberapa kali.

Ia berteman dekat dengan Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea

Utara, Kim Jong-il, yang telah wafat pada tahun 2011. Terkait dengan masalah Semenanjung Korea, ia menyatakan bahwa ia akan merasa

bahagia apabila pengalamannya selama bersama dengan Korea Utara

dapat bermanfaat dalam menciptakan perdamaian di Semenanjung

Korea. Megawati menambahkan bahwa ia mendoakan perdamaian

dan stabilitas di Semenanjung Korea lebih dari siapa pun. Dengan Korea

Selatan, Megawati menjaga kedekatannya. Ia dinobatkan menjadi

Warga Negara Kehormatan Jeju pada tahun 2015 dan menerima gelar

doktor kehormatan di bidang ekonomi dari Universitas Mokpo pada

tahun 2017. ■

Bab1

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

89

4. Periode Pematangan Tahap I (2004—2016): Pemerintahan

Presiden Roh Moo-hyun hingga Pemerintahan Presiden

Park Geun-hye

a) Kemitraan Strategis dan Persahabatan Menuju Masa Depan

Periode pemerintahan Presiden Roh Moo-hyun hingga

Presiden Park Geun-hye ditandai dengan eskalasi dalam sejarah diplomatik Korea-Indonesia, yaitu terciptanya hubungan

“kemitraan strategis”. Kerja sama Korea dan Indonesia semakin luas dan intensif setelah menyadari bahwa kedua negara adalah mitra dengan nilai demokrasi dan ekonomi pasar yang sama. Sejak pembentukan kemitraan strategis pada tahun 2006, kerja sama antarkedua negara berkembang di semua bidang, termasuk politik, ekonomi, pertahanan, budaya, pertukaran sumber daya manusia, dan kancah internasional.

Sejak tahun 2006, kerja sama Korea dan Indonesia berkembang pesat. Presiden kedua negara pun saling mengunjungi tiap tahunnya. Dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral, target-target secara terperinci ditetapkan, seperti mencapai volume perdagangan sebesar USD50 miliar pada tahun 2015, penandatanganan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA, Comprehensive Economic Partnership Agreement) antarkedua negara, serta melakukan upaya-upaya bersama untuk mencapai target yang telah ditentukan.

Pada April 2006, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Korea, Ban Ki-moon, mengunjungi Jakarta dan mengadakan pertemuan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

90

dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Hasan Wirajuda, untuk mempersiapkan pembentukan “Kemitraan Strategis KoreaIndonesia”. Selanjutnya, pada Desember 2006, Presiden Roh Moo-hyun melakukan lawatan kenegaraan ke Indonesia dan meresmikan peningkatan hubungan antara Korea dan Indonesia menjadi “Kemitraan Strategis”.

Pada saat kunjungan kenegaraan tersebut, perjanjian kerja sama di bidang energi nuklir dan pariwisata ditandatangani di hadapan Presiden Korea dan Indonesia. Selain itu, nota kesepahaman tentang kerja sama timbal balik antikorupsi, nota kesepahaman tentang investasi hutan dan CDM (Clean Development Mechanism), serta MoU antarperusahaan swasta juga diresmikan. Kesepakatan untuk menciptakan 500.000 hektar investasi aforestasi swasta menjadi katalis bagi perusahaan Korea untuk memasuki sektor kehutanan pada masa depan.

Pada April 2007, delegasi gabungan ekonomi publik-swasta yang beranggotakan dua puluh orang dan dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan Energi serta Ketua Kamar Dagang dan Industri Korea mengunjungi Jakarta. Delegasi tersebut mengadakan pertemuan sesuai bidang masing-masing yang berjumlah delapan subdivisi, seperti energi dan sumber daya, perdagangan dan investasi, serta infrastruktur dan industri pertahanan. Selain itu, delegasi gabungan tersebut juga menggali proyek kerja sama, seperti pengembangan minyak, gas, dan batu bara, pembangunan pembangkit listrik, kerja sama teknologi industri, dan investasi penghijauan.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

91 Bab 1

b) Kunjungan Presiden Roh Moo-hyun ke Indonesia dan Kunjungan Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Beserta Capaiannya

Presiden Roh Moo-hyun mengunjungi Bali pada Oktober

2003 untuk menghadiri KTT ASEAN+3. Kunjungan ini membuka jalan untuk pembuatan perjanjian perdagangan bebas (FTA, Free Trade Agreement) antara Korea dan ASEAN.

Pada tahun 2007, Undang-Undang Investasi diberlakukan di Indonesia. Dengan demikian, perjanjian perdagangan komoditi FTA antara Korea dan ASEAN pun mulai berlaku. Pemberlakuan perjanjian ini menciptakan lingkungan ideal bagi perusahaan Korea untuk berinvestasi di Indonesia. Pada Juli 2007,

Presiden SBY melakukan kunjungan kenegaraan ke Korsel dan menandatangani 16 MoU tentang investasi di Indonesia. Forum

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

92
Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Roh Moo-hyun pada 2007.

Korea-Indonesia pertama kemudian diselenggarakan untuk meningkatkan kerja sama di bidang energi dan sumber daya serta

menggali proyek-proyek investasi baru.

Berdasarkan kesepakatan kepala negara Korea dan Indonesia untuk memperkuat kerja sama nyata, proyek-proyek spesifik

pada perusahaan Korea pun dijalankan. Pada konsorsium tahun

2007, KOMIPO dan SAMTAN melalui Project Financing Korea

Eximbank (KEXIM, Korea Export-Import Bank) memenangkan

kontrak untuk proyek pembangkit listrik tenaga batu bara di Cirebon senilai USD740 juta.

Untuk menyukseskan proyek kerja sama ekonomi skala

besar dan meningkatkan batas pinjaman Dana Kerja Sama

Pembangunan Ekonomi (EDCF, Economic Development Cooperation Fund) menjadi USD300 juta, Pemerintah Korea

menandatangani perjanjian kerangka kerja dengan Pemerintah

Indonesia pada November 2007.

Korea dan Indonesia juga mewujudkan kerja sama nyata di bidang pertahanan. Selain pertukaran pejabat militer tingkat

tinggi, seperti kunjungan Panglima ABRI dan kunjungan timbal

balik antara Panglima Korps Marinir kedua negara, Korea dan Indonesia juga sepakat dalam penghibahan sepuluh kendaraan lapis baja serbu amfibi LVTP-7A1. Korea akan memberikan

sepuluh kendaraan tersebut kepada Indonesia secara cuma-cuma.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

93 Bab 1

c) Pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Presiden

Lee Myung-bak: Pemantapan Hubungan Kemitraan Strategis

Pada tahun pertama menjabat sebagai presiden (tahun 2008), Lee Myung-bak bertemu dengan SBY di beberapa KTT multilateral, seperti KTT G-8 (Toyako, Jepang pada Juli 2008) dan KTT APEC (Lima, Peru pada November 2008). Sejak 2009, Presiden Lee Myung-bak dan Presiden SBY saling mengunjungi

untuk menyempurnakan perencanaan kemitraan strategis. Pada Maret 2009, Presiden Lee Myung-bak melakukan kunjungan

kenegaraan ke Indonesia dan bertemu Presiden SBY untuk

memantapkan kembali “Kemitraan Strategis”.

KTT Peringatan ASEAN-Republic of Korea yang dilaksanakan di Jeju pada Juni 2009 dalam rangka memperingati “20 tahun Korea

sebagai mitra wicara ASEAN” menjadi momen yang sensitif bagi Presiden SBY. KTT ini berlangsung satu bulan sebelum pilpres dilaksanakan di Indonesia. Saat itu, Indonesia sibuk dengan isuisu politik domestik. Namun, Presiden SBY memutuskan untuk hadir di tengah masa kampanyenya. Keputusan ini membuat

hubungan kemitraan strategis Korea-Indonesia semakin mencuri

perhatian. Setelah KTT selesai, Presiden Korea dan Indonesia beserta ibu negara berjalan-jalan di sepanjang laut di Seogwipo

setelah makan siang khusus yang tidak terjadwal sebelumnya.

Pada November 2011, Presiden Lee Myung-bak mengunjungi

Bali untuk menghadiri KTT ASEAN/ASEAN+3/EAS. Ia kemudian

mengadakan pertemuan puncak bilateral dengan Presiden SBY.

Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk melanjutkan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

94

prosedur yang telah ditetapkan agar negosiasi Perjanjian

Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA, Comprehensive Economic Partnership Agreement) antara Korea-Indonesia

dapat dimulai. Setelah FTA Korea-ASEAN, Korea dan Indonesia

menguatkan dasar pengembangan kemitraan FTA bilateral yang

lebih mendalam. Selain itu, perjanjian kerja sama hutan KoreaASEAN ditandatangani pada KTT ASEAN-Republic of Korea. Korea akan membagikan kiat-kiat kesuksesan penghijauan hutan

kepada negara-negara ASEAN sekaligus memperluas cakrawala

kebijakan hutan Korea. Kemitraan kerja sama hutan KoreaIndonesia yang telah terjalin selama lebih dari 40 tahun berperan

penting dalam penandatanganan perjanjian tersebut.

d) Partisipasi Korea Selatan sebagai Mitra Utama dalam

Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN)

Pada November 2010, sesaat sebelum KTT G20 diselenggarakan di Seoul, Gunung Merapi di Yogyakarta, Indonesia meletus dan menewaskan ±386 orang serta menyebabkan ±200.000 orang harus mengungsi. Meskipun situasi dalam negeri sedang sulit, Presiden SBY tetap menyempatkan diri untuk hadir dalam KTT G20 Seoul. Hal ini menunjukkan bahwa “kemitraan strategis” yang berdasarkan kepercayaan antara kedua negara semakin kuat.

Pada akhir November 2010, menjelang Bali Democratic Forum di Indonesia, situasi keamanan dalam negeri Korea Selatan sedang

tidak kondusif karena rudal Korea Utara yang ditembakkan

ke arah Pulau Yeonpyeong. Meskipun demikian, Presiden Lee

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

95 Bab 1

Myung-bak tetap bersedia menjadi ketua dalam Bali Democratic Forum. Selama kunjungan singkat sembilan jam di Bali, Presiden

Lee mengadakan delapan acara.

Dalam Bali Democratic Forum tersebut, Indonesia meminta agar Korea berpartisipasi sebagai mitra utama dalam Rencana

Induk Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Permintaan ini disampaikan atas dasar kepercayaan dan hubungan persahabatan yang telah terjalin selama ini.

Pada Februari 2011, Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian Indonesia, Hatta Rajasa, memimpin rom-bongan delegasi presiden yang terdiri atas Menteri Perdagangan, Menteri Pertahanan, Menteri Perindustrian, dan Kepala BPKM dalam kunjungan ke Korea. Kunjungan ini dilakukan untuk merundingkan partisipasi Korea dalam MP3EI secara lebih mendetail. Untuk mempermudah mobilisasi kegiatan rombongan delegasi presiden dari Indonesia, Pemerintah Korea menyediakan fasilitas terbaik, seperti pesawat kepresidenan untuk inspeksi industri.

Pada Mei 2011, kelompok kerja sama ekonomi KoreaIndonesia (T/F) berkunjung ke Bali. MoU Kemitraan Kerja Sama

Ekonomi Korea-Indonesia ditandatangani oleh Kementerian

Ekonomi Republik Korea dan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian Indonesia. Pada November 2011, Sekretariat Kerja

Sama Ekonomi didirikan di Indonesia sebagai pusat kerja sama rencana induk.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

96

Penganugerahan “The Grand Order of Mugunghwa” kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Pada, 19 November 2014, Presiden Park Geun-hye

menganugerahkan Grand Order of Mugunghwa kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Grand Order of Mugunghwa adalah penghargaan

tertinggi yang diberikan kepada kepala negara asing sebagai apresiasi

atas kontribusi mereka dalam pengembangan hubungan KoreaIndonesia selama 10 tahun masa kepresidenannya (2004—2014).

Pada 2011, Presiden SBY membentuk Masterplan Percepatan

dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Korea pun ditunjuk sebagai mitra utama. Sekretariat Kerja Sama Ekonomi

Korea-Indonesia kemudian didirikan. Kedua negara juga sepakat

untuk mempercepat prosedur domestik guna peresmian Perjanjian

Kemitraan Ekonomi Komprehesif (CEPA) dan menyepakati visi kerja

sama ekonomi jangka menengah hingga jangka panjang yang bertujuan

untuk menembus USD100 miliar dalam perdagangan bilateral tahun

2020. Dalam bidang pertahanan, Presiden SBY berusaha meningkatkan

kerja sama dengan membeli tiga kapal selam Korea dan 16 pesawat

T-50 serta melakukan penelitian dan pengembangan bersama jet

tempur teknologi masa depan.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

97
Bab1

Setelah masa jabatannya berakhir, SBY tetap bekerja keras mengembangkan hubungan bilateral. Pada November 2014, ia menjadi ketua dewan direksi Global Green Growth Institute (GGGI), sebuah organisasi internasional yang dilun-curkan oleh Korea. SBY ditunjuk menjadi ketua untuk masa jabatan dua tahun.

Presiden Lee Myung-bak menerima penghargaan “Bintang Republik

Indonesia Adipurna” yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Laguna Bali dalam lawatan ke Indonesia (8/11/2012).

Sumber Foto: Kantor Kepresidenan Korea (Cheong Wa Dae)

Pada 8 November 2012, Presiden SBY memberikan penghargaan

“Bintang Republik Indonesia Adipurna” kepada Presiden Lee Myungbak. Penghargaan tersebut adalah penghargaan tertinggi dari

Indonesia yang diberikan kepada Presiden Lee atas kontribusinya dalam mempromosikan hubungan bilateral kedua negara. Pada saat itu, Presiden Lee Myung-bak sedang mengunjungi Indonesia untuk menghadiri Bali Democratic Forum.

Presiden SBY adalah presiden pertama di Indonesia yang terpilih melalui pemilihan umum langsung oleh rakyat pada tahun 2004. SBY

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

98

lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Indonesia tahun 1949. Ayahnya adalah purnawirawan bintara tinggi. SBY lulus dari akademi militer pada tahun 1973. Saat memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan meninggalkan dunia kemiliteran, SBY berpangkat jenderal bintang empat.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, yakni tahun 2000, SBY menjabat sebagai Menteri Energi dan Mineral. Ia kemudian dipromosikan menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, tetapi diberhentikan setahun kemudian setelah menolak permintaan Presiden Abdurrahman Wahid untuk mengumumkan keadaan darurat sesaat sebelum pemakzulannya. Pada tahun 2004, SBY kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan di bawah pemerintahan Presiden Megawati. Akan tetapi, SBY mengundurkan diri karena berbeda pandangan dengan Presiden Megawati. SBY kemudian mendirikan Partai Demokrat dan mencalonkan diri sebagai presiden di pilpres tahun 2004. Ia pun terpilih sebagai presiden keenam Indonesia. Pada pilpres tahun 2009, SBY mencalonkan diri kembali dan berhasil mengamankan posisi presiden selama dua kali masa jabatan berturut-turut. ■

Bab1

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

99

e) Kunjungan Kenegaraan Presiden Park Geun-hye ke

Indonesia: Membangun Kemitraan Masa Depan Baru

untuk Kemakmuran dan Kemanfaatan Bersama

Presiden Park Geun-hye melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 10—12 Oktober 2013, tidak lama setelah

menghadiri KTT APEC di Bali dan KTT ASEAN+3/EAS di Brunei Darussalam. Pada hari kedua kunjungan, setelah upacara pembukaan dan peresmian gedung baru Kedutaan

Besar Republik Korea untuk Indonesia, Presiden Park Geunhye menghadiri Forum Bisnis Korea-Indonesia, mengunjungi

Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, dan mengunjungi

Pameran Pertukaran Seni Kontemporer Korea-Indonesia. Ia kemudian mengadakan pertemuan dengan sekitar 350 ekspatriat

Korea yang menetap di Indonesia pada malam harinya. Pada

hari terakhir kunjungan, Presiden Park memulai harinya dengan menaburkan bunga di taman makam pahlawan, kemudian

diteruskan dengan mengadakan KTT dengan Presiden SBY, menghadiri konferensi pers bersama, dan mengikuti rangkaian acara makan malam kenegaraan.

Presiden Park Geun-hye dan Presiden SBY sepakat untuk

meresmikan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif

Korea-Indonesia (CEPA) pada akhir tahun dan sepakat untuk

mencapai volume perdagangan sebesar USD50 miliar pada tahun 2015 dan USD100 miliar pada tahun 2020. Selain itu, perluasan kerja sama nyata antarkedua negara dilakukan

dengan berlandaskan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan, Nota

100 Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Kesepahaman tentang Penguatan Pengembangan Kawasan

Ekonomi Khusus, Nota Kesepahaman tentang Kerja Sama

Industri Kreatif dan Budaya, serta Nota Kesepahaman tentang

Pengembangan Rekreasi Hutan dan Ekowisata.

101 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Pendirian The Mission of the Republic of Korea to ASEAN (Perutusan Tetap Republik Korea untuk ASEAN)

Pada September 2012, Korea mendirikan kantor perutusan tetap untuk ASEAN di Jakarta. Hal ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama antara Republik Korea dan ASEAN. ASEAN dibentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi Bangkok, yaitu kesepakatan lima negara: Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Pada tahun 1980-an

hingga akhir 1990-an, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, Laos, dan Kamboja bergabung dalam ASEAN secara berurutan. ASEAN pun berkembang menjadi badan konsultatif regional yang beranggotakan

10 negara. Pada akhir 2022, ASEAN sepakat untuk menerima TimorLeste sebagai anggota ke-11.

ASEAN adalah badan konsultatif regional yang didirikan atas

dasar paham multilateral. Selama 50 tahun, ASEAN telah berjuang dalam integrasi dan pembangunan negara-negara anggotanya dengan berfokus pada tiga bidang, yaitu politik dan keamanan, ekonomi, serta sosial dan budaya. ASEAN berperan aktif dalam memberikan solusi atas isu-isu yang muncul, seperti konflik regional, krisis keuangan, tanggap bencana, dan perubahan iklim melalui pemberian suara terpadu.

Sejak Korea menjadi mitra wicara ASEAN pada 1989, Republik

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

102

Korea senantiasa mempertahankan kerja sama yang erat dengan

ASEAN dalam berbagai bidang. Setelah memberlakukan FTA bersama

ASEAN pada 2007, perjanjian barang dan jasa serta perjanjian investasi pun mulai diberlakukan pada 2009. Hubungan kerja sama Korea-ASEAN meningkat menjadi “Kemitraan Strategis” pada 2010. ASEAN adalah tujuan perdagangan kedua terbesar Korea serta tujuan utama penerima pesanan konstruksi. Adapun Korea adalah mitra dagang terbesar kelima

ASEAN. Pertukaran sumber daya manusia juga berlangsung secara aktif. Sepuluh juta warga Korea mengunjungi negara-negara ASEAN pada

2019, tepat sebelum pandemi dan 2,7 juta warga ASEAN mengunjungi Korea pada tahun yang sama.

Pandemi Covid-19 menyebabkan penyelenggaraan rapat, acara kenegaraan, dan pertukaran sumber daya manusia terjeda sementara waktu. Namun, sejak awal 2022, kegiatan diplomatik masing-masing negara kembali normal. Pada KTT tatap muka ASEAN-ROK pertama di Phnom Penh, Kamboja, tiga tahun setelah pandemi, Presiden Yoon

Suk-yeol menegaskan strategi Indo-Pasifik Pemerintah Korea dan menjabarkan tiga visi, yaitu kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran serta tiga prinsip kerja sama, yaitu toleransi, kepercayaan, dan timbal balik. Berdasarkan prinsip dan visi tersebut, Korea mengusulkan Korea

ASEAN Solidarity Initiative (KASI) untuk meningkatkan kerja sama khusus ASEAN yang menekankan pendekatan diplomatik berorientasi

Bab1

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

103

ASEAN dan tekad untuk memperdalam serta memperluas kerja sama

strategis nyata bersama ASEAN. Para pemimpin ASEAN menyambut baik semangat Korea dalam memperkuat dan mengembangkan kerja sama dengan ASEAN serta menghargai arah kebijakan ROK-ASEAN yang mencerminkan kebutuhan pembangunan ASEAN pada masa depan, seperti digitalisasi, perubahan iklim, lingkungan hidup, dan kendaraan listrik. ■

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

104

5. Periode Pematangan Tahap II (2017 dan seterusnya):

Pemerintahan Presiden Moon Jae-in dan Yoon Suk-yeol

Menuju Masa Depan

a) Peningkatan Status Kemitraan Strategis Khusus dan Pemberlakuan CEPA

Pada periode pematangan tahap kedua ini, hubungan KoreaIndonesia meningkat menjadi “Kemitraan Strategis Khusus” dan IK-CEPA mulai berlaku. Hal ini menjadikan Korea dan Indonesia sebagai mitra masa depan yang telah melampaui 50 tahun perjalanan bersama.

Pada 9 November 2017, Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral, yaitu dari ‘Kemitraan Strategis’ menjadi “Kemitraan Strategis

Khusus” atau “Special Strategic Partnership”. Kedua pemimpin negara tersebut kemudian mengadakan KTT di Istana

Kepresidenan Bogor, 60 km dari Jakarta dan mengadaptasi

“ROK-ROI Joint Vision Statement for Co-Prosperity and Peace” demi kemakmuran dan perdamaian bersama.

Penjelasan kesepakatan antara Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo dalam peningkatan Kemitraan Strategis Khusus tertera pada bagian pembukaan ‘ROK-ROI Joint Vision Statement for Co-Prosperity and Peace’, yaitu berupa pernyataan

yang terdiri atas 27 paragraf dari 4 bidang. Keempat bidang

tersebut adalah bidang (1) kerja sama strategis, (2) kerja sama konkret, (3) pertukaran sumber daya manusia, serta (4) kerja sama regional dan global. Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

105 Bab 1

Widodo menyatakan rasa puas mereka atas aktifnya komunikasi strategis antarkedua negara melalui komite gabungan yang setara dengan menteri dan melalui dialog strategis yang setara dengan wakil menteri. Selain itu, kedua kepala negara mengupayakan pembentukan badan konsultatif baru, seperti pertemuan 2+2 di bidang urusan luar negeri dan pertahanan kemudian menegaskan kembali kerja sama di sektor pertahanan sebagai manifestasi kepercayaan dan hubungan kemitraan strategis. Presiden Moon

Jae-in dan Presiden Joko Widodo juga sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama menuju peningkatan kapasitas dan penelitian, pengembangan, serta produksi bersama. Selain itu, kedua negara juga akan memperkuat kerja sama yang sedang berlangsung, seperti kerja sama di bidang baja dan petrokimia serta eksplorasi pembentukan badan mitra wicara untuk memperkuat kerja sama di sektor otomotif.

Korea-Indonesia sepakat untuk meningkatkan perdagangan

bilateral menjadi USD30 miliar pada 2022. Presiden Joko Widodo mendorong perusahaan-perusahaan Korea untuk berinvestasi

lebih banyak di bidang-bidang yang berkontribusi besar dalam

percepatan industrialisasi, perluasan infrastruktur, peningkatan konektivitas, dan pembangunan regional di Indonesia. Kedua pemimpin negara menyepakati perlunya kesepakatan awal

dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang komprehensif, modern, dan saling menguntungkan. RCEP adalah

FTA terbesar di dunia yang menetapkan aturan perdagangan bagi

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

106

15 negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk 10 negara ASEAN dan 5 negara lain, yaitu Korea, Tiongkok, Jepang, Australia, dan Selandia Baru. RCEP pun ditandatangani oleh 15 negara pada 2020.

Korea dan Indonesia menandatangani Indonesia-Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement (IK-CEPA).

Perjanjian tersebut membuat kerja sama ekonomi antarkedua negara berjalan lebih baik dan lancar. IK-CEPA dan FTA memiliki

kemiripan, yaitu bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan antarkedua negara. Akan tetapi, CEPA mencakup bidang ekonomi secara menyeluruh, termasuk perdagangan barang dan jasa, investasi, serta kerja sama ekonomi. IK-CEPA diratifikasi oleh DPR dan diberlakukan mulai Januari 2023.

107 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo berjabat tangan sebelum memulai KTT di Busan (25/11/2019). Sumber Foto: Cheong Wa Dae

b) Kunjungan Kenegaraan Presiden Moon Jae-in ke Indonesia:

ASEAN Menjadi Setara dengan 4 Negara Tetangga Besar

Korea Selatan

*Empat Negara Tetangga Besar bagi Korea Selatan mengacu pada Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Rusia.

Kunjungan kenegaraan Presiden Moon Jae-in ke Indonesia pada 8 November 2017 merupakan rangkaian lawatan ke negaranegara ASEAN selama 8 hari 7 malam. Indonesia adalah negara pertama yang dikunjunginya. Presiden Moon mengadakan pertemuan dengan lebih dari 300 diaspora Korea di Hotel Mulia, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir 23 orang Indonesia yang memiliki hubungan erat dengan Korea.

Dalam sambutannya, Presiden Moon Jae-in mengatakan, “Saya datang ke Indonesia dalam rangka kunjungan kenegaraan pertama saya”, kemudian ia menambahkan, “Saya akan meningkatkan dan mengembangkan hubungan kerja sama dengan Indonesia dan ASEAN agar menjadi hubungan yang setara dengan hubungan antara Korea dengan empat negara tetangga besar (Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Rusia).”

Presiden Moon Jae-in juga mengatakan, “Saya selalu menekankan pentingnya memperluas cakrawala diplomatik

Republik Korea.” Ia kemudian menambahkan, “Kita juga perlu memperluas cakrawala kita di luar empat negara tetangga besar

Korea untuk mengambil manfaat dari keistimewaan geopolitik

Korea Selatan sebagai negara perlintasan antarbenua dan samudra.”

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

108

c) Kunjungan Kenegaraan Presiden Joko Widodo: Upacara

Penyambutan Istimewa di Istana Chang-deokgung

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Republik Korea pada 10 September 2018. Pada musim gugur yang cerah, upacara penyambutan khusus kenegaraan diselenggarakan

di Istana Changdeokgung. Korea secara khusus membuka Istana Changdeokgung untuk menyambut tamu kehormatan, yaitu Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara. Bagi Korea, Presiden

Indonesia adalah mitra utama “New Southern Policy” dan kepala negara pertama di antara negara ASEAN yang telah saling

mengunjungi pascapelantikan Presiden Moon Jae-in.

Setelah upacara penyambutan istimewa kenegaraan

dilaksanakan, Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo

melanjutkan KTT pada sore hari. Pada KTT tersebut, kedua kepala negara mengevaluasi pencapaian dan kemajuan dalam

109 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Presiden Joko Widodo, Presiden Moon Jae-in, Ibu Negara Kim Jung-sook duduk bersama di Istana Changdeokgung pada September 2018. Sumber Foto : Cheong Wa Dae

pengimplementasian perjanjian yang disepakati pada KTT

November 2017. Presiden Moon Jae-in dan Presiden Joko Widodo

kemudian membahas secara mendalam langkah-langkah kerja

sama konkret yang layak untuk “Kemitraan Strategis Khusus” pada masa depan.

d) Presiden Joko Widodo dan Presiden Yoon Suk-yeol: Penguatan Kerja Sama dalam Rantai Pasok, Infrastruktur, dan Pertahanan

Presiden Yoon Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo mengadakan KTT di Seoul pada 28 Juli 2022. Dalam KTT tersebut, kedua kepala negara sepakat untuk memperkuat kerja sama praktis antarkedua negara, termasuk keamanan ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Presiden Joko Widodo menulis

“Indonesia adalah mitra tepat untuk Korea Selatan” dan Presiden

Yoon berterima kasih kepada Indonesia atas dukungan yang

diberikan selama krisis urea pada tahun sebelumnya. Dalam pernyataan bersama yang diterbitkan setelah KTT, Presiden Yoon

Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo menyatakan akan membawa

kerja sama praktis yang mencakup rantai pasok dan keamanan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi.

Indonesia yang memiliki sumber daya mineral penting

untuk industri teknologi maju diharapkan dapat mem-bantu menstabilkan rantai pasok Korea. Perusahaan Korea pun akan meningkatkan investasi terkait dengan baterai dan kendaraan listrik di Indonesia.

110

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Korea juga memperkuat kerja sama dalam proyek pemindahan Ibu Kota Nusantara. Proyek ini merupakan salah satu proyek prioritas Presiden Joko Widodo. Peluang bagi perusahaan Korea untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan, perumahan, serta proyek pembangunan e-government dan smart city diproyeksikan bertambah. Korea dan Indonesia juga menegaskan kembali komitmen untuk meneruskan kerja sama di sektor pertahanan, termasuk pengembangan jet tempur KF-21.

Presiden Yoon Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo melakukan KTT dalam rangka menghadiri G7 Hiroshima Jepang pada 21 Mei 2023.

Sumber Foto : Situs Web Office of The President Republic of Korea

e) KTT Joko Widodo dan Yoon Suk-yeol: Korea Selatan adalah

Mitra Optimal bagi Indonesia

Presiden Yoon Suk-yeol bertemu kembali dengan Presiden Joko Widodo pada Business Roundtable antara Korea dan Indonesia pada 14 November 2022 di Bali. Acara ini diselenggarakan bersama oleh The Federation of Korean Industries (FKI) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dalam rangka menyambut KTT G-20 dan KTT B-20 di Bali.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

111 Bab 1

Dalam diskusi pra-pertemuan, Presiden Yoon Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa kerja sama

lanjutan telah gencar dilaksanakan dalam berbagai bidang, termasuk industri teknologi tinggi, seperti kendaraan listrik dan baterai, infrastruktur, serta industri pertahanan sejak KTT

bilateral diadakan di Seoul pada akhir Juli 2022. Presiden Yoon

menekankan bahwa Korea dan Indonesia harus meningkatkan

rantai pasok dan jaringan ekonomi berdasarkan struktur industri yang saling melengkapi.

Presiden Yoon menjelaskan bahwa Korea adalah mitra terbaik

dalam strategi “Making Indonesia 4.0” karena Korea menguasai

teknologi manufaktur canggih dalam semikonduktor, baterai, dan mobil. Dalam penerapan strategi “Making Indonesia 4.0”

metode yang tepat ialah dengan membina industri manufaktur

berdasarkan sumber daya alam yang melimpah. Presiden

Yoon juga mengusulkan peningkatan kerja sama di bidang

ekonomi digital, seperti pendidikan digital, kota pintar, dan keuangan digital serta kerja sama di bidang energi bersih, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir, energi baru terbarukan, dan hidrogen. Presiden Yoon Suk-yeol dan Presiden Joko Widodo

kemudian sepakat untuk menjalin kerja sama yang lebih erat

guna mengembangkan hubungan bilateral pada peringatan 50

tahun hubungan diplomatik pada 2023.

Pada Business Roundtable ditandatangani sepuluh nota

kesepahaman, antara lain, peluncuran dialog tingkat tinggi

di bidang investasi, kerja sama ekonomi Korea-Indonesia 2.0 (kemitraan digital), kerja sama mineral kritis, inisiatif transformasi

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

112

hijau, dan kerja sama pembangunan infrastruktur (Ibu Kota Nusantara, MRT, transportasi laut, dan sebagainya). Business

Roundtable ini adalah acara ekonomi ASEAN pertama setelah

Presiden Yoon meluncurkan “Strategi Indo-Pasifik” versi Korea

dan KASI pada KTT ASEAN-ROK di Pnomh Penh, Kamboja, 11 Juli 2022.

113 Bab 1
Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Presiden Joko Widodo dan Kontribusinya

dalam Peningkatan Hubungan Bilateral

Presiden Joko Widodo telah memberi

dua kontribusi besar dalam hubungan

Korea-Indonesia. Pada tahun 2017, Presiden Moon Jae-in dan Presiden Jokowi sepakat

untuk memajukan hubungan bilateral dari “kemitraan strategis” menjadi “kemitraan strategis khusus”. Pada 2019, presiden kedua negara tersebut resmi menyatakan kesimpulan akhir dari IK-CEPA. IK-CEPA pun resmi diberlakukan pada Januari 2023.

Sebelumnya pada 9 November 2017, Republik Korea dan Indonesia sepakat memajukan hubungan bilateral dari “kemitraan strategis” menjadi “kemitraan strategis khusus”. Selain itu, kedua negara juga sepakat untuk memperkuat kerja sama yang sedang berlangsung, seperti di bidang baja dan petrokimia serta membentuk badan dialog untuk memperkuat kerja sama di sektor otomotif. Kesepakatan lainnya ialah meningkatkan perdagangan bilateral menjadi sebesar USD30 miliar pada tahun 2022. Terkait hal tersebut,

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

114

Presiden Jokowi mendorong perusahaan-perusahaan Korea untuk berinvestasi lebih banyak di bidang-bidang yang berkontribusi langsung dalam percepatan industrialisasi Indonesia, perluasan infrastruktur, peningkatan konektivitas, dan pembangunan daerah.

Terlahir dari keluarga tukang kayu yang kurang mampu dan bukan dari keluarga politikus ternama justru membuat Joko Widodo (Jokowi)

akrab dengan rakyat jelata dan kaum kelas menengah di Indonesia.

Jokowi, pengusaha furnitur skala kecil dan menengah yang sama sekali tidak terkenal di dunia politik, mencalonkan diri menjadi Wali Kota Solo, Jawa Tengah pada tahun 2005. Akan tetapi, ia mampu memenangkan pemilu dengan meraih 36% suara. Di bawah panji pemberantasan

korupsi, Jokowi menciptakan reformasi administrasi dengan mengidentifikasi fakta lapangan melalui blusukan dan mencari solusi untuk berbenah. Salah satu kelebihan Jokowi ialah keterampilannya berdialog dengan rakyat kecil, seperti ketika ia harus membujuk pedagang kaki lima yang mendominasi jalan-jalan di pusat kota sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas dan merusak estetika kota.

Jokowi mengawali usahanya dengan melakukan wawancara berulang kali melalui blusukan untuk mendengarkan keluh kesah pedagang kaki lima dan memperoleh fakta lapangan. Setelah itu, Jokowi berdialog dan membujuk para pedagang kaki lima tersebut dengan sabar agar mau dipindahkan ke lokasi baru.

Lima Puluh Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

115
Bab1

Berkat pemberitaan media, Jokowi naik daun dan terpilih menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 2012. Sejak saat itu, ia mencapai prestasi luar biasa dengan ciri khas kerjanya. Pada tahun 2014, Jokowi ditunjuk sebagai calon presiden oleh PDIP dan berhasil memenangkan kursi kepresidenan, menga-lahkan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra yang berasal dari keluarga terkemuka. Presiden Joko Widodo melakukan perjalanan ke penjuru negeri guna membenahi taraf hidup rakyatnya. Ia kemudian mencalonkan diri kembali pada pilpres 2019. Sekali lagi, Jokowi berhasil memenangkan pilpres dengan menyisihkan lawannya, Prabowo Subianto. Joko Widodo pun meneruskan masa jabatannya selama dua periode.

Akun media sosial resmi Jokowi, yakni Instagram dan Facebook masing-masing memiliki 53 juta dan 10 juta pengikut. Akun media sosial tersebut mengunggah aktivitas keseharian Jokowi. Besarnya pengikut akun media sosial Jokowi membuktikan bahwa ketenarannya tidak luntur menjelang masa akhir jabatannya. Pada awal 2020, tidak lama setelah Jokowi dilantik menjadi presiden untuk kedua kalinya, dunia dilanda pandemi Covid-19. Namun demikian, Jokowi tetap memenangkan hati rakyat melalui kebijakan pro-rakyatnya.■

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

116

Bab 2

Perusahaan Korea di Indonesia: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan

Bab 2

Prakata: Melewati 50 Tahun Menuju 100 Tahun melalui CEPA

1. Tahun-Tahun Awal (1968—1985)

2. Periode Perkembangan (1986—2002)

3. Periode Pematangan Tahap I (2003—2017)

4. Periode Pematangan Tahap II (2018 dan seterusnya)

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

120

Bab

Perusahaan Korea di Indonesia: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan

Prakata : Melewati 50 Tahun Menuju 100 Tahun melalui CEPA

Motor penggerak utama dalam hubungan Korea dan Indonesia adalah kerja sama ekonomi. Lebih dari 50 tahun, kedua negara membangun hubungan kerja sama yang saling melengkapi. Kerja sama tersebut dimulai pada tahun 1968, jauh sebelum kedua negara menjalin hubungan diplomatik, yaitu ketika Indonesia menjadi tujuan investasi asing langsung

(FDI) pertama bagi Korea Selatan melalui proyek yang

dirancang oleh KODECO. Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) yang disepakati

pada Desember 2020 menjadi tonggak bersejarah dalam

perkembangan ekonomi kedua negara. Dengan diratifikasinya

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

121 Bab 2
IK-CEPA pada Juni 2021 oleh Majelis Nasional Korea dan pada 2

30 Agustus 2022 oleh DPR Republik Indonesia, Korea dan Indonesia telah membuka cakrawala baru menuju seratus abad

sejarah kerja sama ekonomi antarkedua negara.

Buku terbitan Korean Association di Indonesia yang berjudul

『인도네시아 한인 100년사』 (dibaca Indonesia Hanin Baengnyeonsa

yang berarti 100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia) mencatat

bahwa pada 1920, yaitu 50 tahun sebelum terjalinnya hubungan

diplomatik Korea dan Indonesia, seorang pendatang asal Korea

Selatan sekaligus pejuang kemerdekaan, Jang Yoon-won, tiba di Batavia (Jakarta saat ini). Artinya, sejarah orang Korea di Indonesia telah berjalan lebih dari 100 tahun. Pada masa kolonial

Jepang, petugas militer dan ianfu asal Joseon menginjakkan kaki di tanah Indonesia. Sebagian dari mereka menetap di Indonesia

terhitung sejak kemerdekaan Korea pada 15 Agustus 1945. Mereka

kemudian melestarikan jejak sejarah orang Korea di Indonesia.

Setelah adanya proyek investasi asing perdana yang

dilaksanakan oleh KODECO (disebut Han.guk.nam.bang.gae.bal pada saat itu) pada akhir 1960-an, investasi perusahaan Korea ke Indonesia dilakukan secara beruntun. Hal ini merupakan tanda

dimulainya kerja sama ekonomi dan bisnis antara Korea dan Indonesia. Jejak perjalanan investasi perusahaan Korea Selatan

dari awal hingga kini dapat dibagi dalam empat gelombang, yakni akhir 1960-an, akhir 1980-an, awal 2000-an, serta sebelum

dan setelah tahun 2020, yakni saat hubungan Korea dan Indonesia

ditingkatkan menjadi hubungan Kemitraan Strategis Khusus

(Special Strategic Partnership) dan diberlakukannya IK-CEPA.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

122

Gelombang investor pertama asal Korea Selatan datang pada akhir 1960-an hingga pertengahan 1980-an. Pada tahuntahun awal tersebut, pemerintahan Soeharto gencar menyusun

kebijakan pembangunan untuk sektor pertambangan mineral, minyak mentah, dan kehutanan yang merupakan sumber

daya terbaik. Penyusunan kebijakan tersebut bertujuan untuk

menggairahkan perekonomian Indonesia yang sedang jatuh dan untuk membangun fondasi industrialisasi. Pada saat yang sama, Korea Selatan baru mulai menjalankan kebijakan Rencana Lima

Tahun Pembangunan Tahap Kedua sehingga membutuhkan

bahan baku, seperti kayu, petroleum, dan tebu. Mengikuti jejak

KODECO yang menjadi investor Korea pertama di Indonesia, perusahaan pembangun sektor kayu, seperti Korindo (disebut

Inni Donghwa dalam bahasa Korea pada saat itu) memasuki

pasar Indonesia. Perusahaan sektor perdagangan internasional, konstruksi, dan manufaktur kemudian ikut serta bergabung

dalam gelombang investor pertama pada masa itu.

Gelombang kedua atau masa perkembangan perusahaan

Korea di Indonesia dimulai pada akhir 1980-an hingga awal

tahun 2000. Pada akhir 1980-an, Indonesia mulai memberikan

kemudahan kepada para investor yang menanamkan modal secara langsung. Pada 1988, industri padat karya, seperti garmen

dan alas kaki dari Korea Selatan mulai berdatangan secara besarbesaran. Setelah tahun 1990, perusahaan raksasa, seperti LG Electronics, Samsung Electronics, CJ juga mulai memasuki pasar

Indonesia yang kemudian diikuti oleh perusahaan sektor industri

berat dan kimia, seperti otomotif, besi dan baja, logam, petroleum

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

123 Bab 2

dan kimia, serta entitas sektor jasa, seperti Samsung Fire and Marine Insurance. Namun, saat itu investor raksasa Korea Selatan, seperti KIA (perusahaan otomotif) harus menarik diri dari pasar Indonesia akibat tumbangnya rezim Soeharto. Tumbangnya rezim yang telah bertahan selama 32 tahun tersebut dipicu oleh rencana perombakan fundamental ekonomi dari IMF saat krisis keuangan Asia terjadi pada 1998.

Gelombang ketiga atau masa perkembangan tahap pertama berlangsung dari awal 2000-an hingga akhir 2010-an. Pada masa itu, kerja sama Korea dan Indonesia ditingkatkan menjadi mitra strategis atau Strategic Partner. Pada periode ini, Indonesia mencatat rasio pertumbuhan ekonomi hingga rata-rata 6 persen per tahun. Hal tersebut terjadi setelah Indonesia melewati masa

transisi yang penuh ketidakstabilan selama lima tahun, yakni sejak terjadinya peristiwa Mei pada 1998 dan berkat kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat pada 2004). Di bawah kepemimpinan

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), situasi politik dan keamanan negara mulai stabil. Ekspor sumber daya alam dan energi ke

Tiongkok juga mulai meningkat. Pemerintahan SBY merevisi peraturan investasi dan memberikan kelonggaran kepada para investor, baik domestik maupun asing, sehingga investasi di Indonesia semakin bergairah. Selain industri berat dan kimia, industri padat modal dan teknologi juga mulai memasuki pasar Indonesia. Industri tersebut, antara lain, industri retail, keuangan, firma hukum, TIC (Teknologi Informasi Komunikasi), industri

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

124

pertahanan, industri hiburan yang berkaitan dengan gelombang budaya hallyu, dan konten budaya.

Gelombang keempat atau masa perkembangan tahap kedua

dimulai pada akhir 2010-an. Pada 2017, Korea dan Indonesia sepakat untuk meningkatkan kerja sama menjadi Mitra Strategis

Khusus atau Special Strategic Partnership. Di tengah resesi ekonomi

yang mulai menunjukkan gejala berkepanjangan akibat pandemi

Covid-19, Pemerintah Korea dan Indonesia kembali mengadakan

perundingan hingga berhasil mencapai kesepakatan IK-CEPA.

Setelah ratifikasi diselesaikan oleh parlemen kedua negara, Korea

dan Indonesia bergandengan tangan sebagai mitra kerja sama

ekonomi yang berorientasi pada masa depan. IK-CEPA yang

berlaku per Januari 2023 merupakan perjanjian ekonomi yang

serupa dengan Free Trade Agreement (FTA) karena perjanjian

IK-CEPA juga akan membuka akses pasar kedua negara menjadi

lebih lebar. Namun demikian, CEPA merupakan perjanjian

ekonomi yang lingkup kerja samanya lebih luas daripada FTA.

Berbeda dengan FTA yang menitikberatkan kerja sama pada

ekspansi perdagangan, seperti barang, jasa, perdagangan, dan investasi, kedua negara dalam CEPA juga sepakat untuk meningkatkan kegiatan pertukaran masyarakat dan kebudayaan selain terus meningkatkan perdagangan. CEPA pada umumnya

disepakati antara dua negara yang dapat saling melengkapi, seperti antara negara berkembang dengan negara maju. Olah

karena itu, IK-CEPA ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk

mengoptimalkan sinergi kedua negara.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

125 Bab 2

Sebelumnya, Korea dan Indonesia telah membuka pasar melalui FTA, namun IK-CEPA mencakup lebih banyak pos tarif daripada FTA. Menurut Kementerian Perdagangan, Perindustrian, dan Energi (MOTIE) Korea Selatan, pemberlakuan

IK-CEPA membuat Korea meliberalisasi 95.8% tarif dan Indonesia meliberalisasi 94.8% tarif dari total pos tarifnya. Terlebih lagi, eliminasi tarif yang cukup tinggi diterapkan pada komoditas besi dan baja, plastik, serta komponen otomotif.

Sejumlah produk Korea yang dibebaskan tarifnya di Indonesia, antara lain, produk besi dan baja untuk plat mobil (5— 15%); spring untuk mobil (5%); komponen permesinan, seperti bearing (5%); dan pakaian jadi (5%). Produk yang terkait dengan otomotif, seperti transmission dan sunroof (5%) serta produk fine chemicals juga akan bertarif nol dalam waktu dekat atau lima

tahun. Sementara itu, produk yang akan segera atau dalam lima

tahun bertarif nol ke Indonesia adalah Bunker C oil (3—5%); bahan baku fine chemicals (5%), gula mentah (3%), dan bir (15%).

Tarif komoditas hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan tetap dipertahankan seperti sebelum adanya kesepakatan IK-CEPA.

Di tengah persaingan Amerika Serikat dengan Tiongkok sejak pandemi Covid-19, Global Value Chain (GVC ‘Rantai Nilai Global’) mengalami rekonfigurasi. Selain itu, fenomena kebijakan

relokasi pabrik dari Tiongkok ke negara lain oleh sejumlah perusahaan juga semakin marak terjadi. Pada masa seperti

ini, Indonesia justru mengemuka dan menjadi negara yang mendapatkan berkah dari rekonstruksi rantai pasok tersebut.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

126

Hal itu juga dipengaruhi oleh kepemilikan Indonesia atas sumber daya energi yang melimpah dan pasar domestik yang penuh

potensi untuk dikembangkan. IK-CEPA diberlakukan pada saat yang tepat sehingga memberi peluang pada kedua negara untuk mempererat kerja sama ekonomi. Selain perusahaan

raksasa yang memiliki teknologi tinggi, seperti Hyundai Motor Group, LG Energy Solution, KCC Glass, dan Lotte Chemical, investasi dari industri kontruksi Ibu Kota Nusantara, farmasi dan bioteknolgi, entertainment hallyu pun berbondong-bondong masuk ke Indonesia. Pemerintah Indonesia juga membuka peluang investasi selebar-lebarnya kepada para investor asing

dengan membenahi lingkungan investasi, yakni melakukan reformasi pasar ketenagakerjaan dengan menerbitkan Undang-

Undang Cipta Kerja (Omnibus Law) pada November 2020.

Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dengan usia rata-rata penduduknya 29 tahun menjadi basis produksi dan salah satu pasar konsumen terbesar yang

kalangan menengahnya semakin tumbuh. Kini daya saing

teknologi sektor manufaktur Korea mulai diakui di Indonesia.

Salah satu faktor yang membentuk citra baik Korea di Indonesia

adalah hallyu. Selain itu, Korea mendapat tempat di hati

masyarakat Indonesia karena Pemerintah Korea menyalurkan

bantuan saat Indonesia mengalami kesulitan. Melalui IK-CEPA, Korea dan Indonesia diharapkan membuka lembaran baru dalam

kerja sama sebagai mitra yang dapat mewujudkan kesejahteraan

bersama setelah melewati masa emas seperti saat ini. Korea dan

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

127 Bab 2

Indonesia yang telah menjalin hubungan persahabatan selama 50

tahun kini melukiskan sejarah persahabatan 100 tahun lamanya

sebagai mitra abadi.

1. Tahun-Tahun Awal (1968-1985): Masuknya Perusahaan Korea

yang Bertumpu pada Pengelolaan Sumber Daya Alam

a) Awal dari Kerja Sama Ekonomi Komplementer

Setelah mengimplementasikan Rencana Lima Tahun

Pembangunan Ekonomi Tahap Pertama (1962—1966), Korea

Selatan menjalankan Rencana Pembangunan Ekonomi Tahap

Kedua (1967—1971) dengan visi mewujudkan modernisasi pada struktur industri dan kemandirian ekonomi di bawah inisiatif

Pemerintahan Park Chung-hee. Pada masa ini, Indonesia baru

mulai mengimplementasikan Rencana Lima Tahun Pembangunan

Ekonomi Tahap Pertama (1969—1974).

Bagi Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang

melimpah, hal yang sangat mendesak adalah membangun fondasi

untuk mewujudkan kemandirian perekonomian nasional melalui

pengembangan sumber daya alam. Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia menerbitkan beberapa peraturan secara bertahap, yaitu

UU No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, UU No.5

Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan,

UU No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal dalam Negeri, dan PP No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan. Pada

tahun-tahun tersebut, Korea membutuhkan bahan baku untuk

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

128

mengembangkan industri manufaktur. Perusahaan Korea gencar

memasuki pasar Indonesia sejak akhir 1960-an untuk memenuhi

ketersediaan bahan baku, seperti kayu, minyak mentah, batu

bara, dan tebu.

Pada 1968, KODECO mulai berinvetasi pada sektor kayu

di Kalimantan Selatan. Tahun berikutnya, Korindo (disebut

Inni Donghwa saat itu) memulai bisnisnya pada sektor yang

sama di wilayah Kalimantan Timur. Industri kayu Indonesia

mulai diminati oleh banyak perusahaan lain dari Korea setelah

KODECO dan Korindo lebih dahulu berinvestasi. Perusahaan

Korea lain yang berinvestasi di Indonesia, antara lain, Gyeongnam

Gyoyeok, Hanin Heungeop, Shinheung Mokjae, dan Yurimsari

(ditulis sesuai pengucapaan dalam nama Korea). Namun, sejak

adanya larangan ekspor kayu pada awal 1980, perusahaan yang

dapat bertahan di sektor kayu hanyalah perusahaan yang setara

dengan Korindo dan KODECO, yakni yang memiliki pabrik

kayu lapis (plywood). Korindo menjadi satu-satunya perusahaan

Korea yang konsisten menjalankan bisnisnya di sektor kehutanan

sampai saat ini.

Pada 1973, Miwon (namanya diubah menjadi Daesang saat ini), yang memproduksi monosodium glutamat (MSG), mendirikan perusahaan patungan, yaitu PT Miwon Indonesia dan menjadi

pengekspor pertama plant ke luar negeri. Miwon memulai

bisnisnya dengan membangun pabrik pada 1975. Pada tahun

berikutnya, Miwon mulai memproduksi dry glutamate acid dan pada 1978 mereka gencar memproduksi MSG hasil fermentasi tebu.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

129 Bab 2

Pada rentang waktu 1972—1985, investasi Korea di Indonesia didominasi oleh perusahaan konstruksi dan perdagangan, selain investasi untuk keamanan sumber daya alam. Pada Desember

1972, Samhwan menandatangani kontrak pembangunan jalan tol lintas Sumatra dengan Pemerintah Indonesia. Pada Juni

1973, Daelim memenangkan proyek pembangunan compressor station. Pada Desember tahun yang sama, Hyundai E&C berhasil menandatangani kontrak pembangunan jalan tol Jagorawi yang

menghubungkan Jakarta dan lingkar luar bagian selatan Bogor. Hannam (dibeli oleh Sangyong pada 1971) mengekspor semen ke Indonesia dan mengimpor kopi dari Indonesia sejak 1968.

Pada November 1973, Hanil Cement mendirikan Hanil Jaya yang mengelola pabrik reinforcing bar di Surabaya, Jawa Timur.

Setelah menghadapi dua kali krisis minyak pada 1970an, Pemerintah Korea Selatan memaksimalkan upaya untuk

mengamankan minyak bumi dan melakukan pembangunan ladang minyak. Korea melalui Kodeco Energy menandatangani

proyek pembangunan ladang minyak di Blok Madura Barat

dengan Pertamina Indonesia. Kerja sama tersebut menandai

dimulainya kerja sama pembangunan ladang minyak oleh kedua negara. Proyek pembangunan ladang minyak oleh Kodeco Energy

merupakan proyek pembangunan ladang minyak perdana yang

dilakukan di luar Korea. Proyek ini bermakna tersendiri karena

perusahaan Korea berpartisipasi dalam proyek luar negeri yang

membutuhkan modal dalam skala besar dan teknologi tinggi.

Perusahaan Korea lain yang ada di Indonesia adalah

perusahaan patungan bernama Kideco yang didirikan oleh

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

130

Samtan. Perusahaan yang berdiri sejak 1982 tersebut bergerak di sektor pertambangan dan penjualan batu bara bituminus.

Kideco memiliki hak atas tambang pasir di Provinsi Kalimantan

Timur. Batu bara bituminus, hasil tambang dari daerah tersebut, dijual di Indonesia dan penjuru dunia, termasuk Korea Selatan.

Belakangan ini, 40 persen dari total 49 persen saham Kideco milik

Samtan diakuisisi oleh Indika Energy.

Acara tutup tahun 2019 yang bertepatan dengan peringatan tahun ke-50 berdirinya Korindo (21/12/2019)

Sumber Foto: Korindo Group

b) Peralihan dari Pengembangan Hutan ke Industri Reboisasi

Hutan yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

Dalam berinvestasi, KODECO dan Korindo tidak hanya

sekadar mengincar impor kayu, tetapi menanam modal langsung

untuk pembangunan kayu melalui manajemen badan usaha yang

mereka dirikan di Indonesia. Industri kayu yang dikelola oleh

perusahaan dari Korea Selatan mulai beroperasi pada akhir 1960an, yaitu untuk mengembangkan kayu dan memproduksi kayu

lapis dengan bahan baku dari Indonesia. Belakangan ini industri

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

131 Bab 2

kayu di Indonesia yang dikelola Korea Selatan berubah menjadi industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, seperti perkebunan dan kelapa sawit.

Sebagian besar pengusaha kayu lapis pada 1960-an—awal industrialisasi di Korea Selatan—mengandalkan bahan baku

yang berasal dari wilayah Asia Tenggara, yaitu kayu meranti.

Ketika Filipina dan wilayah Sarawak di Malaysia memberlakukan

larangan ekspor kayu pada awal 1970, Pemerintah Korea Selatan

dan perusahaan-perusahaan Korea mulai mencari negara pengekspor kayu lain. Indonesia kemudian dipilih sebagai

alternatif karena dinilai memiliki sumber daya hutan yang

melimpah meskipun secara geografis letaknya lebih jauh daripada

Filipina dan Malaysia.

Pada saat itu, perusahaan pengembang kayu asal Korea Selatan

lebih memilih penanaman modal langsung, baik oleh perusahaan

maupun Pemerintah Korea Selatan, daripada melakukan

diversifikasi pasar impor. Keputusan tersebut diambil karena

memperhatikan kebutuhan industri kayu Korea Selatan sendiri

dan pertimbangan bahwa pada waktu itu nasionalisme sumber

daya di sektor kehutanan mulai muncul, terutama di negaranegara pengekspor kayu di kawasan Asia Tenggara. Penanaman

modal dianggap lebih menguntungkan karena akan menyuplai

bahan baku secara lebih stabil daripada hanya mengimpor kayu yang diproduksi perusahaan asing. Pada 1968, Pemerintah Korea

Selatan menyertakan sejumlah ketentuan terkait penanaman

modal luar negeri dalam peraturan pengelolaan devisa. Dengan

pembenahan peraturan tersebut, investasi luar negeri untuk

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

132

pembangunan sumber daya alam, ketersediaan bahan baku, dan akselerasi ekspor dapat dimulai meski masih terbatas.

Sementara itu, di bawah kekuasaan Presiden Soeharto, Indonesia memacu pengimplementasian kebijakan industrialisasi untuk mendanai pembangunan ekonomi di tengah kekacauan sosiopolitik setelah kudeta komunis pada 30 September 1965. Indonesia mulai menyusun rencana pembangunan sektor sumber daya utama, seperti mineral, minyak bumi, dan kehutanan yang dapat menjadi fondasi menuju industrialisasi. Pada masa itu, Presiden Soeharto membagikan hutan tropis yang ada di luar Pulau Jawa kepada para bawahan setingkat jenderal. Untuk menarik dana dan teknologi dari luar Indonesia, para jenderal itu membenahi peraturan-peraturan guna mengembangkan industri kehutanan.

Perusahaan-perusahaan Korea pun mengikuti pergerakan tersebut dan mulai aktif dalam industri pembangunan kehutanan di Indonesia. Saat situasi ekonomi nasional tertekan, KODECO mendapat izin penanaman modal luar negeri pertama sebanyak

USD3 juta dari Pemerintah Korea Selatan pada Februari 1968.

Dengan dana tersebut, KODECO mulai menjalankan proyek kehutanan di Kecamatan Batulicin, Kalimantan Selatan.

KODECO secara eksklusif melakukan pembangunan hutan seluas 270.000 ha tersebut dan berdiri di garis terdepan dalam pembangunan kehutanan di Indonesia.

Sejumlah perusahaan Korea Selatan yang juga bergerak di bidang pembangunan kehutanan alam mulai mengikuti

jejak KODECO di Indonesia. Korindo (Inni Donghwa saat

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

133 Bab 2

itu) mengembangkan hutan seluas 120.000 ha di Balikpapan, Kalimantan Timur pada 1969; Gyeongnam Gyoyeok mengembangkan hutan seluas 200.000 ha di Tarakan, Kalimantan Timur pada 1960; Hanni Heungeop mengembangkan hutan seluas 115.000 ha di area Sungai Lamandau, Kalimantan Tengah pada 1973; dan Aju Imeop mengembangkan hutan seluas 115.000 ha di area Sungai Melawi, Kalimantan Barat pada akhir 1976. Sebagian besar kayu solid yang diproduksi oleh perusahaanperusahaan Korea Selatan diekspor ke Korea Selatan, Jepang dan Taiwan. Dibantu oleh Indonesia sebagai penyedia bahan baku yang stabil, Korea Selatan pun memimpin pasar industri kayu lapis dunia pada 1970.

Sejak 1980, Pemerintah Indonesia secara bertahap membatasi ekspor kayu solid dan melarang ekspor hasil olahannya. Pada

1985, ketika larangan ekspor kayu solid diberlakukan secara penuh, sejumlah industri pengembang kayu solid yang belum membangun pabrik kayu lapis dinyatakan pailit dan sebagian

lainnya terpaksa beralih ke bidang industri lain. Sejak larangan ekspor kayu lapis tersebut berlaku, perusahaan yang mampu

bertahan adalah perusahaan pengembang kayu solid saja, seperti

Korindo dan KODECO karena memiliki pabrik kayu lapis.

Kebijakan pengembangan industri kayu lapis dalam negeri

membuat Indonesia mengalami kenaikan kapasitas produksi

dan ekspor kayu lapis hingga pada pertengahan 1990, Indonesia

dikenal sebagai negara pengekspor kayu lapis terbesar, mengalahkan Korea Selatan, Malaysia, dan Filipina.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

134

Menurut data tahun 2019, tim Pengembangan Kayu Lapis, Divisi Pengelolaan Kayu di Korindo Group memproduksi

kayu 500.000 meter kubik setahun. Kayu solid yang berkualitas tersebut diproduksi atas prinsip manajemen hutan alam yang berkelanjutan. Korindo, sebagai produsen kayu lapis global, mengekspor 98 persen dari keseluruhan hasil produksinya. Nilai ekspor Korindo mencapai USD350 juta per tahun. Seperempat dari seluruh kayu lapis yang diproduksi di Indonesia berasal dari Korindo.

Seiring dengan intensifnya kegiatan investasi sumber daya kehutanan di luar negeri pada tahun 2000-an, banyak perusahaan

lain selain Korindo Group yang mulai melirik investasi pada sektor pembangunan kelapa sawit, seperti Daesang Holdings, Samsung C&T, Samtan, LG Internasional (saat ini disebut LX International), JC Chemical, dan Posco Daewoo.

Kini, di Indonesia, terdapat sejumlah proyek perkebunan yang sedang dijalankan oleh Korea Selatan, antara lain, proyek pilot perkebunan biomassa oleh Korea Forestry Promotoion Institute (Kofpi) di Semarang, Jawa Tengah; proyek perkebunan tanaman

cepat tumbuh (fast-growing) dan pohon karet oleh National Forestry Cooperative Federation di Jawa Barat dan Kalimantan; serta proyek perkebunan untuk memproduksi pulp oleh Moorim

P&P di Papua.

Kerja sama di bidang kehutanan antara Korea dan Indonesia

tidak berjalan sendiri. Bantuan dan upaya dari pemerintah

dan lembaga nasional Korea menjadi bagian dari kerja sama tersebut. Korea-Indonesia Forestry Committee yang digelar

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

135 Bab 2

pada 1979 menjadi momentum untuk semakin memperluas lingkup kerja sama di bidang kehutanan. Semenjak itu, beragam investasi dilakukan di sektor perkebunan, kehutanan, riset dan pengembangan, pembangunan kehutanan, perlindungan hutan, dan pemberdayaan SDM. Pada 2007, Korea dan Indonesia

membawa hubungan kerja sama bidang kehutanan ke tingkat yang

lebih maju melalui Forum Kehutanan. Pada 2005, ketika bagian

utara Pulau Sumatra dihantam tsunami, Korea International Cooperation Agency (KOICA) hadir untuk memulihkan hutan

mangrove yang hancur di pesisir pantai melalui program

ODA. Pada tahun berikutnya, KOICA membangun kebun

benih modern di Kecamatan Rumpin, Bogor, Jawa Barat. Pada 2009, KOICA menjalankan program pemberdayaan mitigasi

perubahan iklim di Pulau Lombok, yakni REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation atau Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan).

Sementara itu, Pemerintah Korea dan Indonesia melalui

Korea Forest Service dan Kementerian Kehutanan Indonesia

mendirikan Korea-Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC)

pada 2011 untuk memfasilitasi investor sektor perkebunan selain menjalankan program kerja sama G2G di bidang kehutanan. Kedua

negara melalui KIFC menjalankan beragam program kerja sama

yang semakin diperluas, antara lain, pemulihan hutan gambut, manajemen kebakaran hutan, program eco-tourism dan edukasi

lingkungan kehutanan, ketahanan sumber daya kehutanan asing, produksi bio-energi dari hutan, mitigasi perubahan iklim, dan kegiatan pertukaran SDM.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

136

c) Indonesia: Pasar Konstruksi dengan Potensi Pertumbuhan

Raksasa

Ketika Korea dihantam krisis minyak pada 1970-an, perusahaan-perusahaan konstruksi dari Korea Selatan meraup

“oil dollar” dari investasi pasar Timur Tengah. Mereka menjadi

kontributor baru dalam pertumbuhan ekonomi nasional setelah

pengusaha sektor manufaktur mulai meninggalkan negaranegara maju. Pada tahun-tahun awal investasi pasar luar negeri, para pelaku usaha konstruksi tidak bisa menghindari defisit. Akan

tetapi, atas dukungan dari pemerintah melalui UU Akselerasi

Konstruksi Luar Negeri tahun 1975, mereka mulai memperoleh

hasil yang memuaskan.

Proyek konstruksi luar negeri Korea dimulai pada 1965.

Nilai pendapatan kumulatif hingga akhir 2019 mencapai USD830

miliar. Negara yang menjadi tujuan terbesar investasi sektor

konstruksi adalah Timur Tengah, yakni dengan nilai pendapatan

USD430 miliar. Nilai pendapatan dari proyek konstruksi di kawasan ASEAN mencapai USD166 miliar, yakni jauh di bawah

40 persen total nilai pendapatan dari Timur Tengah. Namun

demikian, ASEAN mulai menunjukkan kekuatannya di pasar

konstruksi dan menyaingi Timur Tengah yang tidak pernah

turun dari posisi puncak sebagai negara tujuan investasi bagi

pelaku usaha kontruksi Korea Selatan. Sejak 2018, berkat

pertumbuhan ekonomi yang pesat, kebutuhan pembangunan

infrastruktur yang tinggi, serta kebijakan New Southern Policy

yang dideklarasikan oleh Pemerintah Korea Selatan, ASEAN

mampu menyaingi, bahkan melampaui Timur Tengah. Pada saat

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

137 Bab 2

yang sama, pasar konstruksi Timur Tengah menjadi lesu akibat harga minyak yang tidak stabil.

Pada 2018, nilai pendapatan dari ASEAN mencapai USD11.9 miliar, melampaui nilai pendapatan dari Timur Tengah, yaitu USD9.2 miliar. Pada 2019, ASEAN mempertahankan posisinya sebagai tujuan investasi terbesar bagi Korea Selatan di bidang konstruksi dengan pendapatan USD8 miliar. Sedangkan, pendapatan dari Timur Tengah mencapai USD4.7 miliar.

Kemajuan tersebut menunjukkan bahwa ASEAN telah menjadi pasar konstruksi terbesar bagi Korea Selatan. Berdasarkan data yang dirilis pada 2019 diketahui bahwa di kawasan ASEAN, Indonesia menjadi tujuan investasi terbesar bagi Korea Selatan dengan nilai pendapatan USD3,7 miliar, diikuti Vietnam (USD1.6 miliar), dan Singapura (USD1.3 miliar).

Sudah 50 tahun berjalan sejak perusahaan Korea Selatan masuk ke pasar konstruksi di Indonesia. Pada 1970, perusahaan dari Korea Selatan, Samhwan, mengerjakan proyek pembangunan pertamanya, yaitu pembangunan perumahan di Jakarta atas permintaan insinyur militer tempur AS. Samhwan kemudian

membangun tol lintas Sumatra pada 1972. Pada 1973, Daelim mengerjakan proyek pembangunan compressor station. Pada 1997, Hyundai E&C memenangkan proyek pembangunan jalan tol

Jagorawi. Beberapa proyek berikutnya adalah proyek konstruksi, seperti Bursa Efek Jakarta pada 1997, proyek pengembangan bandara Batam pada 1997, fasilitas pengolahan gas di Suban

(Palembang) pada 2002, proyek pengembangan Plaza Indonesia pada 2006, InterContinental Hotel Bali (tidak diketahui tahunnya),

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

138

dan pembangkit listrik batu bara dengan kapasitas 660 MW di Cirebon (Jawa Barat) pada 2012. Saat ini salah satu proyek yang

sedang berjalan adalah proyek revitalisasi kilang yang dilakukan

oleh Hyundai Engineering di Kalimantan Timur. Proyek yang

dimenangkan pada September 2019 tersebut mengeluarkan

modal investasi sebesar USD2.17 miliar.

Pada 2011, Indonesia menerbitkan MP3EI (Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indo-nesia

2011—2025) dan bertarget menjadi kekuatan ekonomi terbesar

kesepuluh pada 2025. Dalam MP3EI tersebut ditetapkan 6

koridor ekonomi untuk dikembangkan melalui 3 tahap selama 15

tahun dengan modal investasi senilai USD470 miliar. Salah satu

bidang pembangunan yang menjadi pusat perhatian Pemerintah

Indonesia saat ini adalah pembangunan “kota cerdas”. Selain itu, proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara di sekitar Balikpapan

Kalimantan Timur telah dimulai pada awal 2022 (ditunda dari

jadwal awal). Ibu kota baru ini akan menjadi pusat administrasi negara Indonesia menggantikan Jakarta.

Pemerintah Indonesia membuka lebar peluang investasi

kepada para investor dari seluruh dunia untuk merealisasikan

“kota cerdas”, yakni kota yang ramah lingkungan dengan

kendaraan listrik dan kota berorientasi masa depan yang dilintasi

taksi drone. Luas wilayah Ibu Kota Nusantara akan mencapai

180.000 ha, yakni tiga kali lebih luas daripada luas Jakarta.

Pembiayaan untuk pembangunan IKN diproyeksikan mencapai

USD32 iliar dengan komposisi pembiayaan 19 persen dari APBN

dan 80 persen melalui KPBU.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

139 Bab 2

2. Periode Perkembangan (1986—2002): Peningkatan Pesat

Investasi Perusahaan Korea yang Berpusat pada Industri

Manufaktur

a) Investasi Industri Manufaktur: Dari Industri Padat Karya ke Industri Padat Teknologi

Pada rentang waktu 1988 s.d. 1992, investasi perusahaan Korea Selatan di Indonesia mengalami tren peningkatan yang pesat. Peningkatan investasi perusahaan Korea di Indonesia

terlihat jelas, terutama pada sektor padat karya, seperti tekstil, garmen, alas kaki, dan mainan. Hal ini dipengaruhi oleh

kebijakan Pemerintah Indonesia untuk menarik investasi asing, menerapkan kebijakan pengupahan minimum, serta adanya sumber daya yang melimpah. Faktor pendukung lainnya adalah

pembenahan peraturan yang lebih sistematis melalui Agreement for the Avoidance of Double Taxation and the Prevention of Fiscal Evasion with respect to Taxes on Income (November 1988) dan Bilateral Investment Treaty (ditandatangani pada Februari 1991). Pada awal 1990-an, industri padat teknologi, seperti elektronik dan bioteknologi mulai memasuki pasar Indonesia. Pada saat itu, kegiatan bisnis menjadi awal yang baik untuk mendukung keberhasilan investasi LG Electronics, Samsung Electronics, dan CJ di Indonesia.

Pada akhir 1980-an, Asia Tenggara menjadi pusat perhatian para investor Korea Selatan yang bergerak di bidang industri padat karya, seperti garmen dan alas kaki. Mereka tertarik untuk berinvestasi di Asia Tenggara karena kondisi bisnis di dalam

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

140

dan luar negeri Korea dinilai kurang kondusif akibat terjadinya

depresiasi nilai tukar Won, kenaikan upah, perselisihan dalam

hubungan industri, dan konflik perdagangan dengan negaranegara maju. Di tengah kondisi tersebut, Indonesia menjadi

incaran bagi investor Korea, khususnya yang bergerak di sektor

padat karya. Hal ini disebabkan (1) Indonesia memiliki banyak

SDM, khususnya tenaga kerja yang tingkat upahnya relatif rendah

dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara; (2) adanya

fasilitas Generalized System of Preference (GSP).

Salah satu kendala yang dihadapi para investor Korea Selatan

ketika berada di Indonesia adalah masalah perbedaan bahasa

dan budaya dengan masyarakat setempat. Pada saat itu, sebagian

besar UMKM asal Korea Selatan memiliki modal yang terbatas

sehingga mereka memasuki pasar Indonesia tanpa persiapan

yang cukup. Selain itu, mereka menerapkan jam kerja yang

panjang dan keahlian serta pengalaman manajemen sumber daya

manusia yang masih kurang. Investasi yang terpusat di sektor

manufaktur padat karya berskala menengah di Indonesia sempat

jatuh ketika Tiongkok dan Vietnam muncul sebagai tujuan

investasi baru sejak 1992.

Pada awal 1990, investasi perusahaan Korea mulai diperluas ke industri padat teknologi. Perusahaan yang berdiri pada waktu

itu adalah Hankook Ceramic yang mengelola pabrik seladon

(Hankook Chinaware sekarang) dan Samik Indonesia (badan usaha Samik Musical Instruments). Setelah itu, perusahaan

produsen perabotan elektronik dan bioteknologi asal Korea

Selatan mulai muncul di Indonesia. Beberapa perusahaan Korea

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

141 Bab 2

yang telah memiliki nama baik di Indonesia adalah LG Electronics, Samsung Elctronics, dan CJ.

Akibat upah minimum di Indonesia dinaikkan secara signifikan

sejak 1993, penanaman modal asing yang semula berfokus pada industri padat karya perlahan berpindah ke industri padat teknologi. Setelah pertengahan tahun 1990-an, banyak perusahaan

Korea yang berinvestasi pada tiga sektor baru, yakni industri manufaktur yang mengadopsi teknologi menengah, seperti produsen petrokimia dan fabrikasi logam; sektor kunci (disebut juga basic industry), seperti besi baja, otomotif, dan elektronik; dan sektor pembangunan anjungan (plant) serta pembangunan prasarana.

Melihat tren investasi yang beragam tersebut, perusahaan

layanan asuransi asal Korea Selatan pun ikut masuk ke pasar

Indonesia untuk memberikan layanan kepada perusahaan Korea di Indonesia. Samsung Fire and Marine Insurance mendirikan

PT Asuransi Samsung Tugu di Indonesia pada 1996. Tahun

berikutnya, KB Insurance membuka kantornya di Indonesia.

Pada 1998, Meritz Fire and Marine Insurance mulai menjalankan

bisnisnya melalui Meritz Koroindo Insurance.

Pada tahun-tahun awal 1990-an, permintaan pasar dalam

negeri Indonesia meningkat mengikuti tren positif pertumbuhan

ekspor. Pasar saham dan properti pun ikut menunjukkan kegairahan. Namun demikian, harga sembako melambung dan pasar properti pun mulai mengalami “gelembung peroperti”

yang dipicu oleh overheated economy, yaitu fenomena pertumbuhan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

142

ekonomi yang tinggi, tetapi dibarengi dengan tingkat inflasi yang

juga tinggi. Ditambah lagi, defisit transaksi berjalan tidak bisa

dielakkan oleh Indonesia akibat defisit neraca perdagangan yang

terjadi secara besar-besaran. Secara otomatis, utang luar negeri

Indonesia pada saat itu melambung. Hal itu disebabkan Indonesia

gagal mengelola pasar keuangan dan modal. Meningkatnya defisit

transaksi berjalan menunjukkan bahwa mata uang Indonesia

dinilai tinggi, tetapi otoritas kebijakan masih ragu-ragu untuk

melakukan penyesuaian. Akibatnya, Indonesia dilanda krisis moneter dan harus mengikuti program IMF (debt restructuring) pada Oktober 1997.

Krisis keuangan yang melanda Korea dan Indonesia secara bersamaan menyebabkan perusahaan Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia mengalami ketidakstabilan.

Krisis ekonomi tahun 1997 dan turbulensi sosiopolitik menuju demokratisasi yang terjadi sejak 1998 di Indonesia menjadi ancaman bagi keberlangsungan komunitas orang Korea di Indonesia meski hanya untuk sementara waktu.

Akibat kerusuhan Mei 1998, lebih dari 5.000 orang Korea di Indonesia harus dievakuasi. Namun, sebagian besar warga Korea yang menjabat sebagai pimpinan di perusahaan tetap tinggal di Indonesia untuk menjalankan bisnisnya bersama dengan

karyawan Indonesia setelah memulangkan keluarganya ke Korea. Sejak itulah, pepatah yang berbunyi “Sahabat sejati adalah

sahabat pada kala sulit” sering digunakan untuk menggambarkan

hubungan orang Korea dan Indonesia di lingkungan kerja.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

143 Bab 2

Sumber

b) Industri Alas Kaki: Pembangunan Klaster di Tangerang

hingga Relokasi ke Jawa Tengah

Tiongkok dan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Vietnam menjadi basis produksi ekspor alas kaki, khususnya sepatu olahraga sejak 1990-an. Hingga tahun 1970-an, Jepang menjadi pusat produksi alas kaki olahraga. Pada 1980-an, Korea menjadi negara produsen utama alas kaki olahraga.

UMKM padat karya dari Korea Selatan memilih untuk berinvestasi di luar negeri, khususnya ke Asia Tenggara dan Tiongkok. Hal itu dilakukan karena Korea saat itu sedang mengalami demokratisasi sehingga sengketa ketenagakerjaan semakin kerap terjadi. Selain itu, nilai profitabilitas menurun drastis akibat depresiasi Won terhadap AS dan kenaikan upah.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

144
Presiden Jokowi makan siang bersama buruh saat meninjau pabrik sepatu PT KMK Global Sports, Kabupaten Tangerang, Banten (30/4/2019). Foto: PT KMK Global Sports

Sebagian besar pabrik industri alas kaki dari Korea Selatan dan Taiwan dipindahkan ke Asia Tenggara dan Tiongkok mengikuti

perusahan bermerek global dan “big buyer”, seperti Nike, Reebok, dan Adidas yang melakukan rekonstruksi rantai nilai global ke negara-negara yang sedang berkembang saat itu, seperti Asia

Tenggara dan Tiogkok. Indonesia menjadi tujuan investasi yang

paling diminati oleh investor UMKM Korea Selatan pada akhir

1980-an dan awal 1990. Pada masa itu, investasi dari industri

padat karya asal Korea Selatan untuk pertama kalinya dilakukan secara intensif.

Pada akhir 1980-an, yakni tahap awal pemindahan pabrik, industri UMKM Korea memilih dua negara tujuan investasi, yaitu Thailand dan Indonesia. Tiongkok dan Vietnam tidak menjadi

pilihan utama karena saat itu kedua negara ini belum memiliki

hubungan diplomatik dengan Korea Selatan. Sementara itu, Indonesia dipilih menjadi tujuan investasi karena di Indonesia

sudah ada industri lain yang beroperasi sejak akhir 1960-an, seperti industri di sektor pembangunan kayu, manufaktur kayu lapis, perdagangan internasional, dan konstruksi. Hal itu dapat

mengurangi biaya awal yang harus dikeluarkan oleh investor padat karya. Pertengahan tahun 1980-an, perusahaan Korea

Selatan yang menjalankan usaha di bidang manufaktur alas kaki, yaitu PT Garuda Indawa (nama lainnya Eagle), anak perusahaan

Korindo Group, menjadi investor alas kaki pertama dari Korea

Selatan di Indonesia. Perusahaan tersebut menjadi contoh bagi

industri alas kaki lain yang berencana memindahkan pabriknya

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

145 Bab 2

ke Indonesia namun belum memiliki pengalaman berinvestasi di luar negeri.

Keberhasilan PT Garuda Indawa menjadi pionir dalam industri alas kaki Korea di Indonesia pada 1985 mendorong perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama untuk beroperasi di Indonesia pada akhir 1980 hingga awal 1990. Beberapa perusahaan tersebut, antara lain, Sung Hwa Dunia, Pratama Abadi Industri, Tongyang Indonesia, Dong Joe Indonesia, Tae Hwa Indonesia, Starwin Indonesia, Doson Indonesia, Korinesia, dan Kumkang. Perusahaan-perusahaan tersebut membangun fasilitas produksi berskala besar dan mengadopsi sistem Original Equipment Manufacturer (OEM). Semua industri alas kaki, kecuali Tongyang yang menembus pasar Indonesia pada rentang waktu tersebut, membangun pabriknya di luar Jakarta, yaitu di Tangerang.

Tiongkok dan Vietnam muncul sebagai negara yang berpotensi menjadi tujuan investasi bagi Korea Selatan sejak 1992, yakni ketika kedua negara tersebut secara resmi menjadi mitra diplomatik. Hal itu kemudian mengguncang dunia industri alas kaki global sehingga sektor manufaktur alas kaki di Indonesia menghadapi kesulitan. Situasi ini menjadi lebih sulit setelah upah minimum naik menjadi lebih dari 10 persen per tahun sejak 1993. Akibatnya, Indonesia tidak lagi menjadi tempat yang memiliki kelebihan dari segi biaya produksi. Tiongkok dan Vietnam kemudian menjadi alternatif basis produksi baru dengan keunggulan lokasi yang

lebih dekat dengan Korea Selatan. Namun demikian, pada 2008, ketika Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas,

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

146

biaya produksi melonjak sehingga sebagian perusahaan yang memproduksi barang di Tiongkok pada waktu itu kembali

memindahkan usahanya ke Korea atau ke Indonesia.

Di Indonesia, perusahaan-perusahaan Korea yang berkegiatan di bidang Industri alas kaki membentuk kluster di Tangerang

Banten dan sekitarnya. Semenjak itu, Tangerang menjadi salah

satu wilayah di sekitar ibu kota yang dipilih oleh kebanyakan orang Korea untuk tinggal. Kehadiran industri alas kaki tersebut

berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di Tangerang.

Sejak pertengahan 1990-an, Tiongkok dan Vietnam berhasil

menjadi salah satu pusat produksi baru. Saat itu, Indonesia masih mengalami kekacauan politik, sosial, dan ekonomi sampai awal

2000-an. Adapun para pelaku usaha dari Korea Selatan yang

mengalami pailit sebelum dan setelah 2005 adalah Sunghwa, Garuda Indawa, Dongjoe, Starwin, Korinesia, dan Taehwa yang

merupakan pionir di sektor manufaktur alas kaki. Hal itu terjadi

karena mereka tidak cepat dalam merespons perubahan sehingga manajemen keuangan perusahaan memburuk.

Pada awalnya, Tangerang menjadi basiGduksi industri alas

kaki yang melakukan produksi massal ala Korea dan menerima pesanan dari global brand yang mengadopsi OEM. Akan

tetapi, perusahaan Korea Selatan di Indonesia belum memiliki

pengalaman investasi di luar negeri meski mereka memilih

manajemen langsung di Indonesia. Selain itu, pemahaman

orang Korea terhadap budaya Indonesia sangat minim sehingga

terkadang terjadi konflik antara pimpinan orang Korea dengan

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

147 Bab 2

karyawan orang Indonesia. Hal ini menjadi pelajaran bagi investor asal Korea Selatan dalam mengambil keputusan untuk

berinvestasi dan memasuki pasar Indonesia.

Industri alas kaki Korea di Indonesia yang sempat terpuruk

sejak krisis keuangan Asia pada 1998 kembali bergairah pada

2005 ketika PT Parkland World Indonesia membeli Poong Won

Chehwa. Tidak lama kemudian, produsen alas kaki besar dari

Korea, seperti Chang Shin Indonesia dan Taekwang Industrial

Indonesia menanamkan modalnya di Indonesia sehingga dunia

manufaktur alas kaki yang dikelola orang Korea di Indonesia mulai bangkit kembali.

Situasi sosial dan politik Indonesia yang membaik sejak

Pemerintahan SBY pada 2016 membawa angin segar bagi industri

manufaktur di Indonesia. Korean Chamber of Commerce and Industry in Indonesia (Kocham) dan Korean Footwear Association in Indonesia (KOFA) berperan besar dalam membangkitkan

industri manufaktur yang dijalankan oleh para pelaku usaha asal

Korea Selatan di Indonesia. Kini, perusahaan-perusahan alas kaki asal Korea Selatan membentuk basis produksi baru di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jepara, Salatiga, dan Brebes (di sekitar Semarang, Jawa Tengah). Pemilihan daerah tersebut didasarkan pada pertimbangan upah minimum di Pulau Jawa dan kebijakan

pembangunan pemerataan nasional oleh Pemerintahan Jokowi (sejak 2014 hingga kini).

Sejak 2016, banyak perusahaan alas kaki Korea yang

memindahkan pabriknya dari Provinsi Banten ke Jawa Tengah

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

148

atau dari Jabodetabek ke luar Jawa Barat, seperti ke Subang dan Garut. Beberapa perusahaan yang bergerak cepat untuk perpindahan adalah Hwaseung, Parkland, KMK, Pratama, Changshin, dan Taekwang. Kini industri alas kaki asal Korea

Selatan di Indonesia melakukan transformasi dari industri padat karya menjadi industri dengan sistem otomatisasi produksi.

Pada 2020, KOFA beranggotakan 200 perusahaan yang terdiri

atas ±20 perusahaan alas kaki dan ±180 perusahaan penyedia material serta perusahaan toll manufacturing. Perusahaanperusahaan anggota KOFA tersebut mempekerjakan 2.000 orang

Korea, 250.000 karyawan lokal, serta memproduksi 132 juta pasang

sepatu per tahun dengan nilai penjualan USD3,5 miliar. Hal itu menjadikan mereka sebagai salah satu kontributor terbesar dalam

kinerja ekspor Indonesia.

Sumber Foto:

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

149 Bab 2
Pabrik Industri Garmen Hansae Indonesia Situs Web Hansae Indonesia

c) Industri Garmen: Kontribusi pada Ekspor Indonesia, Beradaptasi dengan Perubahan Lingkungan Setempat

Industri tekstil dan garmen yang mendorong industrialisasi

Korea pada 1970 sampai dengan 1980-an diibaratkan “anak emas” dalam pertumbuhan industri di Korea. Kedua industri

tersebut menjadi tulang punggung manufaktur dan modal dalam menumbuhkan dan membesarkan Korea hingga menjadi kekuatan ekonomi terbesar kesepuluh saat ini. Adapun industri

padat karya di Korea mulai melemah. Hal ini membuat para pengusaha di sektor tersebut mulai memindahkan pabriknya ke Asia Tenggara sejak akhir 1980-an.

Industri garmen dan industri alas kaki mengalami kebangkitan dan kemerosotan pada masa yang sama, yakni ketika di dalam negeri Korea terjadi demokratisasi dan kenaikan biaya produksi. Hal ini kemudian membuat para pengusaha di sektor tersebut mulai melirik pasar luar negeri. Dari sejumlah negara di Asia Tenggara, Indonesia menjadi pilihan utama karena memiliki tenaga kerja yang melimpah dan biaya tenaga kerjanya relatif rendah.

Indonesia masuk dalam sepuluh negara terbesar produsen tekstil. Industri tekstil dan garmen adalah industri yang telah lama berkembang di Indonesia. Pemerintah Indonesia secara proaktif menarik investor asing pada akhir 1980 guna mengembangkan industri tekstil dan garmen menjadi industri berorientasi ekspor.

Pada tahun-tahun itu, kedua sektor tersebut menjadi pilar utama dalam pasar ketenagakerjaan karena menyerap banyak tenaga kerja. Tahun-tahun tersebut menjadi waktu yang tepat bagi Korea

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

150

dan Indonesia untuk saling melengkapi karena perusahaan garmen Korea juga sedang merencanakan basis produksi ke luar negeri.

Mantan Chairman Korea Garment Manufacture’s Association in Indonesia (KOGA), Lee Wan-ju, dalam sebuah wawancara pernah

menjelaskan latar belakang investor Korea di sektor garmen

memilih Indonesia sebagai tujuan investasi. Menurutnya, perusahaan garmen Korea Selatan mulai menembus pasar

Indonesia sejak 1988 dan saat itu induk perusahaan mereka adalah

perusahaan perdagangan internasional. Mereka mencermati

berbagai informasi dan pengalaman yang dimiliki oleh

perusahaan perdagangan internasional, termasuk perusahaan di sektor kayu yang telah menjalankan berbagai bisnisnya di Indonesia. Hal itulah yang membuat Indonesia menjadi pilihan

utama bagi para investor Korea dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Masyarakat Korea di Indonesia juga menghadapi dinamika

perubahan seiring dengan perubahan di sektor industri alas kaki dan garmen. Pada akhir 1980-an, seiring dengan meningkatnya

jumlah perusahaan alas kaki dan garmen yang memindahkan basis produksinya ke Indonesia, jumlah penduduk asal Korea

Selatan di Indonesia pun meningkat. Pada pertengahan 1980-an, warga Korea di Indonesia berjumlah 1.500 orang dan pada awal

1990-an, jumlahnya meningkat drastis menjadi 100.000 orang.

Pada awal sampai akhir tahun 1990-an, komunitas warga

Korea di Indonesia terus berkembang dan memasuki era transformasi. Beberapa permasalahan pun mulai muncul. Para

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

151 Bab 2

ekspatriat yang ditugaskan untuk mengelola produksi massal

tidak memiliki dasar pemahaman tentang bahasa dan budaya

Indonesia, bahkan manual proses kerja pun tidak dibuat dalam

bahasa Indonesia. Hal-hal tersebut menjadi pemicu terjadinya

konflik antara karyawan Korea dan Indonesia. Masalah-masalah

dalam perusahaan Korea Selatan itu sering diberitakan oleh media lokal.

Kolong Langgeng adalah perusahaan Korea Selatan yang

berinvestasi di sektor garmen di Indonesia pada tahun-tahun awal.

Kolong Langgeng didirikan pada 1987 dan mulai berproduksi pada 1988. Mengikuti jejak Kolong Langgeng, perusahaan lain, seperti

Sukwang Indonesia, Campari Indonesia, dan Dada Indonesia ikut berinvestasi bertempat di Kawasan Industri Pulogadung, satusatunya kawasan industri di Jakarta pada tahun-tahun itu.

Investasi dari perusahaan garmen asal Korea mulai dialirkan ke pasar Indonesia secara beruntun, khususnya di Kawasan

Berikat Nusantara (KBN) yang terletak di Cakung, yakni sekitar

Pelabuhan Tanjung Priok, bagian utara Jakarta. Pelaku usaha lain

memilih Bekasi, Tangerang, dan Bogor sebagai basis produksi mereka.

Pada 1992, Tiongkok dan Vietnam muncul sebagai negara

yang berpotensi menjadi tujuan investasi bagi Korea Selatan, yakni ketika kedua negara tersebut secara resmi menjadi mitra diplomatik. Hal itu kemudian mengguncang dunia industri alas

kaki global sehingga sektor manufaktur alas kaki di Indonesia

menghadapi kesulitan. Situasi ini menjadi lebih sulit setelah

upah minimum naik menjadi lebih dari 10 persen per tahun

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

152

sejak 1993. Akibatnya, Indonesia tidak lagi menjadi tempat yang memiliki kelebihan dari segi biaya produksi. Tiongkok dan Vietnam kemudian menjadi alternatif basis produksi baru dengan

keunggulan lokasi yang lebih dekat dengan Korea Selatan.

Pada 1997, ketika krisis keuangan di Thailand melanda

Asia, Indonesia terkena dampak dari peristiwa Mei 1998, yakni ketidakstabilan sosiopolitik serta ancaman jatuh pada jurang resesi ekonomi. Kondisi tersebut membuat banyak perusahaan

asing menarik diri dari Indonesia. Akan tetapi, perusahaan

Korea tetap bertahan di Indonesia dan melewati masa-masa sulit tersebut. Mereka menantikan peluang untuk bangkit kembali.

Ketua Korean Association di Indonesia, Park Jae-han, yang juga menjalankan industri garmen bernama Busana Prima Global (BPG), bercerita, “Mengapa perusahaan garmen Korea saat itu

tetap menjalankan pabriknya? Saya rasa alasannya macammacam, tetapi alasan terpenting adalah hal itu dilakukan untuk memenuhi perjanjian dengan buyer dan mengirim hasil produk pada waktu yang telah dijanjikan.” Perusahaan-perusahaan

Korea, termasuk industri garmen yang bertahan di Indonesia pada masa itu melewati pasang surut dan menjadi lebih berkembang di kemudian hari.

Sejak pertengahan 1990-an, sejumlah buyer dari AS mulai

bekerja sama dengan Tiongkok dan Vietnam sebagai importir.

Hal tersebut menjadi tantangan bagi sebagian industri garmen

Korea di Indonesia. Situasi tersebut diperparah dengan adanya

teror 11 September 2001 yang menyebabkan banyak buyer AS yang

menarik diri dari Indonesia. Namun, setelah melewati jalan yang

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

153 Bab 2

berliku-liku, dunia industri tekstil dan garmen merasakan angin

segar dengan adanya pembebasan kuota impor tekstil di bawah

Perjanjian Tekstil oleh World Trade Organization (WTO) per 1

Januari 2005. Beberapa negara berkembang, seperti Tiongkok

dan Indonesia kembali memiliki daya saing ekspor di pasar AS

dan Uni Eropa. Setelah Tiongkok menggelar Olimpiade Musim

Panas di Beijing pada 2008, biaya produksi semakin meningkat.

Hal ini membuat banyak buyer mengalihkan pesanannya ke

Indonesia lagi.

Pada pertengahan tahun 2000-an, industri garmen di Indonesia

banyak memperoleh pesanan sehingga perusahaan Korea

berskala menengah dan besar, seperti SAE-A Trading, Hansoll

Textile, dan HANSAE memilih untuk berinvestasi di Indonesia.

Mereka rata-rata membangun pabrik garmen baru yang memiliki

50 lini produk pada setiap unit pabrik. SAE-A Trading, misalnya, selama rentang waktu 2011 hingga 2015 membangun Fabric

Mill secara bertahap sehingga sistem produksinya dilengkapi

dengan alat-alat rajut (knitting), pencelupan (dyeing), dan finising garmen. Industri garmen asal Korea Selatan di Indonesia tersebut menyambut masa emasnya.

Akselerasi Relokasi ke Daerah yang Upah Minimumnnya Lebih

Rendah

Sejak tahun 2000, yaitu setelah memasuki era reformasi, kegiatan demokratisasi marak di Indonesia, pertumbuhan ekonomi

meningkat dan pemerintah mulai mengizinkan para tenaga kerja

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

154

untuk membentuk lebih dari satu serikat pekerja di perusahaan. Sejak itu, aksi buruh pun aktif dilakukan. Para buruh meminta kenaikan upah sesuai dengan pertumbuhan ekonomi. Mereka mengancam perusahaan manufaktur di kawasan industri dengan beraksi anarkis secara berkelompok (sering disebut dengan aksi sweeping). Ranah manufaktur garmen menghadapi krisis akibat kenaikan upah yang terus-menerus terjadi. Upah minimum pada tahun 2002 dan 2013 masing-masing meningkat sebanyak 40 persen. Situasi tersebut membuat profitabilitas rendah sehingga para pelaku usaha menderita. Salah satu solusi yang dipilih oleh sejumlah pelaku usaha adalah dengan memindahkan pabriknya

ke Sukabumi dan daerah di sekitar Semarang.

Korea Selatan menanamkan modal pada industri tekstil dan garmen di Indonesia sejak akhir 1980-an. Berdasarkan jumlah proyek investasi yang dihitung selama lima tahun, yakni sejak 2013 hingga 2017, Korea Selatan—dengan jumlah proyek investasi terbanyak di Indonesia—menempati peringkat pertama sebagai investor asing. Adapun berdasarkan nilai investasi selama rentang waktu tersebut, Korea Selatan menduduki peringkat kedua.

Perusahaan Korea Selatan berkontribusi pula dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Dibandingkan dengan tahun 2007, jumlah anggota Korea Garment Manufacture›s Association in Indonesia (KOGA) pada 2019 meningkat sebanyak 25 persen, yaitu menjadi 286 dari 227 perusahaan. Dari total jumlah tenaga kerja, yaitu 1,5 juta orang yang dipekerjakan di sektor tekstil dan garmen di Indonesia, perusahaan Korea merekrut sebanyak 600.000 orang.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

155 Bab 2

Perusahaan Korea juga memberi kontribusi nilai ekspor yang

sangat tinggi bagi Indonesia. Kinerja ekspor sektor tekstil dan garmen secara menyeluruh mencapai USD13 miliar pada 2018.

Sebanyak 30 persen dari total nilai ekspor tersebut merupakan

kontribusi dari perusahaan Korea Selatan. Adapun kontribusi

dari industri garmen asal Korea Selatan di Indonesia mencapai 70

persen dari total nilai ekspor garmen Indonesia.

Pandangan umum terhadap sektor garmen cenderung negatif

karena dinilai tidak memiliki potensi lagi untuk berkembang

pada dewasa ini. Persepsi tersebut tidak hanya dimiliki oleh

masyarakat Korea Selatan saja, tetapi juga oleh masyarakat

Korea di Indonesia. Jumlah generasi muda Korea Selatan yang

ingin memulai karier di sektor garmen sangat minim sehingga

generasi tua saja yang bertahan untuk meneruskan usahanya

karena telah lama menjadi bagian dari perkembangan industri garmen. Chairman KOGA, Lee Wan-ju, yang sedang menjalankan

usaha garmen di Indonesia menekankan pentingnya sumber daya

manusia untuk meraih kesuksesan di sektor garmen saat ini. Ia

menegaskan, “Dulu, teknologi menjadi hal yang penting, tetapi

sekarang dengan adanya pengadopsian sistem mesin otomatis, manajemen menjadi unsur yang lebih penting.”

Mantan Chairman KOGA, Moon Hyu-gun, menambahkan,

“Pada akhir dan awal 1990, ketika industri garmen Korea

beroperasi di Indonesia, mereka harus mengalami banyak

kesulitan karena produktivitas yang rendah, tidak sesuai dengan

apa yang diharapkan. Akan tetapi, karyawan Indonesia di pabrik

Korea memiliki keterampilan yang sangat baik. Mereka juga

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

156

mempunyai rasa tanggung jawab dan jiwa kepemimpinan yang membuat mereka memiliki peran penting dalam perusahaan, menjadi karyawan yang bertalenta, dan berpotensi menjadi pimpinan.”

Permintaan produk pakaian di Indonesia terus meningkat

sebanyak 5 sampai 10 persen setiap tahun seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan angka pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut juga didukung oleh faktor

demografi Indonesia, yakni jumlah penduduk yang mencapai 280

juta jiwa dengan rata-rata usia penduduk 29 tahun. Mengingat generasi muda saat ini memiliki ketertarikan yang besar pada

penampilan, pasar fashion diharapkan akan berkembang pesat ke depan.

Sudah 30 tahun lebih semenjak industri garmen dan tekstil Korea mengoperasikan pabriknya di Indonesia. Kini, saatnya pelaku usaha yang berasal dari Korea Selatan memperhatikan pasar domestik Indonesia bersamaan dengan pasar ekspor.

Perusahaan

Sumber Foto: Daily Indonesia

157 Bab 2
Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan Seorang karyawan Java Gloves sedang memotong kulit domba yang digunakan sebagai bahan sarung tangan golf (25/10/2015).

d) Industri Pembuatan Rambut Palsu dan Sarung Tangan Golf

Korea Wig Association mencatat bahwa rambut palsu (wig)

hasil produksi perusahaan Korea menguasai kurang lebih 60 persen

dari seluruh produk rambut palsu di dunia. Sebanyak 80 persen

pasar Amerika Serikat dikuasai juga oleh perusahaan dari Korea

Selatan. Sebagai informasi, Amerika adalah pasar terbesar rambut

palsu dunia, yakni mengisi 80 persen lebih dari pasar dunia.

Tidak berbeda dengan situasi pasar rambut palsu Amerika

Serikat, sektor manufaktur rambut palsu di Indonesia juga

dimotori oleh pelaku usaha dari Korea Selatan. Komoditas

rambut palsu pada 1960-an hingga 1970 menjadi primadona

ekspor di Korea Selatan, namun industri tersebut jatuh karena

biaya tenaga kerja yang tinggi dan daya saing harga yang rendah

jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang baru

masuk pasar belakangan. Kondisi tersebut mendorong para tenaga terampil di sektor industri rambut palsu di Korea Selatan

untuk pindah ke Tiongkok dan Indonesia dengan membawa teknologi dan modal. Hal tersebut merupakan kisah awal mula mereka menetap di Indonesia hingga sekarang.

Permintaan rambut palsu semakin meningkat secara global karena banyak orang yang mengalami kebotakan. Pasar rambut

palsu di Korea tumbuh untuk memenuhi permintaan dalam

bidang estetik. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan

pandangan tentang rambut palsu pada masa modern ini. Dahulu, rambut palsu hanya berfungsi sebagai penutup kepala yang

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

158

botak, tetapi kini banyak orang yang berpikiran bahwa rambut palsu bisa menjadi produk untuk mempercantik diri.

Tren pertumbuhan positif rambut palsu tidak hanya terlihat di Korea dan Asia, tetapi juga secara global. Pasar rambut palsu semakin berkembang, tidak hanya di Korea, tetapi juga di negaranegara Asia. Pada 2004, nilai penjualan produk Korea yang terkait

dengan masalah kebotakan, seperti rambut palsu, sampo khusus

kerontokan rambut, dan obat penumbuh rambut hanya sekitar

400 miliar Won. Akan tetapi, pada 2017, nilai penjualan meningkat

sepuluh kali lipat, yakni menjadi 4 triliun Won. Adapun tingkat

penjualan di pasar rambut palsu diperkirakan mencapai 1 triliun

Won.

Di Indonesia terdapat 50-an perusahaan rambut palsu dan bulu mata palsu yang dioperasikan oleh pelaku usaha dari Korea

Selatan. Pabrik tersebut berpusat di Bobotsari (Purbalingga, Jawa Tengah), Sukabumi, Garut, dan Banjar (Jawa Barat), dan Sidoarjo

(Jawa Timur). Khusus di Purbalingga dan daerah sekitarnya, terdapat 24 perusahaan rambut palsu dan bulu mata palsu yang

70 persennya adalah perusahaan Korea Selatan. Tenaga kerja yang

bekerja di daerah Purbalingga berjumlah 300.000 orang. Sebanyak

25.000 dari jumlah tersebut adalah tenaga kerja yang diserap di perusahaan Korea.

Sebagian besar warga Korea yang tinggal di Yogyakarta

bagian selatan tengah Pulau Jawa bekerja di sektor manufaktur, terutama pembuatan sarung tangan golf. Selain itu, mereka juga

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

159 Bab 2

bekerja di bidang garmen, pembuatan tas, rambut palsu, dan mebel. Ada pula warga Korea yang berkecimpung di sektor manufaktur lainnya, sektor konstruksi, pariwisata, dan beberapa lainnya mengurus usaha rumah makan.

Perusahaan pertama yang bergerak di sektor industri pembuatan sarung tangan golf dan membuka pabriknya pada awal 1990-an di Yogyakarta adalah PT Kiho. Pionir industri sarung tangan golf di Yogyakarta tersebut membangun fondasi bagi perusahaan lainnya. Sebanyak 60 persen sarung tangan golf yang didistribusikan ke AS dan Uni Eropa merupakan hasil produksi dari Yogyakarta. Hal ini disebabkan sebanyak 80 persen

dari pelaku usaha di Yogyakarta bergerak di sektor industri pembuatan sarung tangan. Yogyakarta dipilih sebagai pusat

produksi sarung tangan karena tenaga kerja di wilayah tersebut

dinilai kooperatif dan memiliki keterampilan. Selain itu, bahan baku yang diperlukan, yaitu kulit domba mentah cukup tersedia dan biaya tenaga kerja relatif rendah. Karena harga sarung tangan relatif murah, hal-hal tersebut menjadi faktor yang benarbenar dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menjalankan

produksinya. Industri sarung tangan adalah industri yang termasuk kecil. Ada sepuluh perusahaan yang mempekerjakan

300 lebih pekerja dan ada dua perusahaan yang merekrut 1000 lebih pekerja.

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

160
Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

Sumber Foto: LG

e) Industri Elektronik: Dari Peralatan Rumah Tangga ke Industri Elektronik Digital Teknologi Tinggi

Cikarang yang terletak 35 kilometer arah timur dari Jakarta menjadi pusat hunian bagi ±3.000 orang Korea sampai tahun

2009. Oleh karena itu, di Cikarang terdapat banyak restoran

Korea, supermarket Korea, dan fasilitas lainnya. Selama 20 tahun, yakni sejak awal 1990 hingga tahun 2010, Cikarang menjadi pusat keramaian yang dihuni oleh banyak orang Korea. Hal itu disebabkan investasi dalam industri yang terkait dengan sektor elektronik banyak terdapat di Cikarang pada awal 1990.

Namun, pada 2020, Cikarang tidak lagi menjadi pusat

hunian bagi orang Korea. Pada waktu itu, warga Korea yang tinggal di Cikarang berkurang drastis menjadi ±1.000 orang. Hal ini disebabkan berhentinya produksi ponsel pintar dan produk

elektronik, seperti VCR dan AV, bahkan beberapa basis produksi

elektronik di Indonesia juga dipindahkan ke Vietnam setelah

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang

161 Bab 2
dan Masa Depan Lini Produksi LG Electronics di Indonesia (18/5/2020). Electronics

adanya rekonstruksi sektor manufaktur barang elektronik di negara-negara ASEAN.

Berselang tiga tahun, yaitu pada 2023, Cikarang dan daerah

sekitarnya bergairah kembali dengan adanya investasi dari perusahaan raksasa yang menguasai teknologi tinggi, seperti

Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution. Seiring dengan perkembangan industri di Cikarang, jumlah warga Korea yang

tinggal meningkat menjadi ±3.000 orang dan dibangun hotel

bintang 4 yang dioperasikan oleh orang Korea sejak 2023, yaitu

Java Palace Hotel. Java Palace Hotel ini sangat dikenal oleh warga

Korea karena merupakan hotel pertama yang didirikan oleh

orang Korea di Indonesia.

Indonesia mulai melonggarkan peraturan terkait dengan

investasi langsung dari investor asing sejak 1985. Pada tahun-

tahun tersebut, biaya tenaga kerja di Korea Selatan mulai meroket. Industri elektronik pun mulai melirik Indonesia sebagai basis produksi karena tenaga kerja serta sumber daya alam yang melimpah. LG Electronics membangun pabrik di Tangerang pada 1990 dan di Cibitung pada 1995. Sementara itu, Samsung Electronics membangun pabrik di Cikarang pada 1991 dan memproduksi VCR, AV, TV, kulkas, mesin cuci, dan AC. Sebanyak

±100 perusahaan mitra usaha LG dan Samsung membentuk kluster industri berskala besar di Cikarang dan daerah sekitarnya.

Sebagai raksasa elektronik global yang menjadi pemain

besar di Korea, Samsung Electronics dan LG Electronics menilai

Indonesia sebagai basis ekspor yang potensial karena dapat

memanfaatkan Sistem Tarif Preferensi (GSP, Generalized System of

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

162

Preference) pada beberapa komoditas. Selain itu, kedua perusahaan tersebut mengincar pasar domestik Indonesia. Namun, mereka harus berjuang keras untuk mengalahkan perusahaan Jepang, seperti Sharp dan Panasonic yang telah lama menembus pasar Indonesia sehingga memiliki reputasi yang sangat baik dan menguasai pasar domestik Indonesia.

Setelah krisis keuangan Asia pada 1997 dan aksi unjuk rasa demokratisasi yang diikuti dengan kerusuhan pada Mei 1998, banyak perusahaan asing menarik diri dari Indonesia. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan Korea Selatan tidak meninggalkan Indonesia. Mereka justru bergulat dengan krisis tersebut.

Memasuki tahun 2000, situasi sosiopolitik Indonesia mulai stabil dan ekonomi pun bangkit kembali. Menghadapi arus

pemulihan tersebut, LG Electronics dan Samsung Electronics menawarkan produk berkualitas tinggi. Mereka juga menawarkan layanan ala Korea yang sistematis dan cepat. Tidak heran, mereka berhasil meningkatkan pangsa pasar di pasar domestik Indonesia. Mulai pertengahan tahun 2000-an, perusahaan produsen barang

elektronik asal Korea Selatan tersebut berhasil menguasai pasar

elektronik, bahkan menyisihkan perusahaan asal Jepang.

Samsung Electronics dan LG Electronics juga menjadi kontributor besar dalam kinerja ekspor Indonesia. Berdasarkan

catatan pada akhir 1990-an dan awal 2000 diketahui bahwa dari

total nilai ekspor barang elektronik dari Indonesia, yakni USD6

miliar, lebih dari USD2,5 miliar adalah kontribusi dari kedua perusahaan tersebut.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

163 Bab 2

Segmentasi pasar elektronik di Indonesia mulai mengalami perubahan sejak pertengahan tahun 2000-an. Hal itu terjadi karena dipengaruhi oleh angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yakni enam persen. Presiden Direktur PT LG Electronics

Indonesia, Lee Kyung-joon, menjelaskan, “Sejak 1990 hingga awal 2000, pasar barang elektronik hanya terbagi menjadi dua, yakni produk harga tinggi dan produk harga rendah. Akan tetapi, sejak pertengahan 2000-an, seiring dengan peningkatan jumlah kalangan ekonomi menengah ke atas, pasar produk dengan harga menengah pun semakin luas.”

Lee Kyung-joon melanjutkan, “Pada tahun 2012, Panasonic menjual unit usaha barang-barang elektronik (disebut juga dengan istilah “white goods”) yang ada di anak perusahaannya, yaitu Sanyo, kepada Haier (perusahaan Tiongkok). Setelah itu, pada 2016, Sharp pun dibeli oleh Foxconn, Taiwan. Situasi ini memicu perusahaan Korea Selatan untuk menargetkan segmentasi pasar dengan produk harga tinggi. Sementara itu, perusahaan Jepang, seperti Sharp, Panasonic, dan Sanyo menargetkan segmentasi pasar dengan produk harga menengah. Adapun perusahaan lokal, seperti Polyton, Cosmos, dan Denpo berfokus pada produk harga terjangkau untuk kalangan ekonomi bawah. Demikianlah tiga segmentasi pasar barang elektronik yang dikategorikan

berdasarkan penjelasan dari Presiden Direktur LG Electronics Indonesia.

Pada kategori ponsel, Nokia mampu bertahan sampai

dengan pertengahan tahun 2000-an. Pada 2008 hingga 2012,

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

164

Blackberry mulai dikenal di pasaran. Akan tetapi, sejak 2012, Samsung Electronics mulai memenangkan persaingan dengan Balckberrry, yaitu dengan meningkatkan pangsa pasar menjadi 45 persen. Pada kategori peralatan elektronik rumah tangga, LG Electronics menduduki posisi yang tak terkalahkan oleh merek lain, khususnya dalam segmentasi pasar dengan produk harga tinggi.

Kini, Samsung Electronics dan LG Electronics lebih berfokus pada pemroduksian dan penjualan produk dengan teknologi canggih di Indonesia. Pada 2021, LG Electronics memperluas lini produksi di Indonesia, yakni di pabrik Cibitung dengan target mengembangkan Indonesia sebagai basis produksi televisi di wilayah Asia. LG memindahkan 2 lini produksi dari 6 yang ada di pabrik Kota Gumi, Korea Selatan ke Indonesia. Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan kapasitas produksi televisi di Indonesia. Sejumlah produk yang diproduksi di pabrik yang selesai dibangun pada 1995 itu adalah televisi, monitor, dan signage (papan informasi elektronik). Momentum pemindahan lini produksi tersebut dimanfaatkan oleh LG Electronics untuk merencanakan peningkatan kapabilitas sebanyak lima puluh persen dengan memperluas fasilitas otomatisasi secara menyeluruh dari perakitan, pengontrolan kualitas, hingga

pembungkusan.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

165 Bab 2

Korea Chamber of Commerce and Industry in Indonesia (KOCHAM)

Pelantikan Ketua Umum KOCHAM yang ke-6 (29/6/2022)

[Sumber Foto: KOCHAM]

KOCHAM berkembang menjadi salah satu perhim-punan ekonomi asing yang berkompeten di Indonesia. KOCHAM berdiri sejajar dengan himpunan pelaku usaha asing yang memiliki peran di Indonesia. Salah satu buktinya adalah kerja sama antarpelaku usaha yang ditandatangani dalam bentuk MoU dengan America Chamber of Commerce di Indonesia pada Desember 2014.

KOCHAM berperan sebagai pemberi solusi bagi perusahaan Korea di Indonesia yang menghadapi kendala. Ketika Covid-19 mulai merebak

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

166

di Indonesia pada April 2020, otoritas Indonesia memberlakukan

Pembatasan Sosial Berskala Besar untuk mencegah penyebaran virus.

Sebagian pabrik yang dikelola orang Korea pun terpaksa ditutup. Dalam situasi ini, KOCHAM menjadi perantara yang membantu memecahkan masalah, yaitu penutupan pabrik yang terjadi di luar dugaan. Pada 2011, yakni menjelang pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan

perihal pembatasan penggunaan subkontraktor di kawasan berikat, KOCHAM mengambil langkah proaktif untuk memecahkan persoalan tersebut bersama dengan Kedutaan Besar Republik Korea di Jakarta dan KOGA. Dua persoalan tersebut hanya sedikit contoh dari sekian banyak tantangan yang telah dipecahkan oleh KOCHAM untuk membantu para pelaku usaha asal Korea di Indonesia.

Berikut ini beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh KOCHAM sejauh ini. (a) Menjalin kerja sama yang intensif dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) untuk memutuskan upah minimum yang layak setiap tahun. (b) Berpartisipasi dalam penyusunan peta jalan ekonomi Pemerintahan Jokowi (2019-2024). (c) Mengadakan business dialogue yang dihadiri pejabat pemerintah RI, seperti Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Ketenagakerjaan yang dilakukan setiap tahun. (d) Mengadakan acara networking untuk seluruh Kamar Dagang Asing yang ada di Indonesia. (e) Mempublikasikan Laporan Informasi Kerja Sama Investasi dengan Pemerintah Indonesia

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

167 Bab 2

pada 2015. (f) Membentuk badan konsultasi yang bertugas memberikan jawaban atas kendala-kendala yang dihadapi oleh para pengusaha

Korea.

KOCHAM aktif berkegiatan sebagai anggota Internasional Chamber of Commerce (ICC) sejak 2001. KOCHAM selalu meningkatkan kegiatannya dan membantu Pemerintah Indonesia

dalam merealisasikan proyek investasi yang merupakan kerja sama

dengan kamar dagang asing di Indonesia, seperti AMCHAM (AS), JCCI (Jepang), SCCI (Singapura), dan EuroCham (UE). KOCHAM juga memberikan gagasan-gagasan dalam penyusunan kebijakan

ekonomi Pemerintah Indonesia agar Indonesia tidak tertinggal

dalam dinamika iklim berusaha global. KOCHAM juga menjadi ‘juru bicara’ yang menyuarakan aspirasi dari para pelaku usaha dari

Korea Selatan dan berusaha untuk menjamin hak dan kepentingan mereka.

Dalam rangka pemberdayaan anggotanya, KOCHAM mengadakan

“Rapat 100 Menit” setiap dua kali sebulan pada hari Sabtu dan bertukar informasi seputar berita ekonomi terkini serta isu-isu politik di Indonesia. KOCHAM juga mengundang para pakar dan pejabat di lingkungan pemerintah Indonesia untuk memberi kuliah umum

yang bersifat penyuluhan tentang kebijakan Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk membantu meningkatkan pemahaman para pelaku

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

168

usaha mengenai peraturan terkini sekaligus mencegah terjadinya kerugian.

Pada 1991, yaitu sebelum KOCHAM berdiri, KOCHAM yang disebut Komite Dagang dan Industri (salah satu dari enam Komite) berada di bawah Asosiasi Korea. Seung Eun-ho, Chairman Korindo Group, ditunjuk sebagai ketua umum pertama KOCHAM. Pada saat penunjukan ketua umum pertama tersebut, KOCHAM diperluas dan ditata ulang. Pada Juli 2013, KOCHAM kembali diperluas dan berdiri secara mandiri serta menunjuk Song Chang-keun sebagai ketua umum yang kedua. Pada 2020, KOCHAM memiliki 53 pengusaha atau badan usaha yang menjadi sekretariat dan beranggotakan 200-an perusahaan. Song Chang-keun dipercaya kembali menjadi ketua umum yang ketiga, keempat, dan kelima. Pada 2022, KOCHAM mempercayakan posisi ketua umum yang keenam kepada Lee Kang-hyun, Vice Presidenet sekaligus Chief Operating Officer (COO) dari Hyundai Motor Asia Pacific Headquaters di Indonesia. ■

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

169 Bab 2

3. Periode Pematangan Tahap I (2003-2017): Masuknya Perusahaan Korea ke Industri Teknologi dan Modal

Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook dan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto menyaksikan sambutan upacara militer sebelum melakukan pertemuan bilateral di Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada 8 April 2021.

a) Peningkatan Investasi yang Pesat pada Industri Kimia Berat, Distribusi, Keuangan, TIK, dan Industri Pertahanan

Setelah Indonesia melewati krisis keuangan Asia 1998, perusahaan Korea yang berinvestasi di Indonesia dapat memperluas bisnis mereka dengan lebih stabil dan beragam. Sejak tahun 2000, pelaku usaha garmen bertambah dan industri lain, seperti keuangan, retail, baja, petrokimia, TIK, dan industri yang berhubungan dengan hallyu pun berbondong-bondong masuk ke pasar Indonesia. Sejak itu, jumlah warga Korea yang menetap di Indonesia dari tahun ke tahun makin bertambah. Berdasarkan data perhitungan jumlah warga diaspora Korea dari Kementerian

Luar Negeri Korea Selatan diketahui bahwa pada 2009 warga Korea yang menetap di Indonesia berjumlah 30.700 orang. Jumlah

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

170
Sumber Foto: Kementerian Pertahanan Korea Selatan

ini meningkat pesat dibandingkan tahun 2005 yang hanya 23.025 orang. Adapun warga Jepang di Indonesia yang berjumlah

120.000 orang sebelum kerusuhan Mei 1998 makin berkurang. Dengan demikian, komunitas warga Korea di Indonesia menjadi komunitas warga asing terbesar. Krisis keuangan menyebabkan

nilai rupiah turun sehingga upaya untuk membuka usaha baru di Indonesia hanya dapat dilakukan dengan modal kecil. Setelah pertengahan tahun 2000-an, investasi pada sektor garmen mulai

bergairah kembali. Tidak sedikit pimpinan perusahaan yang menutup pabrik garmennya memilih untuk menetap di Indonesia dan membuka usaha baru.

Pada 2006, Pemerintahan SBY berusaha menurunkan angka pengangguran yang mencapai 12 juta orang dan meningkatkan

angka pertumbuhan yang tidak beranjak dari lima persen

selama rentang waktu yang cukup lama. Pemerintah Indonesia

berkesimpulan bahwa satu-satunya terobosan yang dapat

dilakukan adalah mengundang para investor asing ke Indonesia.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Pemerintah Indonesia

kemudian mengeluarkan undang-undang tentang Penanaman

Modal 2007 yang menciptakan kondisi investasi yang lebih

baik bagi para investor asing. Undang-undang tersebut tidak

membedakan investor asing dengan investor dalam negeri

terkait dengan penanaman modal langsung. Selain itu, undangundang tersebut menjamin keamanan berinvestasi dengan

menutup kemungkinan dilakukannya nasionalisasi terhadap

perusahaan modal asing serta menjamin repatriasi laba. Undangundang tersebut bukanlah perjanjian hitam di atas putih, tetapi

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

171 Bab 2

memuat kebijakan yang meringankan beban para investor, seperti pengurangan pajak penghasilan, pembebasan tarif, pembebasan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN), akselerasi depresiasi, dan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Pemerintah Indonesia juga memberlakukan Negative Investment List (DNI, Daftar Negatif Investasi) yang merupakan larangan berinvestasi pada sejumlah sektor tertentu dan menentukan bidang-bidang apa saja yang sesuai untuk investasi bersyarat pada 2007. Dengan undang-undang baru tersebut, Indonesia menyempurnakan sistem penanaman modal langsung yang berlaku sampai saat ini. Sejak 2007, bank-bank yang

berasal dari Korea mulai memasuki pasar keuangan Indonesia. Bank KEB Hana—bank pertama yang berhasil menembus pasar

keuangan Indonesia—membeli bank retail lokal. Sejumlah bank

lain pun, yaitu Bank Woori Saudara, Shinhan Bank Indonesia, OK Bank Indonesia, IBK Bank Indonesia, dan Bank KB Bukopin bergerak secara beruntun ke pasar perbankan Indonesia. Bankbank tersebut sedang memperluas medan usahanya ke pasar perbankan eceran (retail banking). Sementara itu, Hanwha Life Insurance mendirikan kantor badan usahanya di Indonesia pada 2013 dan menjadi perusahaan asuransi jiwa pertama yang berasal dari Korea Selatan di Indonesia.

Perusahaan sekuritas juga mulai tertarik dengan pasar Indonesia. Selain NH Investment & Securities (perusahaan sekuritas pertama yang masuk ke Indonesia dan bergabung

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

172

dengan perusahaan sekuritas lokal Indonesia pada 2009), Kiwoom Securities, Mirae Asset Securities, Shinhan Investment Corporation, Korea Investment & Securities juga mendirikan kantor di Indonesia. Per tahun 2023, di Indonesia telah terdapat 28 perusahaan keuangan dari Korea, termasuk 7 bank dan 9 perusahaan sekuritas. Total investasi akumulatif dari perusahaanperusahaan tersebut mencapai USD2,7 miliar (setara 40,2 triliun rupiah). Jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 25.000 orang

dan total modal yang dimiliki mencapai USD16.3 miliar (setara 243,2 triliun rupiah).

Sebelum dan setelah 2010, sejumlah perusahaan global Korea berinvestasi di Indonesia. Pada Oktober 2008, Lotte Mart menjadi perusahaan retail Korea pertama yang datang ke Indonesia dan mengakuisisi 19 cabang Makro Indonesia. Dua tahun kemudian, yakni pada Agustus 2010, Lotte Mart membuka cabang Gandaria City di Jakarta melalui mekanisme penanaman modal langsung. Per tahun 2021, jumlah gerai yang dioperasikan Lotte Mart di Indonesia mencapai 49 gerai.

Hankook Tire—perusahaan produsen ban mobil—juga

berinvetasi di kawasan industri, Bekasi (Jawa Barat) pada September 2013 dengan total nilai investasi USD353 juta (setara 5,2 triliun rupiah). Pabrik yang selesai dibangun pada tahap pertama

investasi memproduksi ban kendaraan kelas penumpang, ban dengan performa tinggi, dan ban untuk truk ringan. Pabrik yang dilengkapi dengan fasilitas terbaru tersebut memiliki kapasitas

produksi enam juta ban per tahun.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

173 Bab 2

Pada Desember 2013, PT Krakatau Posco—perusahaan

patungan PT Krakatau Steel (KS) dan Posco dengan porsi

kepemilikan saham masing-masing 70 persen dan 30 persen— berhasil menembus jumlah penjualan sebanyak 10 juta ton secara akumulatif. Capaian tersebut diperoleh dalam waktu empat tahun

sejak pabrik (mill) baja terintegrasi pertama di Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara dengan kapabilitas tiga juta ton per tahun selesai dibangun. Pada Juli 2022, Posco menandatangani MoU

dengan PT KS terkait dengan peningkatan kapasitas baja dan partisipasi pembangunan IKN. Penandatanganan yang dilakukan di Seoul tersebut disaksikan oleh Presiden Joko Widodo. Posco

dan PT KS berkomitmen untuk bekerja sama selama lima tahun ke depan dengan mengeluarkan dana senilai USD3,5 miliar untuk

membangun fasilitas blast furnace kedua dan pabrik baja lembaran

dingin atau Cold Rolling Mill baru. Pabrik baja terintegrasi yang

dibangun oleh Krakatau Posco terletak di Cilegon, 100 kilometer

dari barat laut Jakarta. Posco Krakatau sedang mengoperasikan

‘blast furnace I’ dan pabrik plat baja dengan kapasitas tiga juta ton per tahun. Mereka berencana membangun pabrik Hot Strip Mill (pabrik baja lembaran panas) dengan dana investasi dalam bentuk jasa dan barang.

Posco berminat dengan proyek pembangunan IKN.

Beberapa anak perusahaan Posco sedang menjajaki potensi kerja

sama dengan Indonesia, termasuk Posco E&C yang berhasil

membangun Kota Internasional Songdo yang dinilai sebagai kota

cerdas terbaik di Korea.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

174

Upacara Peletakan Batu Pertama kompleks pabrik petrokimia Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, Provinsi Banten (7/12/2018). Kepala BKPM, Thomas Lembong (paling kiri); Chairman Lotte Group, Shin Dong-bin (kiri tengah); Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto (kanan tengah); Vice Chairman Lotte Group, Huh Soo-young (paling kanan).

Sumber Foto: Lotte Group

Selain Posco, Lotte Chemical—salah satu perusahaan petrokimia dari Korea—juga sedang mengembangkan kawasan industri petrokimia di Provinsi Banten dengan lahan seluas

470.000 meter persegi. Kawasan petrokimia berskala besar ini akan dilengkapi dengan fasilitas Naphtha Cracking Center

(NCC). Proyek ini bisa dikategorikan sebagai mega proyek di antara proyek-proyek yang sedang diinvestasikan oleh Lotte Group karena nilai investasinya mencapai USD3,9 miliar (setara

4,9 triliun rupiah). Kawasan petrokimia ini dijadwalkan rampung pada 2025 dengan kapasitas ethylene 1 juta ton, propylene 520.000 ton, dan polypropylene 250.000 ton per tahun.

Selain mempererat kerja sama ekonomi, Korea dan Indonesia juga terus memperdalam kerja sama di bidang industri pertahanan.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

175 Bab 2

Indonesia mengoperasikan sejumlah alutsista buatan Korea, antara

lain, jet latih dasar KT-1, jet tempur latih lanjutan T-50, dan kapal

selam. Kedua negara juga sedang mengembangkan jet tempur

KF-21/IF-X. Program pengembangan alutsista yang dilakukan

oleh Korea bersama Indonesia ini memiliki makna tersendiri

bagi Korea karena dilakukan dalam skala terbesar sepanjang

sejarah Korea. Total biaya pengembangan program ini sebesar

8,8 triliun Won (setara USD7,9 miliar). Jika ditambah dengan

biaya program, jumlahnya mencapai 18,6 triliun Won (setara

USD14,67 miliar). Indonesia dan Korea Selatan menyepakati

pembagian biaya pengembangan (cost share) sebesar 20 persen

dari Indonesia dan 80 persen dari Korea Selatan. Pembayaran

dilakukan secara bertahap. Pemerintah Indonesia akan menerima

1 unit prototipe dan mendapatkan technical data sehingga akan

dapat memproduksi 48 unit jet tempur di Indonesia.

176

Korea Selatan (5/6/2012)

Sumber Foto: Woori Bank

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Woori Bank CEO, Lee Soon-woo (kanan) berfoto dengan Medeco Energi Chairman, Hilmi Panigoro (kiri) selaku pemegang saham terbesar Bank Saudara seusai penandatanganan Stock-Purchase Agreement di Jeju,

b) Peralihan dari Perbankan Korporasi ke Perbankan Ritel dan Keuangan Digital

Nilai perdagangan antara Korea dan Indonesia mulai meningkat dengan adanya proyek investasi yang dilakukan Kodeco (Korea Development Company, disebut han.guk.nam.

bang.gae.bal saat itu) pada akhir 1960-an sebagai tahap pertama investasi di Indonesia. Seiring dengan peningkatan tersebut, kebutuhan fasilitasi berupa bantuan pembiayaan (financing)

dan analisis pasar pun semakin bertambah. Untuk memenuhi

kebutuhan tersebut, Korea Exchange Bank (sekarang Bank KEB

Hana) membuka kantor di Jakarta pada 1968.

Tahap kedua arus investasi oleh perusahaan yang berasal

dari Korea Selatan terjadi pada akhir 1980-an. Sejak 1988, industri padat karya, khususnya produsen alas kaki dan garmen dari

Korea Selatan mulai membanjiri pasar Indonesia sehingga

bantuan pembiayaan dari perbankan Korea sangat dibutuhkan.

Bank Korea pertama yang mendirikan badan usaha di Indonesia

adalah Korea Exchange Bank. Setelah mendirikan perwakilan resmi pada 1990, Hanil Bank (sekarang Woori Saudara Bank)

mendirikan badan usahanya pada 1992.

Krisis keuangan tahun 1997 tidak hanya berdampak langsung

terhadap perekonomian Indonesia, tetapi juga dalam kehidupan

politik dan keamanan negara. Pada Mei 1998, rezim Soeharto

runtuh dan Indonesia memasuki Era Reformasi yang diwarnai

dengan demokratisasi yang pesat. Selama enam tahun, kursi

kepemimpinan Indonesia telah diisi oleh tiga orang pemimpin

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

177 Bab 2

secara silih berganti, yakni Habibie, Megawati Soekarnoputri, dan Abdurrahman Wahid. Indonesia pun terjebak dalam kekacauan.

Situasi politik dan keamanan negara mulai pulih sejak

pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang

pada 2004 dipilih langsung oleh rakyat untuk pertama kalinya

sepanjang sejarah. Pada zaman SBY, Indonesia menikmati hasil

peningkatan ekspor ke Tiongkok dengan angka pertumbuhan

yang cukup tinggi, yaitu rata-rata enam persen. Pemerintah

SBY memberi kelonggaran kepada para investor, baik domestik

maupun luar negeri, sehingga perekonomian Indonesia mulai

bergairah dengan investasi yang semakin bertambah.

Tahap ketiga arus investasi ke Indonesia berlangsung tahun

2005. Kegiatan investasi dari Korea ke Indonesia didukung oleh

dinamika sosiopolitik dan ekonomi yang mulai stabil. Peluang baik ini dimanfaatkan oleh KEB Hana Bank dengan mendirikan badan usaha, yaitu dengan mengakuisisi bank lokal pada 2007.

Beberapa bank Korea lainnya yang juga mendirikan badan usaha di Indonesia dengan cara penggabungan serta pengambilalihan

(M&A), antara lain, Shinhan Bank (mendirikan PT Shinhan Bank

Indonesia pada 2016); OK Savings Bank (mendirikan OK Bank

Indonesia pada 2019); dan IBK (mendirikan IBK Indonesia pada

2019). KB Kookmin Bank menjadi pemegang saham terbesar kedua

Bukopin dengan kepemilikan saham sebesar 22 persen pada Juli

2018. Pada 2020, KB Kookmin Bank melalui dua kali rights issue

(HMETD, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) menambah porsi

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

178

kepemilikan saham Bukopin hingga 67 persen setelah menjadi pemegang saham pengendali (PSP).

Mengapa bank yang berasal dari Korea Selatan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir? Hal itu disebabkan pendapatan margin yang diperoleh bank di Indonesia

lebih besar tiga kali lipat daripada di Korea Selatan. Pendapatan margin pada bank komersial yang berskala besar di Korea Selatan

hanya 1,17 persen poin, sedangkan di Indonesia 5 persen poin.

Selain itu, masih banyak potensi perkembangan pasar perbankan di Indonesia yang belum digali karena 60 persen dari penduduk dewasa Indonesia belum memiliki akun bank. Jumlah tersebut

sangat besar mengingat Indonesia menempati negara terbesar

keempat dengan jumlah penduduk 280 juta jiwa.

Namun, iklim usaha di sektor perbankan Indonesia masih

kurang kondusif. Indonesia memiliki bank komersial sebanyak

120-an (bank-bank yang memiliki pusat dan sejumlah cabang secara nasional). Jika ditambah dengan bank daerah, total jumlah bank di Indonesia mencapai 1.700-an. Hal ini menunjukkan

bahwa jumlah perusahaan keuangan, termasuk bank di Indonesia

tidaklah sedikit. Perbankan lokal di Indonesia mendominasi pasar. Oleh karena itu, pengawasan yang dilakukan Otoritas Jasa

Keuangan sangat ketat. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri

bagi bank asing di Indonesia.

Bank asal Korea Selatan pada awalnya hanya berfokus pada

segmen keuangan perusahaan Korea di Indonesia. Setelah KEB

Hana mengakuisisi Bank Bintang Manunggal pada 2007, bank-

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

179 Bab 2

bank dari Korea yang lain mulai mengikuti jejak KEB Hana dengan melakukan penggabungan dan pengambilalihan. Kini, banyak bank dari Korea Selatan yang sedang giat memperluas

penjualan retail dengan strategi lokalisasi di Indonesia. Guna mengikuti proses transformasi menuju perbankan digital, bankbank dari Korea Selatan tersebut juga sedang meluncurkan

layanan berkualitas tinggi dengan berbasis online dan digital.

Sektor multifinance pun menjadi incaran perusahaan dari

Korea Selatan, seperti Korea Eximbank (KEXIM, Korea ExportImport Bank). KEXIM mendirikan perusahaan patungan, yaitu PT KOEXIM Mandiri Indonesia (perusahaan pembiayaan lokal)

pada 1992. Perusahaan dari pihak Indonesia adalah Bank Dagang

Negara yang saat ini menjadi bagian dari Bank Mandiri. Pada 2019, Korea Development Bank (KDB) membuka kantor perwakilan di Jakarta. Sebelumnya, Korindo Group melalui PT Clemont Finance telah menjalankan usaha pembiayaan pada 1989.

c) Hallyu: Sarana Peningkatan Industri Distribusi dan Makanan

Menurut data tahun 2020, sebanyak 68 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, yakni 280 jiwa masuk kategori usia produktif. Pasar konsumen Indonesia sangat dinamis dengan

usia rata-rata penduduk 29 tahun. Seiring dengan meningkatnya penghasilan, jumlah konsumen kalangan menengah semakin

bertambah dan pasar konsumen di Indonesia pun semakin luas.

Mengingat 55 persen PDB (Produk Domestik Bruto) berasal dari

konsumsi perorangan, pasar konsumen domestik Indonesia

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

180

dikatakan sangat sehat dan sedang memicu pertumbuhan industri retail dan jasa.

Penghasilan yang semakin tinggi dan industrialisasi yang tumbuh pesat mendorong para konsumen untuk berbelanja di pusat retail modern yang lebih nyaman daripada pasar tradisional.

Per tahun 2019, tipe retail modern, yakni hypermarket dan mini market (convenience store) mengalami tren pertumbuhan, tetapi tipe supermarket semakin berkurang. Pada 2018, Hero menutup 26 gerainya. Sementara itu, dua mini market yang menguasai pasar, yaitu Indomaret dan Alfamart mengalami pertumbuhan yang sangat pesat antara 2011 dan 2017. Pada 2011, Indomaret memiliki 5.755 gerai dan Alfamart memiliki 5.200 gerai. Pada 2017, pertumbuhan kedua gerai mini market tersebut mencapai lebih dari 2,5 kali lipat secara nasional, yakni 15.355 gerai Indomaret dan 13.400 gerai Alfamart.

Sumber

Perusahaan retail dari Korea Selatan yang mengemuka dan beroperasi pada akhir 2008 di Indonesia adalah Lotte Mart.

181 Bab 2
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan Lotte Shopping Avenue resmi dibuka di Ciputra World, Mega Kuningan, Jakarta pada 22 Juni 2013. Foto: Lotte Shopping

Lotte Mart merupakan perusahaan retail pertama yang berasal

dari Korea Selatan yang menembus pasar Indonesia dengan

mengakuisisi 19 gerai Makro. Hampir 10 tahun kemudian, gerai

ke-50 dibuka di Tegal, Jawa Tengah pada Desember 2019. Seiring

dengan tren transisi menuju pembelian online, Lotte Mart akan

memanfaatkan gerai yang ada di sepuluh kota besar dan kota

madya di Indonesia serta menjadikannya sebagai pusat logistik.

Selain hypermarket, Lotte Group membuka mal bernama Lotte

Shopping Avenue di Ciputra World Jakarta dan Megasuperblock

yang terletak di area Mega Kuningan, Jakarta pada Juni 2013.

Perusahaan retail dan supermarket yang dikelola oleh warga

Korea di Indonesia menjadi bagian penting dalam perkembangan industri retail Korea di Indonesia. Toko kelontong ala Korea ini

menjadi kebutuhan yang tak terelakkan bagi warga Korea yang

merantau di Indonesia dan menjadi perantara penting dalam

memacu hallyu, gelombang budaya Korea agar lebih berkembang

sejak akhir 2000-an. Beberapa nama supermarket yang dikelola

orang Korea sejak awal 1980-an, antara lain, Mugunghwa (supermarket Korea pertama di Indonesia), Doraji, New Seoul, Hanil Mart, dan K-Mart. Perusahaan retail tersebut juga menyetor

makanan ke gerai retail di kota-kota besar dan menyediakan

produknya di kantor perwakilan perusahaan Korea yang ada di daerah.

Kedutaan Besar Republik Korea (KBRK) untuk Indonesia

membuat acara diplomasi publik yang unik berjudul “Teko

Nang Jawa” (Teko adalah gabungan dari ‘teman’ dan ‘Korea).

Acara ini merupakan kolaborasi antara KBRK dengan Korean

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

182

Cultural Center Indonesia (KCCI), Korea Tourism Organization (KTO), aT (Korea Agro-Fisheries & Food Trade Corporation), dan Korean Restaurant Association di Indonesia. Tim KBRK

melakukan tur ke daerah-daerah di Indonesia dengan bus untuk mempromosikan budaya Korea. Mereka juga membawa food truk

Di setiap kota yang mereka singgahi, mereka mempromosikan

makanan Korea, seperti tteokbokki (kue beras ketan yang dibumbui saus cabai Korea), dakgangjeong (ayam goreng saus cabai ala

Korea), gunmandu (pangsit goreng), dan eomuk (semacam bakso ikan). Duta Besar Kim Chang-beom yang memimpin tur tersebut menyampaikan harapannya, “Bagi teman-teman Indonesia di daerah, kesempatan untuk mengenal budaya Korea sangatlah terbatas. Oleh karena itu, kami mengadakan tur ini. Semoga tur ini dapat mengobati rasa penasaran teman-teman penggemar di daerah tentang budaya Korea dengan menonton secara langsung.”

d) Industri TIK: Strategi Pendekatan dengan Target Ceruk

Pasar

Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, pengguna

ponsel lebih cepat berkembang daripada internet. Pada akhir 1990an, ponsel mulai banyak digunakan, tetapi pengguna telepon di Indonesia masih minim. Ponsel buatan Nokia menguasai pangsa

pasar sebanyak 65 persen diikuti oleh Sony Ericsson, Motorolla, dan Samsung Electronics. Pada 2008 hingga 2012, ponsel yang

banyak diminati di Indonesia ialah Black Berry yang memiliki

fitur BBM. Namun, munculnya smartphone yang menggunakan

aplikasi mobile google atau WhatsApp membuat Black Berry

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

183 Bab 2

mulai tidak diproduksi lagi. Pada 2020, smartphone buatan

Samsung Electronics menjadi primadona di pasar Indonesia jika

dilihat dari segi penjualan. Munculnya era smartphone di Indonesia

menjadi titik tolak menuju ekonomi digital di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Korea ICT Association (KICTA) di Indonesia Park Sung-bin, mengatakan bahwa ketika perusahaan

ICT mulai banyak didirikan di Indonesia dengan nama “.com”

(di tulis di bagian belakang) pada akhir 1990-an, ada dua

perusahaan lain yang merupakan pionir dalam dunia perusahaan

IT Korea di Indonesia. Pertama adalah “boleh.net” yang berdiri

pada tahun 2000. Perusahaan ini menyediakan layanan IT secara menyeluruh. Kedua adalah “Triyakom” yang menginisiasi mobile contents pada 2001.

Pada 2004 hingga 2005, perusahaan IT ternama dari Korea

Selatan, yakni WiderThan, Eluon, dan Uangel masuk ke Indonesia dan menyediakan mobile service untuk perusahaan telekomunikasi

Indonesia. Perusahaan IT dari Korea lainnya yang dikenal karena

berhasil memperoleh capaian terbaik di Indonesia adalah Kreon

dan Melon. Kreon mulai menawarkan digital game pada 2007 dan

Melon Indonesia menyediakan layanan musik pada 2010.

SK Telecom Korea dan Telkom (perusahaan pemberi jasa

layanan ICT terbesar Indonesia) membentuk perusahaan

patungan (JV, Joint Venture), yakni PT Melon Indonesia dan meluncurkan “Melon”, layanan musik digital yang menggunakan wire & wireless network technology. Modal kesuksesan mereka

adalah pengalaman SK Telecom yang telah berhasil memberikan

layanan musik digital di Korea Selatan.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

184

Sebagai perusahaan game publishing, Kreon berhasil menjalankan usaha online game publising di Indonesia. Selama

hampir sepuluh tahun, Kreon menguasai pasar game Indonesia, khususnya genre tembak-menembak orang pertama (FPS, First Person Shooter) dan permainan peran (RPG, Role Playing Game).

Kreon dinilai berhasil karena dapat mengimplementasikan strategi yang optimal dalam iklim IT setempat. Dengan mencermati keberhasilan Kreon dan Melon Indonesia di bidang mobile contents, SK Planet berkolaborasi dengan XL Asiata (perusahaan seluler) mendirikan XL Planet di Indonesia. XL Planet meluncurkan brand bernama Elevenia dan mulai mempelopori pasar e-commerce (perniagaan elektronik) Indonesia.

Sayangnya SK Planet harus bersaing ketat dengan sejumlah

pelaku usaha e-commerce dari Tiongkok yang masuk ke pasar

Indonesia. Perusahaan dari Tiongkok mendapat dukungan modal

dalam jumlah besar, baik dari Tiongkok maupun secara global.

Akhirnya, SK Planet menutup perusahaannya di Indonesia pada

2017 dan menjual kepemilikan sahamnya kepada Salim Group.

Pada 2017, Pemerintah Korea Selatan mendeklarasikan

kebijakan “New Southern Policy” (catatan: kebijakan luar

negeri yang berorientasi pada peningkatan kerja sama dengan kawasan ASEAN). Sementara itu, pada tahun yang sama, Indonesia sedang memperkenalkan perusahaan rintisan, seperti

Gojek dan Tokopedia yang tumbuh besar dan sukses. Dengan

dana yang diperolah dari Korea, perusahaan yang berbasis IT

mengoptimalkan ide-ide dan teknologi mereka untuk menjadi

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

185 Bab 2

tokoh utama dalam kisah sukses baru. Perjuangan mereka pun masih terus berlangsung hingga kini.

Perusahaan rintisan (start-up company) dari Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia adalah CoHive (co-working office space), 9Lives (platform asuransi), Qraved (aplikasi direktori restoran), Cashtree (layanan iklan seluler), OK Home (home cleaning service), Codebrick (e-commerce solution), dan Studio Show (contents creation). Sejak pandemi Covid-19, bidang usaha perusahaan rintisan IT outsourcing diperluas ke sektor kesehatan, pendidikan, dan medis.

Nilai ekonomi sektor e-commerce Indonesia pada 2019 mencapai USD21 miliar. Adapun nilai transaksi tercatat sebanyak USD40 miliar pada 2022. Tumbuh besarnya e-commerce

Indonesia berkaitan erat dengan pengguna internet dan media sosial. Menurut DATAREPORTAL, jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2008 hanya 25 juta orang, tetapi jumlah tersebut

meningkat rata-rata 20 persen lebih setiap tahun selama 10 tahun

terakhir sehingga jumlahnya menjadi 175,40 juta pada 2019, yaitu

tujuh kali lipat dibandingkan jumlah pengguna internet pada

2008. Adapun pengguna media sosial Indonesia pada Januari

2020 berjumlah 160 juta orang.

Direktur Utama First Payment Indonesia yang me-rupakan

penyedia layanan pembayaran, Park Sung-bin, mengatakan, “Berkaca pada pengalaman kegagalan dari sejumlah perusahaan

IT Korea Selatan di Indonesia, tidaklah mudah untuk berhasil

mengembangkan usaha IT, seperti Gojek dalam waktu singkat.

Oleh karena itu, diperlukan analisis yang cermat dan tepat

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

186

mengenai pasar Indonesia serta membidik ceruk pasar (niche market) yang sesuai dengan mengoptimalkan pembangunan

koneksi dengan pakar.” Ia juga berpesan, “Untuk lebih

berhasil di pasar Indonesia daripada di Korea diperlukan

pengimplementasian serta pencapaian target yang telah

ditentukan dan hal itu membutuhkan waktu yang cukup

lama. Oleh karena itu, persiapan yang matang dibutuhkan, termasuk biaya pengoperasian usaha, strategi, dan capaian yang

diharapkan. Ketekunan wajib dimiliki untuk bisa terus bertahan.”

4. Periode Pematangan Tahap II (2018 dan seterusnya) : KoreaIndonesia, Kerja Sama Industri Masa Depan

a) Peluang dan Tantangan Kerja Sama Ekonomi KoreaIndonesia di Masa Depan

Korea dan Indonesia menyambut 50 tahun peringatan

hubungan diplomatik pada 2023. Dengan diberlakukannya

Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) per Januari 2023, kerja sama ekonomi kedua negara telah

membuka cakrawala baru menuju 50 tahun ke depan. Indonesia

membenahi iklim investasi dengan melakukan reformasi pasar

ketenagakerjaan yang dinilai kurang fleksibel. Salah satu upaya

yang dilakukan adalah dengan menerbitkan UU Cipta Kerja pada

November 2020 dan membuka peluang investasi selebar-lebarnya

kepada para investor asing. IK-CEPA memiliki kemiripan dengan

Free Trade Agreement (FTA) karena sama-sama membuka pasar

kedua negara. Akan tetapi, IK-CEPA mencakup juga kerja sama

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

187 Bab 2

antarpemerintah serta kegiatan pertukaran budaya dan masyarakat. Hal tersebut berbeda dengan FTA yang lebih berorientasi pada perluasan perdagangan barang dan jasa serta investasi. Lingkup

IK-CEPA yang lebih komprehensif memiliki makna tersendiri. IKCEPA adalah perjanjian antara Korea dan Indonesia yang saling menguntungkan mengingat perjanjian ini diminati, terutama oleh negara-negara berkembang yang ingin bekerja sama di bidang ekonomi dengan negara maju.

Meski ekonomi global masih melemah dan terpuruk akibat pandemi Covid-19, Indonesia dinilai sebagai negara produsen manufaktur yang kuat. Di sektor manufaktur, Indonesia adalah salah satu alternatif yang dapat meng-gantikan Tiongkok karena memiliki jumlah penduduk 280 juta jiwa, memiliki tenaga kerja yang murah, sumber daya yang melimpah, serta pasar domestik yang besar. Belakangan ini, investasi di sektor manufaktur

Indonesia jauh lebih baik daripada sektor keuangan jika ditinjau

dari segi nilai dan kondisi investasi. Menurut laporan Kementerian

Investasi Indonesia, Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia

tercatat mencapai jumlah tertinggi, yakni USD43 miliar pada 2022.

Jumlah ini meningkat 44 persen daripada tahun sebelumnya.

Peningkatan ini didukung oleh rapor investasi yang baik dari sektor manufaktur, terutama peningkatan investasi pada industri

penghiliran hasil tambang nikel (bahan baku baterai otomotif).

Di sisi lain, investasi Indonesia ke Korea juga mengalami

peningkatan secara eksponensial. Nilai investasi Indonesia

ke Korea pada 2018 sebesar 680 juta kemudian meningkat

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

188

menjadi USD1,8 miliar pada 2021. Jumlah ini tercatat sebagai rekor investasi tertinggi sepanjang sejarah. Berdasarkan hasil

pembahasan dalam forum berjudul “Korea-Indonesia Future Industry Business Plaza” yang diselenggarakan oleh Korea Trade Investment Promotion Agency (KOTRA) di Jakarta pada 28

September 2021 diketahui bahwa Korea dan Indonesia memiliki

hubungan kerja sama investasi yang spesial karena kedua negara berkolaborasi dalam industri baru, seperti kendaraan listrik, baterai, white biotechnology (biodegradable plastics) dan industri pengolahan, seperti pembangunan pabrik baja terintegrasi dan pembangunan kawasan petrokimia. Dalam forum tersebut

diadakan lokakarya untuk membahas langkah kerja sama industri baru antara kedua negara dan showcase dari 48 perusahaan Korea

Selatan yang menguasai teknologi inovatif di bidang kendaraan

baterai, energi, alat-alat kesehatan, dan konten digital.

Bersamaan dengan acara tersebut, KOTRA bekerja sama

dengan Korea Electric Power Corporation (KEPCO) menggelar

Investor Relations untuk mempromosikan perusahaan yang

khusus bergerak di bidang karbon netral kepada Kementerian

ESDM dan PLN.

Keberhasilan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan

antara Korea dan Indonesia sangat bergantung pada tingkat

pemahaman mengenai Making 4.0 yang dimotori oleh Pemerintah

Indonesia. Dalam mengimplementasikan peta jalan Revolusi

Industri 4.0 tersebut, Pemerintah Indonesia mengupayakan kerja

sama teknologi dengan negara-negara maju, terutama yang telah

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

189 Bab 2

berhasil membangun negaranya dengan industri manufaktur, seperti Korea Selatan. Adapun teknologi yang ingin diterapkan di Indonesia adalah smart factory system.

Making 4.0 diluncurkan oleh Pemerintahan Jokowi pada

April 2018. Tidak hanya negara-negara manufaktur yang telah

maju sejak dahulu, seperti Jerman, Jepang, dan AS, tetapi negaranegara dengan pasar berkembang, seperti Tiongkok dan India

juga mengerahkan segala upaya untuk menjadikan negaranya

sebagai pusat produksi global.

Berikut ini prioritas Pemerintah Indonesia dalam menjalankan

Making 4.0. Pertama, memperkuat daya saing ekspor di sektor

manufaktur. Target Indonesia adalah mengembalikan angka ekspor bersih industri dalam PDB menjadi 10 persen lebih hingga

tahun 2030. Industri manufaktur di Indonesia hanya berkontribusi

sebesar 30 persen dalam PDB hingga tahun 2016. Indonesia

kemudian menargetkan kontribusi industri manufaktur sebesar

65 persen lebih dalam PDB pada 2030.

Kedua, rasio produktivitas tenaga kerja dan biaya juga akan

ditingkatkan pada 2030, yakni 2 kali lipat daripada tahun 2016

dengan mengaplikasikan teknologi Industry 4.0, seperti robotics,

3D printing, Internet of Things (IoT), dan Artificial Intelligence

(AI). Berbeda dengan strategi pengembangan industri 4.0 di negara

lain, Indonesia lebih mengutamakan manufaktur konvensional daripada industri yang berorientasi pada masa depan, seperti robotics dan bio-teknologi.

Indonesia yang termasuk dalam salah satu negara berpenduduk terbanyak di dunia dinilai sebagai pusat produksi

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

190

yang memiliki potensi tenaga kerja muda yang produktif. Selain itu, Indonesia memiliki pasar konsumen yang potensial dan sumber daya yang melimpah. Namun demikian, infrastruktur yang belum memadai dinilai akan menjadi hambatan dalam menyukseskan Making 4.0. Selain itu, masih lemahnya rantai

nilai industri yang mengintegrasikan hulu dan hilir, pembiayaan dari pemerintah yang kurang mencukupi, sumber daya manusia dan inovasi yang masih rendah, serta kurangnya tenaga terampil menjadi tantangan dalam penerapan Making 4.0 di Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa langkah yang sedang diupayakan

oleh Pemerintah Indonesia untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. (a) Menciptakan ekosistem industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang impor, seperti

bahan baku dan komponen. (b) Mengelola kawasan industri dan menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain untuk mengembangkan lima industri utama, yakni makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia. (c) Memperkuat kapabilitas inovatif UMKM yang menyerap tujuh puluh persen tenaga kerja di seluruh pasar nasional. (d) Menjalankan proyek

“Palapa Ring” untuk membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi berskala besar. (e) Melakukan inovasi IT di bidang industri manufaktur yang ditopang oleh keberhasilan

dari perusahaan rintisan unicorn, seperti Gojek, Tokopedia, dan Traveloka. (f) Menambah insentif industri manufaktur asing, termasuk Korea yang menjadi pemimpin pasar dengan teknologi tinggi.

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

191 Bab 2

Perusahaan asal Korea juga ikut andil dalam merealisasikan

Making Indonesia 4.0 dengan menambah investasi pada lima

industri utama tersebut. Hyundai Motor Group, POSCO, LG Energy Solution, dan Lotte Chemical telah dan sedang melakukan

penanaman modal dalam jumlah besar pada industri inti.

Penanaman modal tersebut dilakukan sejalan dengan kebijakan

Pemerintah Indonesia.

Menteri Agraria, Infrastruktur, dan Transportasi (MOLIT)

Korea Selatan, Won Hee-ryong, memimpin delegasi One Team

Korea dalam kunjungan kerja ke Indonesia selama lima hari, yakni dari 15 Maret 2023. Menteri Won mengatakan, “Korea

akan memberi dukungan penuh dalam pemberdayaan SDM di

Indonesia, tidak hanya memenangkan proyek yang menghasilkan

pendapatan dalam waktu singkat. Berkontribusi pada kemajuan

Indonesia dalam jangka panjang adalah langkah yang tepat

bagi Korea untuk terus bergandengan tangan dengan Indonesia

menuju masa depan.”

Delegasi One Team Korea yang dipimpin oleh Kementerian

MOLIT beranggotakan perwakilan pemerintah dan pelaku

usaha dari swasta. Dalam kunjungan kerja ke Indonesia, mereka

mengadakan beragam kegiatan dengan tujuan mempererat

kerja sama bidang infrastruktur, seperti melakukan diplomasi

tingkat tinggi dan menyelenggarakan Korea-Indonesia New City Cooperation Forum serta meninjau lokasi pembangunan

IKN di Kalimantan Timur. Menteri MOLIT Korea tersebut

menjadi menteri asing pertama yang menyaksikan beberapa titik pembangunan di IKN.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

192

One Team Korea di bawah kepemimpinan Menteri MOLIT

Korea membahas langkah-langkah kerja sama bidang konstruksi, smart city, mobility, IT, hingga budaya secara menyeluruh dalam

pertemuan tatap muka dengan Menteri PUPR, Kepala Otoritas

IKN, Menteri Perhubungan, Gubernur DKI Jakarta, Sekretaris

Jenderal ASEAN, dan pimpinan tinggi Kementerian Investasi

Indonesia.

Presiden Jokowi menandatangani mobil listrik Ioniq 5 di Pabrik Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI)

Bekasi, Jawa Barat pada 16 Maret 2022 saat meresmikan pabrik HMMI. Ioniq 5 adalah jenis mobil listrik pertama yang diproduksi di Indonesia. Chairman Hyundai Motor Group, Chung Eui-sun (sebelah kanan Presiden Jokowi).

Sumber Foto: HMMI

b) Hyundai Motor Group: Membidik Pasar ASEAN dengan

Berbasis di Indonesia

“Jika Hyundai Motor Group berinvestasi di Indonesia, masyarakat

Indonesia akan memiliki pilihan untuk memilih, tidak hanya mobil buatan Jepang, tetapi juga mobil buatan Korea. Saya berharap investasi

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

193 Bab 2

Hyundai Motor Group akan berhasil di Indonesia. Mobil hidrogen dan listrik yang ramah lingkungan itu sangat menarik.”

Demikian sambutan yang disampaikan oleh Presiden

Jokowi pada acara penandatanganan kerja sama investasi

dengan Hyundai Motor Group dalam rangka ROK-ASEAN

Commemorative Summit yang ketiga di Busan pada November

2019. Presiden Jokowi menegaskan pula pentingnya transisi ke

penggunaan otomotif yang ramah lingkungan dan berorientasi

masa depan dalam rapat tahunan dengan pelaku usaha sektor

jasa yang digelar di Jakarta pada Januari 2020. “Penggunaan

kendaraan berbahan bakar fosil di IKN Kalimantan Timur akan dilarang. Kendaraan listrik ramah lingkungan dan otonom saja

yang boleh digunakan di sana,” demikian tegas Presiden Jokowi.

Hyundai Motor Group melalui Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) berinvestasi senilai USD1,5 miliar

untuk membangun pabrik mobil (CBU, Complete Build Up)

dengan kapasitas 250.000 unit per tahun di kawasan Deltamas, Cikarang, Jawa Barat. Pabrik tersebut selesai dibangun pada Maret 2022.

Di pasar otomotif Indonesia yang 95 persennya masih

didominasi oleh produsen dari Jepang, Hyundai berani

menunjukkan ‘senjata ampuh’ untuk membangun pusat produksi

strategis di Indonesia sebagai terobosan baru. Di pabrik yang

diresmikan dalam waktu hanya 2,5 tahun meski di tengah

pandemi Covid-19, HMMI memproduksi kendaraan berbahan

bakar fosil, seperti CRETA (compact SUV) dan Stargazer (produk

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

194

low MPV) serta kendaraan listrik Ioniq 5. Pabrik di Cikarang tersebut menjadi pabrik pertama yang memproduksi kendaraan listrik di kawasan ASEAN.

Penjualan mobil baru di Indonesia pada 2019 tercatat berjumlah 1,03 juta, yakni terbesar di kawasan ASEAN. Jika

Indonesia terus mempertahankan kinerja baik di sektor otomotif, menjadi nomor satu di pasar otomotif wilayah ASEAN bukanlah hal yang mustahil. Hal itu diperkuat dengan masih banyaknya potensi perkembangan yang dimiliki Indonesia dari segi jumlah pengguna mobil pribadi.

Berdasarkan laporan Korea Automobile Manufacturers Association, rasio kepemilikan mobil per 1.000 orang di Indonesia adalah 86 unit (peringkat 82 di dunia, per 2017). Masyarakat di negara-negara dengan cuaca panas, termasuk negara-negara yang terletak di garis khatulistiwa pada umumnya memiliki keinginan tinggi untuk membeli mobil karena berjalan kaki saat matahari sedang terik sama saja dengan menyiksa diri. Selain itu, seiring dengan meningkatnya penghasilan, pembelian mobil pun diyakini akan semakin meningkat.

Melalui IK-CEPA yang diberlakukan per 1 Januari 2023, Korea dan Indonesia akan membuka pasar perdagangan yang

lebih luas dan mengintensifkan kerja sama ekonomi. Dalam

waktu dekat atau secara bertahap, tarif komoditas ekspor utama

dari Korea ke Indonesia akan dieliminasi. Hyundai Motor Group

dapat memfasilitasi pembebasan tarif bagi produk besi baja

(baja lembaran dingin, produk plating (pelapisan), baja lembaran panas) untuk otomotif dan komponen mobil (transmisi otomatis,

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

195 Bab 2

sunroof). Artinya, produsen mobil tersebut diberi kemudahan dalam proses pengiriman komponen dari Korea ke Indonesia.

Sebelum Hyundai mulai beroperasi di Indonesia seperti saat ini, KIA Motors sudah bergerak di pasar otomotif Indonesia pada pertengahan 1990. Saat itu, KIA Motors mendapat dukungan khusus dari Presiden Soeharto untuk memasuki pasar Indonesia dan tidak mengikuti praktik ekonomi pasar. Tommy Soeharto, anak bungsu Presiden Soeharto, sebagai mitra usaha KIA Motors menandatangani kontrak proyek mobil nasional pada 1993. Pada

1996, KIA Motors ditunjuk sebagai pelaksana proyek mobil nasional. KIA Motors mengambil keputusan untuk memproduksi

Timor, yaitu mobil berbasis sedan Sephia dengan kapasitas

1500 cc. KIA Motors mendapat fasilitas bebas pajak komponen impor, namun hal tersebut dilawan keras oleh produsen Jepang di Indonesia. Jepang kemudian menggugat hal tersebut ke WTO. Ketika krisis keuangan melanda Indonesia pada 1997, permintaan mobil di Indonesia jatuh menjadi 30 persen. Hal itu diperparah

dengan putusan WTO pada Januari 1998 yang menyatakan bahwa

pemberian fasilitas khusus kepada KIA Motors melanggar asas

perdagangan bebas dunia. Atas putusan tersebut, KIA Motors

tidak dapat meneruskan proyek mobil nasional. Proyek mobil nasional Indonesia akhirnya dihentikan dengan runtuhnya

pemerintahan Soeharto pada 1998.

Hyundai Motor Group sukses masuk ke pasar Indonesia atas

kolaborasi tiga pihak. Hyundai Motor Group mempertaruhkan

kehidupannya pada Advanced Mobility. Hal tersebut didukung

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

196

adanya Kebijakan New Southern Policy dari Pemerintah Korea

Selatan saat itu dan kebutuhan serta tuntutan dari Pemerintah

Indonesia. Hyundai Motor Group sebagai pemimpin Advanced Mobility mencanangkan “Strategi 2025” pada Desember 2019. Dalam strategi tersebut dinyatakan komitmen untuk berinvestasi

61,1 triliun Won untuk memperoleh kapasitas menjalankan program Advanced Mobility hingga 2025.

“Strategi 2025” Hyundai berfokus pada dua pilar, yaitu

produk mobilitas berbasis kecerdasan (intelligence) dan layanan mobilitas berbasis kecerdasan. Tiga langkah strategis di dalamnya adalah meningkatkan pendapatan dari mobil bermesin combution, menunjukkan kepemimpinan di sektor kendaraan elektrifikasi (electrified vechicles), dan membangun fondasi bisnis platform. Tiga

langkah strategis yang diambil Hyundai tersebut berjalan seiring

dengan industri yang berorientasi pada masa depan yang ingin dijalankan oleh Pemerintah Indonesia.

Hyundai Motor Group berkeinginan untuk memperluas usahanya di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, mereka memindahkan kantor Asia Pacific Headquarters yang dibuka di Malaysia pada 2018 ke Indonesia pada tahun berikutnya. Hyundai mendirikan badan usaha yang berfokus pada produksi dan penjualan secara terpisah. Hal tersebut berarti bahwa Hyundai

ingin menjadikan kawasan ASEAN sebagai pusat produksi strategis baru. Keputusan tersebut juga menunjukkan komitmen

Hyundai untuk memiliki motor pertumbuhan masa depan

dengan target kawasan ASEAN, termasuk Indonesia. Hyundai

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

197 Bab 2

Motor Group mendapatkan sambutan meriah dari konsumen sejak awal muncul di Indonesia, memproduksi, serta menjual kendaraan konvensional dan kendaraan listrik pada 2022.

Pada awal pandemi Covid-19, Hyundai bergerak cepat untuk menyalurkan bantuan kepada Indonesia. Mereka mendirikan klinik drive-thru di Bekasi, Jawa Barat pada April 2020 dan memberikan 500.000 set APD kepada BNPB secara bertahap. Hal tersebut membangun citra Hyundai menjadi lebih baik.

Hyundai Motor Group melalui badan usahanya di Indonesia mengimpor Palisade, Santa Fe, beberapa model SUV unggul, serta sedan untuk dijual di Indonesia. Kendaraan impor tersebut dan kendaraan buatan Hyundai yang diproduksi di Indonesia memiliki pangsa pasar yang semakin tinggi di Indonesia.

Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution mengadakan upacara secara hybrid dalam rangka memperingati peletakan batu pertama pabrik patungan sel baterai di kawasan industri baru, Karawang, Jawa Barat pada 15 September 2021. Presiden Jokowi hadir secara langsung. Chairman Hyundai Motor Group, Chung Eui-sun (kanan atas). Presiden LG Energy Solution, Kim Jong-hyun (kanan bawah).

Sumber Foto: LG Energy Solution

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

198

c) Pembentukan Rantai Pasok Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia

LG Energy Solution dan sejumlah perusahaan dari Korea

(Konsorsium LG) menjalankan megaproyek senilai 11 triliun

Won untuk membentuk rantai nilai (value chain) kendaraan listrik

di Indonesia. Dengan bergandengan tangan bersama BUMN

Indonesia, mereka memiliki visi membentuk rantai pasok hulu ke

hilir (end-to-end) dari pertambangan hingga sel baterai.

Terkait dengan investasi pembentukan rantai nilai baterai

listrik di Indonesia, Konsorsium LG dan Antam (Aneka tambang, BUMN pertambangan nikel Indonesia) menandatangani

Framework Agreement pada April 2022. Konsorsium LG

beranggotakan LG Energy Solution, LG Chemical, LX International, Posco Holdings, dan Huayou (Tiongkok).

Indonesia memiliki cadangan nikel terbanyak dan tercatat sebagai negara penghasil nikel terbesar. Nikel adalah komponen

utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

Konsorsium LG membentuk rantai pasok dari hulu ke hilir, yaitu mulai dari pertambangan, peleburan dan pemurnian, prekursor, katoda, hingga sel baterai. Penandatanganan perjanjian tersebut menandai langkah awal proyek ini. Diketahui bahwa

nilai total proyek Konsorsium LG mencapai kurang lebih USD9

Miliar (setara 134,3 triliun rupiah).

LG Energy Solution yang mengetuai Konsorsium LG tersebut

baru pertama kali menjalankan megaproyek untuk membentuk

rantai pasok. Naiknya harga bahan baku baterai, seperti nikel dan litium secara eksponensial menjadi beban bagi para pelaku usaha

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

199 Bab 2

baterai saat ini. Di tengah situasi ini, bahan baku mineral dalam jumlah besar, yakni sebanyak ratusan juta ton dipastikan tersedia bagi Konsorsium LG.

Kini Indonesia diharapkan akan menjadi salah satu negara industri baterai terkemuka di dunia. Indonesia menargetkan untuk menjadi bagian dari rantai pasok dunia di sektor baterai listrik. Namun, Framework Agreement tersebut bersifat tidak terikat sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai penandatanganan final.

d) Kerja Sama dengan Indonesia yang Berpotensi Besar di Pasar Halal

Pasar halal yang memiliki konsumen muslim sebanyak dua miliar jiwa sedunia merupakan pasar yang bernilai USD2 triliun lebih. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki pasar halal dengan konsumen cukup banyak. Pada 2021, jumlah konsumen muslim di Indonesia tercatat 230 juta jiwa. Mereka mengonsumsi barang dan jasa halal sebanyak USD184 miliar setiap tahun. Halal dalam bahasa Arab berarti “segala objek dan kegiatan yang diizinkan”. Sesuatu yang “halal” berarti diproduksi, dikelola, dan didistribusikan sesuai dengan syariat Islam. Halal tidak hanya diterapkan pada produk makanan dan minuman serta kosmetik, tetapi juga di sektor jasa dan keuangan.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang beranggotakan 57

negara Islam di seluruh dunia memprediksi bahwa nilai pasar

halal di Indonesia hingga 2025 akan naik sebanyak 14,96 persen setiap tahun dan permintaan produk halal pun diperkirakan akan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

200

terus meningkat. Perilaku memilih produk berlabel halal dalam kehidupan perekonomian masyarakat sangat mendominasi di Indonesia. Label halal tidak hanya diterapkan pada barang-barang

konsumsi, seperti makanan dan minuman, obat-obatan, dan kosmetik, tetapi juga diaplikasikan pada industri manufaktur, peralatan, dan instalasi serta jasa keuangan.

Pasar halal Indonesia adalah salah satu pasar yang mendapat perhatian besar dalam perdagangan produk halal global. Menurut

“Global Islamic Economy Report 2022”, Indonesia mengimpor produk halal dengan nilai USD22,1 miliar per tahun pada 2020. Dengan catatan impor produk halal senilai USD8,5 miliar setiap

tahun, Indonesia menjadi negara dagang terbesar kelima di dunia dalam hal komoditas produk halal.

Pada 2022, Majelis Ulama Indonesia (MUI), otoritas

keagamaan tertinggi di Indonesia, mengumumkan bahwa pihak

MUI akan berinvestasi senilai USD5,1 miliar selama tiga tahun ke depan untuk memperluas fasilitas manufaktur produk halal guna meningkatkan ekspor. Kontribusi Indonesia dalam perdagangan produk halal dunia diprediksi akan meningkat.

Pada 2020, MUI menentukan tujuh fokus industri yang terkait dengan ekonomi halal di Indonesia. MUI menyampaikan usulan kepada Pemerintah Indonesia agar gencar mengembangkan industri tersebut dan menambah investasi. Sebagai persetujuan atas usulan tersebut, Pemerintah Indonesia akan mewajibkan

sertifikasi halal untuk semua barang yang dijual di Indonesia

per Oktober 2024 dan akan dimulai dari produk makanan dan minuman. Saat ini, Pemerintah Indonesia mengawal kegiatan

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

201 Bab 2

pengembangan ekonomi halal nasional. Salah satu upaya yang

dilakukan adalah memberikan bantuan keuangan atau nonkeuangan, seperti pembangunan kawasan industri halal dan pemberian subsidi.

Industri terbesar dari tujuh fokus industri yang telah ditentukan

oleh MUI tersebut adalah industri makanan dan minuman. Pasar

kosmetik halal juga berkembang pesat. Pendapatan per kapita

Indonesia pada 2021 mencapai 4.349 dolar. Hal ini membuat daya

konsumsi masyarakat meningkat, terutama generasi muda yang

lebih memperhatikan produk kosmetik dan kecantikan serta

pengembangan diri melalui media sosial. Dengan demikian, nilai

ekonomi pada produk halal pun semakin tinggi.

Pada 2019, Pemerintah Indonesia menyusun “Indonesia

Syariah Economy Masterplan 2019—2024” sebagai peta jalan

pengembangan ekonomi halal di ranah pemerintah dan berkomitmen untuk mendukung pengimplementasiannya melalui pembenahan kebijakan. Peta jalan tersebut bertujuan (a) memperkuat rantai nilai halal di dalam negeri, (b) memperbanyak kegiatan jasa keuangan yang sesuai syariah, (c) mengembangkan

industri UMKM yang bergerak dalam sektor manufaktur produk halal dan jasa, (d) mensosialisasikan ekonomi halal dengan mengoptimalkan ekonomi digital dan fintech.

Pemerintah Indonesia mewajibkan penerapan sertifikasi

halal pada produk makanan dan minuman mulai tahun 2024.

Penerapan kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong

peningkatan pembelian produk halal oleh konsumen. Pemerintah

Indonesia juga menetapkan pembebasan biaya sertifikasi halal

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

202

bagi UMKM dan juga memberikan bantuan keuangan untuk penambahan fasilitas produksi produk halal. Bantuan pemerintah

tersebut diharapkan dapat mendorong meningkatnya jumlah

pelaku usaha yang beraktivitas di sektor produk makanan dan minuman halal.

Industri halal terbesar kedua setelah makanan dan minuman, adalah sektor keuangan. Berdasarkan “Cetak Biru Ekonomi

dan Keuangan Syariah” yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

diketahui bahwa Pemerintah Indonesia secara konsisten berupaya

untuk menjadi pemimpin pasar keuangan syariah. Sejumlah upaya

yang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah (a) menginjeksi dana

untuk penguatan ekosistem Halal Value Chain (HVC) Indonesia,

(b) membenahi peraturan dan sistem untuk mendukung kegiatan

sektor keuangan yang sesuai dengan hukum syariah, dan (c)

memberikan kemudahan untuk menarik lebih banyak investasi

dari industri halal dan melakukan penyederhanaan prosedur.

Upaya lain dalam rangka mengembangkan industri halal di sektor keuangan adalah mendirikan PT Bank Syariah Indonesia

Tbk dengan total aset USD15,2 miliar pada 2021. Bank Syariah

Indonesia merupakan gabungan tiga bank syariah terbesar

di Indonesia, yaitu BNI, Mandiri, dan BRI. Bank Syariah

Indonesia yang masuk dalam sepuluh besar bank syariah dunia

akan dijadikan pelaku utama dalam pergerakan dana dan pengimplementasian kebijakan keuangan syariah nasional.

Perusahaan-perusahaan dari Korea Selatan juga bergerak

cepat untuk memasuki pasar halal Indonesia. COSMAX, perusahaan Original Design Manufacturing (ODM) kosmetik,

Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

203 Bab 2

membangun pabrik di luar Jakarta pada 2013 dan mendapatkan

sertifikasi halal dari MUI pada 2016. Hanya dalam empat

tahun setelah mendapatkan sertifikasi halal, COSMAX dapat

melipatgandakan penjualannya pada 2019 menjadi 39,3 miliar

Won (setara USD31 juta), 23 kali lipat dibandingkan penjualan

empat tahun sebelumnya atau rata-rata 1,7 miliar Won (setara USD1,34 juta) per tahun.

Pada 2020, COSMAX Indonesia mendapat sertifikasi vegan

Prancis Eve Vegan dan juga sertifikasi COSMOS untuk kosmetik

alami dan organik yang dibuat oleh lima lembaga sertifikasi di empat negara Uni Eropa. COSMAX Indonesia yang memiliki

teknologi kosmetik dan sertifikasi halal berhasil melakukan

lokalisasi K-Beauty (industri kecantikan ala Korea) di Indonesia, bahkan mereka memiliki lini produksi kosmetik halal, vegan, dan organik sekaligus.

Buldak Ramen buatan Samyang yang dijual di Indonesia

tidak mengandung minyak hewani, berbeda dengan Buldak

Ramen yang diekspor ke negara lain. Untuk mendapatkan

sertifikasi halal, Samyang tidak menggunakan minyak hewani

dalam produknya. Mendapatkan sertifikasi halal menjadi sebuah

kewajiban untuk dapat mengekspor produk ke negara-negara

Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti Indonesia dan Malaysia. Buldak Ramen berlabel halal pun

laris manis dijual di Asia Tenggara. Per tahun 2019, nilai ekspor

Buldak Ramen ke Asia Tenggara tercatat USD85 miliar (setara

USD67 juta). Di Malaysia dan Indonesia, nilai ekspor Buldak

Ramen mencapai USD38 miliar (setara USD30,75 juta).

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

204

Bagi pelaku usaha yang tertarik dengan pasar Indonesia, bersertifikasi halal menjadi sebuah kewajiban, bukan pilihan.

Pasar halal Indonesia yang tingkat belanja konsumennya

mencapai USD184 miliar bukanlah hambatan yang harus dilalui oleh para pengekspor dari Korea Selatan. Pasar halal Indonesia ini justru diharapkan dapat dilihat sebagai peluang bisnis baru.

e) Kerja Sama dalam Pembangunan Ibu Kota Nusantara

Indonesia menargetkan penyelesaian pembangunan IKN

tahap pertama pada 2024 dengan total nilai investasi USD34 miliar. Proyek pembangunan ibu kota baru sebagai pusat administrasi di Kalimantan Timur ini menjadi peluang kerja

sama baru bagi perusahaan dari Korea Selatan. Melalui mega proyek ini, Indonesia tidak hanya membangun properti dan infrastruktur semata, tetapi juga membangun kota cerdas (smart city) dengan teknologi dan informasi.

Perusahaan Korea

205 Bab 2
di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan Desain Istana Kepresidenan dalam KIPP Ibu Kota Nusantara Sumber Foto: Otoritas IKN

Minat pemerintah dan sektor swasta Korea Selatan untuk

menjadi bagian dari mega proyek IKN Indonesia sangat tinggi

karena Korea telah melakukan kerja sama pembangunan smart city secara intensif, khususnya di kawasan ASEAN. Pembangunan

smart city yang dilengkapi dengan teknologi tinggi, seperti

AI dapat berfungsi sebagai platform Revolusi Industri 4.0 dan menjadi wadah untuk menyelesaikan beragam masalah dari

ranah industri, lingkungan hidup, transportasi, dan tindak kejahatan.

Pemerintah Korea Selatan bersama dengan sektor swasta

melakukan akselerasi kerja sama IKN dengan Indonesia.

Berdasarkan kesepakatan MoU pada September 2019, National Agency for Administrative City Construction (NAACC) Korea

Selatan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Indonesia menjalankan program kerja sama secara

konkret, seperti pertukaran teknologi dan pertukaran pengalaman

pembangunan Kota Administrasi Sejong Korea Selatan. ■

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

206
2
207 Bab
Perusahaan Korea di Indonesia : Dulu, Sekarang dan Masa Depan

Bab 3

Diaspora Korea di Indonesia

1. Awal Mula Komunitas Diaspora Korea (Akhir 1890-an hingga Awal 1960-an)

2. Diaspora Korea pada Tahun-Tahun Awal (1973-1988)

3. Diaspora Korea pada Periode Perkembangan (1988-2003)

4. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap I (2004-2016)

5. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap II (2017-Saat ini)

Bab 3 Prakata

Diaspora Korea di Indonesia

Prakata

Sudah seabad lebih sejak pendatang Korea pertama

menginjakkan kakinya di Indonesia. Hubungan diplomatik

antara Indonesia dan Republik Korea pun telah terjalin selama

50 tahun. Selama itu pula diaspora Korea berada di Indonesia. Menurut “Kondisi Terkini Diaspora Korea” yang diterbitkan oleh

Kementerian Luar Negeri Republik Korea, jumlah orang Korea

yang merantau ke Indonesia pada 2021 adalah 17.297 jiwa (14.488 dengan izin tinggal terbatas, 1.743 dengan izin tinggal tetap, 765 orang Korea dengan kewarganegaraan asing, dan 301 siswa internasional).

Diaspora Korea dengan berbagai latar belakang dan usia hidup berdampingan dengan masyarakat Indonesia dari generasi

pertama yang kini telah berusia sekitar 80 tahun (setelah 50 tahun

lebih tinggal di Indonesia) sampai keturunan mereka saat ini,

211 Bab 3
Diaspora Korea di Indonesia
3
Bab

juga ekspatriat berusia 20-30 tahunan yang baru saja datang di Indonesia untuk bekerja. Diaspora Korea di Indonesia umumnya

bekerja di industri manufaktur padat karya, seperti industri garmen, alas kaki, elektronik, dan wirausaha dengan target

konsumen teman sebangsa serta di berbagai sektor lain, seperti

baja, bahan kimia, mobil, distribusi, dan teknologi informasi.

Tidak sedikit orang Korea yang memboyong keluarganya ketika

pindah ke Indonesia. Oleh karena itu, sekolah Korea, restoran

Korea, dan organisasi keagamaan Korea berdiri sejak periode

awal orang Korea masuk ke Indonesia. Orang Korea di Indonesia

berinteraksi dengan masyarakat Indonesia, baik di lingkungan

kerja maupun kehidupan sehari-hari, dengan bahasa Indonesia.

Dengan komando dari Korean Association, diaspora Korea

di Indonesia aktif dalam berbagai kegiatan, seperti organisasi

keagamaan, seni dan budaya, perkumpulan berdasarkan jenis pekerjaan, alumni sekolah, kampung halaman, dan lain-lain.

Diaspora Korea menghormati masyarakat dan budaya lokal

Indonesia. Mereka juga berusaha melebur tanpa kehilangan

identitas diri sebagai bangsa Korea. Diaspora Korea berperan

sebagai pintu gerbang pertukaran yang memperkenalkan Korea ke Indonesia dan sebaliknya.

Tulisan ini diharapkan dapat memberi gambaran perihal

bagaimana diaspora Korea terbentuk dan berkembang di Indonesia. Dengan menelaah kehidupan diaspora Korea

yang tinggal di Indonesia sejak abad ke-20, diketahui bahwa

orang Korea dapat bertahan dan tinggal di Indonesia dalam

waktu yang lama dalam kerangka kerja sama diplomatik dan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

212

ekonomi antarkedua negara. Kestabilan hidup diaspora Korea bergantung pada situasi politik ekonomi Indonesia. Hubungan

bilateral Indonesia-Korea berpusat pada sektor ekonomi karena

kedua negara memiliki karakteristik yang saling melengkapi dalam sektor tersebut. Sejak akhir 1960-an, kerja sama ekonomi

berkembang pesat dan diaspora Korea pun berkembang mengikuti arus tersebut.

1. Awal Mula Komunitas Diaspora Korea (Akhir 1890-an hingga Awal 1960-an)

Sesuai julukan negara Korea (Joseon saat itu), yaitu “Negeri Ginseng”, pelopor diaspora Korea di Indonesia adalah para pedagang ginseng. Catatan tentang pedagang ginseng yang

berperan aktif di sekitar khatulistiwa, Jawa, dan Selat Malaka

ditemukan berasal dari tahun 1890-an. Para pedagang ginseng

menjajakan ginsengnya di kedai herbal ginseng skala besar atau

mengedarkannya melalui penjaja keliling yang bekerja untuk kedai herbal.

Pada awal abad ke-20, Gubernur Jenderal Joseon mencatat

perihal seorang penjual ginseng Joseon yang sedang menunggu penerbitan paspor. Paspor tersebut akan digunakan untuk

melakukan perjalanan dari Singapura ke Hindia Belanda

(sekarang Indonesia). Sepucuk surat yang ditujukan kepada

surat kabar Dong-A Ilbo dari seorang penduduk Joseon yang

menjajakan ginseng di Singapura pada 1930 menunjukkan bahwa

pada saat itu orang Joseon juga tinggal di Batavia (sekarang

Diaspora Korea di Indonesia

213 Bab 3

Jakarta) dan banyak di antara mereka yang bekerja sebagai penjual ginseng.

Kedatangan orang Korea di Indonesia berhubungan erat

dengan kehadiran Jepang di Negeri Ginseng tersebut. Seiring

dengan pendudukan Jepang di Korea, orang Joseon melancarkan

gerakan kemerdekaan melawan Jepang. Pasca-Gerakan 1 Maret

1919, penindasan Jepang semakin membabi buta. Banyak orang

Joseon yang kemudian melarikan diri dari Semenanjung Korea

dan pergi mengasingkan diri ke Cina. Jang Yoon-won, warga

Korea yang mengasingkan diri ke Tiongkok tiba di Batavia pada

September 1920 melalui Beijing. Jang Yoon-won menikah dengan

perempuan Indonesia keturunan Tionghoa. Mereka hidup

tenteram hingga Indonesia jatuh ke tangan kolonialisme Jepang.

Jang Yoon-won pun kembali merasakan penderitaan akibat

penjajahan. Orang Korea yang dikirim paksa oleh Jepang ke

Indonesia dan datang ke Indonesia sejak akhir 1960-an terhubung

dengan Jang beserta anak-anaknya. Diaspora Korea di Indonesia

kemudian menganggap Jang Yoon-won sebagai orang Korea

pertama yang tinggal di Indonesia. Hari pertama kedatangan

Jang Yoon-won di Indonesia diperingati sebagai awal sejarah

Korea di Indonesia.

Pada 1942, sekitar 1.500 prajurit Joseon didatangkan paksa

ke Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Jepang

kala itu tengah berperang melawan Inggris dan Amerika Serikat.

Perang tersebut kemudian meluas menjadi Perang Asia Pasifik.

Indonesia yang kaya sumber daya alam, seperti minyak dan karet

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

214

adalah pemberhentian terakhir Jepang untuk merealisasikan

Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Jepang

berhasil menundukkan Indonesia dan mulai mengirim orang

Joseon sebagai penjaga tawanan perang ke Indonesia.

Sebagian besar orang Joseon yang datang ke Indonesia

selama Perang Asia Pasifik dikirim secara paksa oleh Kekaisaran

Jepang. Di antara mereka terdapat penjaga tawanan perang

Jepang, wanita penghibur tentara militer dan pengelola

tempat hiburannya, agen pers sipil, sutradara film, dan pakar

pertanian. Mereka semua mengalami kelaparan, kerja paksa, dan diskriminasi di negeri asing.

Selama penjajahan Jepang, orang Joseon menjadi berkewarganegaraan Jepang meskipun berdarah Joseon. Namun, orang Joseon kemudian memiliki identitas kewarganegaraan

multinegara, yaitu Korea, Jepang, dan Indonesia karena mereka menetap di Indonesia. Mereka lalu menempuh cara masing-masing untuk meraih kemerdekaan dan kelangsungan hidup pribadi.

Beberapa di antara mereka membentuk perkumpulan rahasia untuk kemerdekaan Korea. Sebagian yang lain berkolaborasi

dengan nasionalis Indonesia dan Tiongkok perantauan untuk

melancarkan gerakan kemerdekaan melawan Jepang di Indonesia.

Sementara yang lain lagi bekerja sama dengan milisi Indonesia

dan sisa-sisa tentara Jepang dalam Perang Kemerdekaan melawan

Belanda. Setelah kekalahan Jepang, orang Joseon memisahkan

diri dari Jepang dan menonjolkan identitas mereka sebagai orang

Joseon. Sebagian besar dari mereka kemudian kembali ke Korea

Diaspora Korea di Indonesia

215 Bab 3

dalam kurun waktu 2-3 tahun setelah kekalahan Jepang. Namun, beberapa di antara mereka tetap bertahan dan menorehkan jejak hebat di Indonesia.

a) Jang Yoon-won dan Anak-Anaknya: Pendatang Korea

Pertama di Indonesia

Saat beraksi dalam gerakan kemerdekaan Korea pada masa pendudukan Jepang, Jang Yoon-won (1883—1947) berhasil

meloloskan diri dari penindasan Jepang setelah didapati

menyalurkan dana untuk kemerdekaan. Jang mengasingkan

diri ke Indonesia melalui Tiongkok. Ia tiba di Batavia pada

September 1920 dan tinggal di Indonesia selama 27 tahun

sampai akhir hayatnya. Jang Yoon-won datang ke Indonesia atas

rekomendasi de Kat Angeline, seorang pejabat tinggi Gubernur

Jenderal Hindia Belanda. Jang sempat mengenyam pendidikan di universitas di Jepang dan cukup mahir berbahasa Jepang

hingga pernah bekerja di Bank of Japan di Korea. Ia kemudian

ditunjuk sebagai pejabat tinggi madya penerjemah simultan

bahasa Jepang oleh Departemen Gubernur Jenderal Belanda.

Tahun berikutnya, Jang bertemu dan menikah dengan Hwang-

Hang-a, perempuan Indonesia keturunan Tionghoa. Mereka

memiliki dua putra (Nam-hae dan Soon-il) dan tiga putri (Changpo, Ban-gi, dan Pyeong-hwa). Namun, Jang Yoon-won kemudian

ditawan dan dijebloskan ke Penjara Glodok, Jakarta oleh tentara

Jepang. Ia juga disiksa dan dipukuli. Setelah Jepang bertekuk

lutut pada Sekutu, Jang menunda kepulangannya ke Korea. Ia

berjuang di balik layar untuk menyelesaikan misi penyelamatan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

216

orang-orang Joseon yang bekerja sebagai penjaga tawanan perang dan memulangkan warga sipil ke Korea. Namun, Jang

gagal mengembalikan kesehatannya yang turun drastis akibat

penyiksaan yang dilakukan oleh tentara Jepang. Jang Yoon-won pun wafat di Jakarta pada 23 November 1947.

Tiga di antara lima anak-anak Jang dikenang oleh diaspora

Korea atas perannya membantu orang-orang Korea yang tinggal

di Indonesia.

Jang Nam-hae (putra tertua, 1921--??) ditangkap bersama

Jang Yoon-won oleh tentara Jepang dan disiksa. Jang Nam-hae

menyimpan kartu keanggotaan ke-100 dari Asosiasi Rakyat

Joseon Jawa yang dibentuk pada 1 September 1945. Bagi Jang

Nam-hae, kartu keanggotaan itu adalah barang berharga yang

mengingatkannya pada Korea dan ayahnya. Pada 1980—1990an, ia bekerja sebagai mitra lokal untuk perusahaan Korea yang

memasuki industri konstruksi dan ikut serta dalam komunitas

Katolik Korea di Jakarta. Jang Nam-hae mendukung dan

Diaspora Korea di Indonesia

217
3
Bab
Keluarga Bapak Jang Yoon-won Sumber Foto: Kim Moon-hwan

membina pembangunan permukiman orang Korea di Indonesia dan pendirian gereja Korea.

Jang Soon-il (putra kedua, 1927—1995) menyusun

kepengurusan Asosiasi Mahasiswa Katolik Belanda dan menjabat sebagai presiden asosiasi pertama sesaat sebelum

keberangkatannya ke Belanda untuk sekolah. Pada 1 Juni 1960, ia

bersama-sama dengan mahasiswa Katolik mendirikan Universitas

Katolik Atmajaya di Jakarta (menjabat sebagai Dekan Fakultas

Teknik, Kepala Program Studi Arsitektur), membangun kampus di Semanggi (Jakarta) dan membangun rumah sakit universitas di Pluit sebagai kerangka dasar pembangunan kampus Atmajaya.

Sebagai penghargaan atas prestasinya, Vatikan menganugerahinya

Medali Perak “Equitem Commendatorem Ordinis Sancti Silvestri

Papae” (penghargaan sipil tertinggi) pada peringatan ulang tahun

ke-30 Universitas Atmajaya pada 1990.

Jang Pyeong-hwa (anak ketiga, putri 1942—2016) adalah

lulusan Program Studi Sastra Inggris, Universitas Indonesia. Ia

bekerja sebagai asisten dosen dan mengajar bahasa Indonesia di keluarga staf Kedutaan Besar Korea di Indonesia. Jang Pyeonghwa kemudian bekerja sebagai sekretaris di Konsulat Jenderal

Republik Korea yang didirikan pada akhir tahun 1960-an. Pada

1971, atas kemurahan hati Konsul Jenderal Kim Yong-jung, Jang

Pyeong-hwa mengunjungi Korea Selatan dan bertemu kerabatnya.

Pada Maret 1974, ia menikah dengan laki-laki Korea, Yeo Hanjong, di Katedral St. Mary di pusat Kota Jakarta. Yeo Han-jong

direkrut oleh Kementerian Luar Negeri Korea untuk bekerja di Kedutaan Besar Korea Selatan di Indonesia dan kembali ke Korea

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

218

setelah pensiun sebagai Duta Besar Republik Korea untuk Papua Nugini. Jang Pyeong-hwa kembali ke Korea dan menghabiskan

sisa hidupnya bersama sang suami.

b) Migran Korea selama Perang Asia Pasifik

◆ Orang Joseon Penjaga Tawanan Perang

Seiring dengan meluasnya Perang Pasifik hingga Indonesia

dan jumlah tawanan perang Sekutu (beserta keluarganya) yang

terus bertambah hingga melampaui 260.000 jiwa serta untuk

memantau dan mengawasi tawanan perang serta untuk tujuan

militer (tentara, pegawai sipil, wanita penghibur tentara, buruh, dan lain-lain), Jepang secara paksa mengirim sekitar 5.000 rakyat sipil dari daerah jajahannya, yaitu Taiwan dan Korea ke

Asia Tenggara pada Maret 1942. Dari 3.000 orang Joseon yang

dikirim pada saat itu, 1.500 orang ditempatkan di wilayah Jawa, sedangkan sisanya ditempatkan di Sumatra, Thailand, dan Burma

untuk mengawasi tawanan perang dan mengelola tenaga kerja.

Pada awalnya, penjaga tawanan perang dipekerjakan sebagai

pegawai sipil yang dikontrak selama dua tahun, tetapi Jepang

secara sepihak memutus hubungan kontrak dan memaksa mereka

bekerja tanpa batas waktu.

Tawanan perang Sekutu dan penjaga tawanan perang

menjadi sasaran kekerasan yang tidak manusiawi dari prajurit

Jepang. Mereka menderita kelaparan karena kekurangan bahan

pangan. Setelah Jepang bertekuk lutut kepada Sekutu, orang

Joseon yang bertugas sebagai penjaga tawanan perang dianggap

sebagai bagian dari tentara Jepang dan penjahat perang. Mereka

Diaspora Korea di Indonesia

219 Bab 3

dipisahkan dari orang Joseon lainnya (pekerja paksa dan wanita

penghibur) dan dibawa ke pengadilan untuk diadili karena

kejahatan perang. Mereka yang berhasil melarikan diri dari

tuduhan kejahatan perang tidak serta-merta dapat kembali

ke Korea. Banyak dari mereka yang menderita kelaparan dan penyakit endemik di kamp. Setelah Perang Kemerdekaan

Indonesia melawan Belanda berakhir, mereka kembali ke Korea

melalui Singapura dan Jepang.

Tempat

Sumber

◆ Wanita Penghibur Tentara

Menurut kesaksian tentara Jepang yang bertugas di Indonesia

pada saat itu dan dari “Laporan Pencarian Fakta tentang Daftar

Wanita yang Dikirim ke Indonesia” yang diterbitkan pada 2009, ada tujuh wanita Joseon di tempat hiburan No.6 di Jakarta

(dekat Hotel Borobudur saat ini) dan wanita penghibur Joseon

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

220
Hiburan Tentara Jepang (Tempat Ianfu) di Ambarawa, Jawa Tengah Foto: Korean Association

di Surabaya, Jawa Timur. Selain di Sumatra tempat pasukan

Jepang ditempatkan, jejak wanita penghibur Korea juga terlacak

di Kalimantan dan Indonesia bagian timur, seperti Sulawesi

dan Ambon. Setelah kemerdekaan, orang Joseon yang terdiri

atas penjaga tawanan perang dan warga sipil berkumpul dalam

Asosiasi Rakyat Joseon Jawa. Mereka kemudian kembali ke Korea

dengan naik kapal. Di antara warga sipil yang naik kapal tersebut

terdapat wanita penghibur yang disamarkan oleh pasukan

Jepang sebagai perawat.

Salah satu korban yang dijadikan wanita penghibur, Jung

Seo-woon (1924—2004), diminta oleh kepala desanya untuk

bergabung dengan Korps Relawan Patriotik yang kemudian

dibawa ke Semarang (di Pulau Jawa) melalui Guangdong, Cina

pada 1938. Di depan Pemerintah Jepang yang menyangkal

adanya praktik perbudakan seksual berupa wanita penghibur selama penjajahan, Jung Seo-woon dengan tegas mengatakan, “Saya adalah wanita penghibur tentara Jepang di Ambarawa, Semarang.” Dari 13 wanita yang dibawa oleh kepala desa tersebut, hanya 6—7 atau setengah dari mereka yang selamat

sampai akhir perang. Setelah kekalahan Jepang, mereka kembali ke Korea melalui Singapura dan sampai di Pelabuhan Busan sekitar April—Mei 1936. Selama lebih dari 70 tahun, kamp

hiburan militer Ambarawa yang sekarang menjadi situs perang di bawah pengelolaan Pemerintah Indonesia terabaikan.

Diaspora Korea di Indonesia

221 Bab 3

◆ Partai Pemuda Kemerdekaan Korea dan Gerakan

Kemerdekaan Anti-Jepang

Pada 29 Desember 1944, 16 anggota tentara Joseon di Jawa

yang dipimpin Lee Eok-gwan (nama asli: Lee Hwal, 1907— 1983) berkumpul di Jakarta dan mendirikan Partai Pemuda

Kemerdekaan Korea, sebuah perkumpulan rahasia anti-Jepang di bawah pemerintah sementara Republik Korea di Shanghai. Partai

Pemuda Kemerdekaan Korea melancarkan “Gerakan Ambarawa”

dan berencana merebut kapal angkut militer Jepang, Sumire

Maru. Demi kemerdekaan Joseon, mereka bekerja sama dengan

nasionalis Indonesia dan orang Indonesia keturunan Tiongkok

yang mengobarkan perjuangan anti-Jepang untuk kemerdekaan

Indonesia. Dalam pergerakannya, Kim Du-sam dan Ahn Seungkap (anggota Partai Pemuda Kemerdekaan Korea Bandung

sekaligus mantan penjaga tawanan perang tentara Jepang)

dibantu oleh tawanan perang Indonesia keturunan Tiongkok, Jung Ji-chun.

Pada 5 Januari 1945, di kamp konsentrasi detasemen

No.2 Semarang dan Ambarawa, tiga anggota Partai Pemuda

Kemerdekaan Korea, yakni Son Yang-seop, Min Young-hak, dan

Noh Byung-han menyita truk dan senjata milik tentara Jepang.

Mereka kemudian melancarkan aksi “Gerakan Ambarawa”

dengan menembak mati tentara dan pendukung Jepang. Ketika

dikejar oleh tentara Jepang, ketiganya melarikan diri dan

mengakhiri hidup mereka. Ladang jagung tempat Min Younghak bunuh diri kini berubah menjadi sawah, sedangkan tempat

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

222

Song Yang-seop dan Roh Byung-han bunuh diri menjadi bagian belakang gereja St. Joseph, Ambarawa.

Pada Juli 1945, sepuluh anggota Partai Pemuda Kemerdekaan

Korea ditangkap oleh militer Jepang dan dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan militer. Akan tetapi, mereka kemudian

dibebaskan setelah perang berakhir. Namun, mereka kembali

ditangkap oleh Sekutu, diadili sebagai penjahat perang, serta menjadi sasaran kerja paksa sehingga menderita kelaparan.

Mereka baru dapat kembali ke tanah airnya pada 1947.

Pada November 2011, Pemerintah Korea Selatan secara resmi mengakui aksi anti-Jepang yang dilakukan oleh orang Korea

yang bekerja sebagai penjaga tahanan perang di Jawa sebagai

gerakan kemerdekaan yang dilakukan di luar negeri. Selain itu, pada 2008, tiga orang yang mengorbankan diri di Ambarawa

dianugerahi Medali Patriotik Ordo Pendirian Negara. Adapun

sembilan anggota Partai Pemuda Kemerdekaan Korea yang

tersisa dianugerahi Medali Pendirian Negara pada 2011.

◆ Organisasi Korea Pertama di Indonesia: Asosiasi Rakyat

Joseon Jawa

Setelah perang berakhir, sekitar 1.600 orang Joseon masih tinggal di Jakarta. Mereka menunggu proses pengadilan atas

kejahatan perang atau menunggu keberangkatan kapal untuk kembali ke Korea. Mereka memisahkan diri dari tentara Jepang

dan membentuk komunitas Joseon untuk melindungi diri

sampai kembali ke tanah air. Situasi di Korea yang masih porakporanda pascakemerdekaan membuat Pemerintah belum dapat

Diaspora Korea di Indonesia

223 Bab 3

mengirim kapal untuk memulangkan warganya. Dalam beberapa kasus, proses klasifikasi untuk membedakan orang Jepang yang merupakan penjahat perang yang sebenarnya dengan orang Joseon membuat kepulangan mereka semakin tertunda.

Orang Joseon membentuk Asosiasi Rakyat Joseon di berbagai daerah di Indonesia dan menamainya sesuai wilayah tempat

asosiasi itu terbentuk, yakni dimulai dari Asosiasi Rakyat Joseon

Jawa, Asosiasi Rakyat Joseon Palembang, Asosiasi Rakyat Joseon Bandung, dan Asosiasi Rakyat Joseon Semarang. Selain melakukan berbagai kegiatan untuk bertahan hidup, seperti mengamankan pasokan makanan, menyediakan akomodasi, menyusun daftar nama orang Joseon, dan mempersiapkan kepulangan rakyatnya, Asosiasi Rakyat Joseon berupaya mempertahankan jati diri bangsa mereka dengan mengibarkan bendera Taegeukgi, membuka kelas bahasa Korea, menggambar bendera Taegeukgi, belajar lagu Korea, serta melakukan pertunjukan tari, musik, dan teater Korea.

Asosiasi Rakyat Joseon Jawa didirikan pada 1 September 1945

dan dibubarkan pada 13 April 1946 ketika semua anggotanya telah

kembali ke Korea dengan naik kapal. Asosiasi Rakyat Joseon Jawa yang berkantor pusat di Jakarta Kota menyewa puluhan rumah di kompleks perumahan Pasar Senen dan menggunakannya

sebagai teater, aula, dan penginapan. Bendera Taegeukgi yang dikirim oleh kepala pusat pemerintahan sementara, Kim Gu, dikibarkan di markas besar asosiasi. Asosiasi Rakyat Joseon Jawa

menyediakan akomodasi bagi anggota yang datang dari daerah

dan mereka hidup secara kolektif. Mereka bernegosiasi dengan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

224

militer Jepang dan berhasil mengamankan persediaan dan dana yang cukup untuk menopang kehidupan mereka. Mereka

mendirikan kelas bahasa Korea untuk mengajarkan bahasa ibu

kepada saudara sebangsa dan setanah air yang akan kembali

ke Korea serta menyediakan mesin jahit dan mengajarkan

keterampilan menjahit kepada para wanita. Selain itu, surat kabar Joseonin Minbo dicetak dan didistribusikan setiap pekan dan mencapai edisi ke-100.

Anggota Asosiasi Rakyat Joseon Cabang Bandung (16/12/1945)

Sumber Foto: Buku Memoar Ahn Seung-kap

c) Perang Kemerdekaan Indonesia (September 1945—27

Desember 1945) dan Veteran Joseon yang Berpartisipasi

Setelah Jepang kalah perang, pemerintah baru Indonesia

yang dipimpin oleh Presiden Soekarno secara aktif melawan

upaya Belanda dan pasukan Sekutu untuk kembali menduduki

Indonesia dan memulai Perang Kemerdekaan demi merebut

kembali kedaulatan setelah 350 tahun lamanya. Presiden Soekarno

menilai bahwa Indonesia pada saat itu masih lemah untuk

Diaspora Korea di Indonesia

225 Bab 3

melawan kekuatan besar, seperti Belanda dan Inggris. Oleh karena itu, opsi terbaik yang dipilih adalah dengan mengulur waktu

melalui perang gerilya sambil melancarkan perang diplomatik

dengan menggiring opini publik internasional. Tentara Indonesia

mendorong pembentukan milisi dan mempekerjakan bintara

dan tamtama keluaran tentara Jepang sebagai tentara bayaran

untuk mendapatkan senjata dan tentara perang yang terlatih.

Diperkirakan sekitar 35 orang Joseon ikut serta dalam Perang

Kemerdekaan ini, antara lain, Yang Chil-sung, Jeong Jung-ho, dan Guk Jae-man.

Tiga orang tersebut secara sukarela bergabung dengan satuan

”Pangeran Papak” yang berbasis di wilayah Garut, Jawa Barat.

Mereka diperkirakan bergabung dengan milisi pada 1946. Pada

waktu itu ada sekitar 4—5 orang Korea di satuan Pangeran Papak.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

226
Batu Nisan di Makam Yang Chil-sung

Yang Chil-sung

Pahlawan Kemerdekaan Indonesia

Yang Chil-sung (1915—1949) yang

memiliki nama Indonesia Komarudin

adalah orang Korea yang menjadi

pahlawan kemerdekaan Indonesia. Yang

Chil-sung dikirim ke Pulau Jawa sebagai

tentara Jepang dan bertugas mengawasi

pasukan Sekutu yang menjadi tawanan

perang.

Setelah Jepang kalah dalam Perang

Yang Chil-sung beraksi di Satuan Militer

“Pangeran Papak.”

Sumber Foto : Buku 『적도에 묻히다』

Asia Pasifik, Yang Chil-sung bergabung

dengan delapan orang Korea lainnya

dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Pada 1946, Yang Chil-sung menjabat

sebagai pemimpin aksi di satuan Pangeran Papak yang beranggotakan

200—300 prajurit. Prajurit-prajurit tersebut terjun dalam pertempuran

gerilya di Bandung, Ujung Betung, dan Pegunungan Galunggung.

Mereka menyerang jalur rel kereta api dan jalan antara Bandung

dan Yogyakarta serta menyita sejumlah besar senjata. Yang Chil-sung

Diaspora Korea di Indonesia

227 Bab 3

dikenal sebagai peledak ahli yang mampu menghancurkan Jembatan

Cimanuk untuk menggagalkan kepungan Belanda. Pada November

1948, Belanda melancarkan serangan dadakan dan menangkap

hidup-hidup Yang Chil-sung, Aoki, Hasegawa, dan Komandan Satuan

Indonesia, Juana. Pada 10 Agustus tahun berikutnya, Yang Chil-sung

ditembak di depan umum di sebuah pemakaman umum di Kota Garut

bersama dengan dua rekan Jepangnya.

Di Indonesia, Yang Chil-sung bertemu dan menikah dengan wanita

Manado bernama Lience Wenas. Mereka dikaruniai seorang putra bernama Eddy Jawan.

Pada 1975, Dahuran, orang Indonesia anggota satuan Pangeran

Papak mengirim petisi resmi kepada Pemerintah Indonesia yang berisi usulan untuk mengakui Yang Chil-sung, Aoki, dan Hasegawa diakui

sebagai pahlawan kemerdekaan asing. Yang, Aoki, dan Hasegawa akhirnya dianugerahi penghargaan anumerta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kemerdekaan Garut, Jawa Barat setelah

26 tahun pelaksanaan eksekusi. Aiko Utsumi, profesor emeritus

Universitas Wanita Keisen, dengan gigih menelusuri latar belakang

Yang Chil-sung yang tidak memiliki keluarga. Menurut Aiko Utsumi, nama Jepang “Yang Chil-sung” adalah nama yang aneh untuk orang

Jepang. Hasil penelusuran Aiko Utsumi menunjukkan bahwa Yang Chilsung bukan orang Jepang, melainkan orang Korea. Pada 1995, berkat

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

228

upaya organisasi Korea dan pihak terkait lainnya, nama pada batu nisan

Yang Chil-sung diubah menjadi Komarudin, Yang Chil-sung, Korea dari yang semula bernama Jepang, Yanagawa Shichisei (梁川七星).

Asosiasi Peneliti Sejarah Indonesia, Historika, Universitas Indonesia, dan Pemerintah Provinsi Garut sedang mengajukan nama

Yang Chil-sung untuk digunakan sebagai nama jalan di Garut, Jawa

Barat. Hal itu dilakukan untuk mengenang jasa Yang Chil-sung, pahlawan

yang membantu bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan

dengan melawan koalisi Belanda-Inggris. Media Korea juga telah

beberapa kali mengunggah artikel dan memproduksi dokumenter

yang menyoroti Yang Chil-sung sebagai orang Korea yang berkontribusi

dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.■

Diaspora Korea di Indonesia

229
3
Bab

d) Orang Joseon yang Tetap Tinggal di Indonesia dan Keturunannya

Sebagian orang Joseon penjaga tawanan perang yang didatangkan paksa oleh Jepang memilih tidak kembali ke Korea meskipun Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Mereka memilih

menetap di Indonesia. Beberapa di antara mereka ialah Heo Young, Kim Man-soo, Cho Nam-hoon, dan Yoo Hong-bae. Heo Young (sutradara film) bekerja sebagai humas pemerintahan Soekarno

yang saat itu diasingkan di Yogyakarta. Setelah kemerdekaan, ia dan Usmar Ismail (sutradara Indonesia) mengisi lembaran sejarah

perfilman Indonesia dengan karya mereka. Kim Man-soo dan Cho Nam-hoon adalah orang Korea yang bekerja sebagai penjaga tawanan perang di Bandung. Sebagai bentuk perlawanan tidak

langsung terhadap Jepang, mereka berperan sebagai penghubung

eksternal para tawanan perang dan membantu orang Belanda yang

menjadi tawanan perang yang kekurangan gizi dengan memberi

makanan. Pada saat itu, orang Korea yang bekerja dengan Kim

Man-soo di kamp Sukamiskin, antara lain, Yoo Hong-bae dan Lee

Byeong-yong. Kim Man-soo menikah dengan wanita Indonesia

keturunan Tionghoa dan menjalani kehidupan yang tenang di Jakarta. Ia berkontribusi dalam pembentukan komunitas diaspora

Korea pada tahun-tahun awal terjalinnya hubungan diplomatik

Indonesia-Korea. Ia juga berperan dalam pembukaan Konsulat

Jenderal Korea di Indonesia pada 1966. Adapun Yoo Hong-bae

menikah dengan wanita Indonesia keturunan Tionghoa dan meninggal di Jakarta pada awal 1970-an.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

230

Heo Young

Pelopor Perfilman dan Teater Indonesia

Heo Young (1908—1952) adalah

sutradara film Korea yang memimpikan

“Indonesia Merdeka”. Nama Jepangnya

adalah Eitaro Hinatsu (日夏英太郞) dan

nama Indonesianya adalah Huyung.

Ia masuk dalam barisan sutradara

Nusantara setelah memproduksi film

“Frieda” (sebuah film yang mengangkat

perjuangan kemerdekaan Indonesia

Heo Young

Sumber Foto: Tangkapan layar dari buku berjudul 『적도에 묻히다』

melawan Belanda) dan menjadi pelopor

industri perfilman Indonesia yang pada

saat itu masih mandul. Frieda, film

yang memengaruhi pergerakan nasional Indonesia, dibuat oleh Heo

Young pada 1948 dan diputar di Festival Film Internasional Gerakan

Kemerdekaan pada Agustus 2018. Film ini berhasil menarik perhatian

penonton. Yati Surachman (aktris nasional Indonesia) yang menghadiri acara tersebut menegaskan bahwa sutradara Huyung masih diingat sebagai aktivis kemerdekaan.

Diaspora Korea di Indonesia

231 Bab 3

Setelah kekalahan Jepang terhadap Sekutu, sebagian besar orang Korea kembali ke negaranya. Akan tetapi, Heo Young melepas kesempatan untuk kembali ke tanah airnya dan memilih untuk berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada 1946, ketika Belanda melancarkan invasi militer kepada Indonesia, Heo Young melakukan perjalanan ke Yogyakarta dengan pejabat dari

Berita Film Indonesia (BFI) untuk bergabung dengan Soekarno di pengasingan. Untuk mengabadikan sejarah pemberontakan melalui

berita dan video arsip, Heo Young menjelajahi medan perang dengan “kamera, bukan dengan senjata”. Heo juga membagikan pengetahuan filmnya kepada anak bangsa. Beberapa anak bangsa yang melangkah

bersama Heo Young, antara lain, Usmar Ismail, Djajakusuma, dan Surjosumanto. Mereka merupakan pegawai Indonesia di Departemen Propaganda Administrasi Militer Jepang. Heo Young adalah fotografer yang mengabadikan penandatanganan perjanjian gencatan senjata di Pelabuhan Tanjung Priok pada 2 Desember 1947.

Setelah berakhirnya Perang Kemerdekaan pada 1949, Heo Young kembali ke Jakarta. Ia kemudian mendirikan perusahaan produksi film

“Kino Drama Atelier” dan memproduksi serta menyutradarai film-film

Indonesia yang berjudul “하늘과 땅 사이에(Antara Bumi dan Langit)”, “레스토랑의 꽃(Bunga Rumah Makan)”, dan “스포츠 하는 여자(Gadis Olahraga)”. Karyanya yang berjudul “하늘과 땅 사이에(Antara Bumi dan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

232

Langit)” merupakan film Indonesia pertama yang menyajikan adegan ciuman, sehingga menjadi perdebatan di masyarakat.

Heo Young menikah dengan Anna Maria Karuntu, wanita Indonesia asal Manado dan dikaruniai seorang putri. Heo meninggal di Jakarta pada 9 Februari 1952 dan dimakamkan di Pemakaman Umum

Petamburan. ■

Diaspora Korea di Indonesia

233
3
Bab

Kim Man-soo

Penyelamat Belanda

Kim Man-soo bekerja sebagai penjaga tawanan perang di sebuah kamp di Sukamiskin, dekat Bandung, Jawa Barat. Kim dan rekannya, Cho Nam-hoon, menyelundupkan makanan dan barang-barang yang dipesan oleh orang Belanda yang menjadi tahanan perang. Mereka juga menjadi pembawa pesan dari luar kamp. Kim dan Cho bisa kehilangan nyawa jika tertangkap basah. Oleh karena itu, Kim Man-soo membawa pistol untuk bunuh diri setiap saat jika tertangkap. Belanda menyelamatkan hidup Kim dan Cho berkat jasa mereka. Belanda menyebut keduanya “dermawan Belanda”. Count Kannabeg, seorang Belanda yang ditahan di kamp tawanan perang, bersaksi tentang kegiatan Kim Man-soo. Atas jasanya, Pemerintah Belanda memberi Kim sertifikat penghargaan.

Kim Man-soo pulang ke Korea pada 1947, tetapi kembali ke Indonesia dan menikah dengan perempuan keturunan IndonesiaTionghoa pada 1955. Pada 1973, saat Miwon (perusahaan Korea) melakukan ekspansi ke pasar Indonesia, Kim mengajukan istrinya sebagai mitra lokal.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

234

Ketika Asian Games diselenggarakan di Jakarta pada 1962, Kim dan Yoo Hyung-bae (rekan satu satuan ketika bekerja sebagai penjaga tawanan perang) melayani kebutuhan para atlet Korea dengan sukarela dan sepenuh hati. Seorang koresponden surat kabar

Dong-A Ilbo menerbitkan sebuah artikel pada 2 September 1962 yang menggambarkan semangat kedua pria ini. Pada 1 Desember 1966, ketika Konsulat Jenderal Korea di Indonesia resmi dibuka, Kim Mansoo hadir sebagai perwakilan rakyat Korea dan mengibarkan bendera

Taegeukgi. Selama pembentukan komunitas Korea, Kim menyediakan fasilitas bagi para pengusaha Korea yang datang dan pergi. Ia menyebut dirinya “Bung Korea bagi diaspora Korea” di Indonesia. Kim meninggal di Jakarta pada 1975. ■

Diaspora Korea di Indonesia

235
3
Bab

Yoo Hyung-bae

Pendiri Pabrik Perajutan Pertama

Yoo Hyung-bae bekerja dengan Kim Man-soo sebagai penjaga

tawanan perang di Kamp Sukamiskin, Bandung. Bersama tujuh rekannya, ia ikut serta dalam Perang Kemerdekaan di Jawa Barat.

Pada sekitar April 1946, ia ditangkap saat pergi ke Pelabuhan Tanjung

Priok, Jakarta, yakni saat akan naik kapal dan pulang ke Korea. Yoo

dijebloskan ke penjara di kamp darurat untuk diadili atas kejahatan perang. Ia kemudian dipindahkan ke Penjara Glodok. Pada April 1946, ia dibebaskan berkat bantuan Oey Maria, wanita Indonesia keturunan

Tionghoa yang pernah menjadi pekerja Palang Merah. Ia kemudian menikahi putri Oey yang bernama Sri Purnamawati. Yoo dan Sri

memiliki lima putra dan satu putri.

Pada 1951, Yoo Hyung-bae dan Sri Purnamawati mendirikan PT

Gloria yang menjadi pabrik perajutan pertama di daerah Ancol, Jakarta

Utara, Indonesia. Pada saat itu, Oey Maria masih giat bekerja di Palang

Merah dan memiliki koneksi dengan Presiden Soekarno, Ibu Negara

Fatmawati, dan istri para pejabat berpangkat tinggi lainnya. Yoo pun

mendapat bantuan saat mendirikan usahanya. Pada tahun 1954, Yoo mendirikan perusahaan keduanya, yaitu pabrik tricot PT Persodjo. Ia

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

236

kemudian mengembangkan usahanya hingga mampu mempekerjakan

1.500 karyawan.

Pada 9 Agustus 1961, Yoo secara resmi memperoleh kewarganegaraan Indonesia di Pengadilan Khusus Jakarta. Yoo yang berasal dari

Korea Utara ikut menemani Menteri Luar Negeri Indonesia, Soebandrio (orang nomor dua dalam pemerintahan Soekarno), ketika melakukan

kunjungan kenegaraan ke Pyongyang. Saat Indonesia menerima dana

kompensasi penjajahan dari Jepang dan saat pertukaran di bidang

ekonomi antara Indonesia dan Jepang menjadi aktif, Yoo sering

pulang pergi ke Jepang untuk mengembangkan bisnisnya. Ia menjadi

mualaf pada 1967 dan berupaya untuk melebur ke dalam masyarakat

Indonesia, termasuk mendanai pendirian sekolah Islam. ■

Diaspora Korea di Indonesia

237
3
Bab

2. Diaspora Korea pada Tahun-Tahun Awal (1973-1988)

Pada 1940-an, orang Korea yang dikirim ke Indonesia secara

paksa oleh Jepang kembali ke negaranya. Sekitar 20 tahun kemudian, orang Korea mulai melakukan perjalanan pulang

pergi ke Indonesia. Atlet Korea bertanding di Asian Games 1962 di Jakarta. Kim Man-soo dan Yoo Hyung-bae yang menetap di Indonesia sejak masa penjajahan Jepang membantu orang-orang

Korea yang datang ke Indonesia (sebuah negara asing yang pada saat itu belum menjalin hubungan diplomatik dengan Korea). Pada 1964, KOTRA Jakarta Trade Center didirikan. Perusahaan kayu swasta, seperti KODECO, Korindo, dan lainnya mulai mengembangkan bisnis kayu di Kalimantan, Indonesia. Era migrasi orang Korea ke Indonesia pun dimulai.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

238
Rapat Umum Perdana Asosiasi Penduduk Asing Korea (대한민국거류민회) (16/7/1972) Sumber Foto : Hanin News

◆ Asosiasi Penduduk Asing Korea

Menurut Kementerian Luar Negeri Republik Korea, jumlah

diaspora Korea yang tinggal di Indonesia meningkat, yakni

dari 408 pada 1968 menjadi sekitar 700 pada 1972, dan sekitar

1.500 pada awal 1983. Asosiasi Rakyat Korea didirikan pada

Juli 1972 kemudian diikuti munculnya organisasi komunitas

Korea lainnya. Saat itu, ketua KODECO, Choi Gye-wol, menjadi

presiden Korean Association pertama dan menjabat selama 14

tahun. Selama kepemimpinannya, Choi mendorong berdirinya

lembaga pendidikan Korea, yakni Jakarta International Korean School dan Korea Center guna menciptakan kerangka lingkungan

diaspora Korea dan Korean Association.

Pada periode itu, Korean Association mengadakan acara rutin

tahunan, seperti “Malam Tahun Baru Diaspora Korea”. Dalam

acara tersebut staf kedutaan dan orang-orang Korea berkumpul untuk memperkuat ikatan mereka. Selain itu, sejak 1975, Buletin

Asosiasi Rakyat Korea diterbitkan untuk menyebarluaskan informasi tentang proyek Asosiasi Rakyat Korea beserta laporan

kemajuannya, berita yang terkait dengan ekonomi dan diplomasi, kegiatan sukarela untuk masyarakat setempat, dan pertukaran dengan tanah air Korea. Buletin Asosiasi Rakyat Korea diterbitkan

empat kali dalam setahun, yakni hingga pertengahan 1985. Orang

Korea secara aktif membantu Indonesia dan negeri mereka sendiri setiap tertimpa kesulitan. Ketika Gunung Galunggung di Indonesia meletus pada 1975 sehingga mengakibatkan banyak

korban, diaspora Korea berkumpul dan mengirim pasokan bantuan. Pada Mei 1975, diaspora Korea mengumpulkan dana

Diaspora Korea di Indonesia

239 Bab 3

bantuan senilai USD7.000 yang kemudian diserahkan kepada

Pemerintah Korea sebagai donasi untuk pertahanan.

Presiden asosiasi kedua, Shin Gyo-hwan, dilantik pada 1986

dan menjabat selama empat tahun. Selama pembangunan Korea

Center, ia menggunakan kediamannya sebagai kantor Asosiasi

Rakyat Korea. Ia juga berperan aktif dalam menyampaikan aspirasi

diaspora Korea kepada pihak Indonesia. Hal itu membuat Shin

Gyo-hwan dijuluki “Duta besar untuk urusan sipil di Indonesia.”

Shin dikirim paksa ke Indonesia sebagai ahli pertanian pada

1944 dan kembali ke Korea setelah perang. Shin dikirim kembali

ke Indonesia pada 1968 sebagai ekspatriat Korea pertama di Indonesia. Ia kemudian berdikari dan menetap di Indonesia.

Ruang Kelas pada Awal Didirikannya Sekolah Korea (Rumah Sewaan Pribadi)

Sumber : 『자카르타한국국제학교 30년사』

◆ Sekolah Korea

Sekolah Korea didirikan atas inisiatif Korean Association

dengan dukungan dari perusahaan dan Pemerintah Korea.

Sekolah ini didirikan untuk memecahkan masalah pendidikan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

240

anak-anak diaspora Korea di Indonesia. Sekolah Korea awalnya

hanya kecil, tetapi kemudian berkembang dengan pesat. Pada

1976, sekolah Korea mulai beroperasi di sebuah rumah pribadi

di bilangan Jakarta Pusat dengan 26 siswa dan 4 guru. Jenjang

pendidikan yang ditawarkan hanya TK hingga SD kelas 3. Tahun

berikutnya, Sekolah Korea secara resmi diakui oleh Pemerintah

Korea sebagai Sekolah Internasional Korea di Jakarta. Pada

Januari 1978, gedung sekolah yang baru dibangun di sebelah

Kedutaan Besar Korea sehingga membuatnya terlihat seperti sekolah pada umumnya.

◆ Kehidupan Diaspora Korea

Pada 1970-an, sebagian besar diaspora Korea yang tinggal

di Jakarta adalah ekspatriat dari kantor pemerintahan, seperti

kedutaan besar, karyawan KOTRA, dan pegawai perusahaanperusahaan Korea. Beberapa dari mereka membawa serta

keluarganya. Hal tersebut melatarbelakangi dibangunnya

fasilitas, seperti Sekolah Korea, restoran Korea, dan organisasi keagamaan Korea.

Selama periode ini, diaspora Korea bersifat homogen dan akrab satu sama lain. Mereka sangat menjaga perilaku dan ucapan

ketika berhadapan dengan orang Indonesia. Hal itu dilakukan

berdasarkan prinsip bahwa mereka adalah wakil Korea. Pria Korea

biasanya mengenakan jas dan dasi untuk acara formal; kemeja

putih dan dasi untuk ke kantor. Wanita Korea mengenakan hanbok

pada acara resmi, sedangkan di rumah mereka mengenakan

daster atau celana pendek seperti orang Indonesia.

Diaspora Korea di Indonesia

241 Bab 3

Jika bersama keluarga, orang Korea biasanya memasak

makanan Korea di rumah. Perusahaan biasanya mempekerjakan

koki dari Korea untuk memasak dan menyajikan masakan Korea

untuk para pegawai. Pada saat ada acara asosiasi atau hari raya

Korea, diaspora Korea memasak sendiri masakan tradisional

Korea, seperti japchae dan tteok (kue beras). Diaspora Korea

menyewa rumah di dekat perusahaan tempat mereka bekerja atau di dekat Sekolah Korea.

Kehadiran restoran Korea di Indonesia dipelopori oleh Korea

House yang dibuka tahun 1971 kemudian disusul Seoul House, Silla, Korea Garden, dan Korea Tower. Sementara itu, toserba

Korea di Indonesia dipelopori oleh Mugunghwa Supermarket (MGH Supermarket & Distributor) pada 1981 kemudian diikuti

kehadiran Doraji, Hanil, New Soul, dan yang lain.

Salah satu tantangan yang dihadapi diaspora Korea di Indonesia adalah ketika berhadapan dengan orang Indonesia yang

bekerja untuk mereka, seperti asisten rumah tangga, pengasuh anak, sopir, dan budaya memberi tip. Para pekerja Indonesia ini adalah orang terdekat dan yang paling membantu diaspora Korea

di Indonesia. Namun, karena kedekatan dan intensitas pertemuan yang tinggi, perselisihan justru tidak dapat dihindari. Berapa

jumlah tip yang pantas untuk setiap pelayanan yang didapatkan

dari sopir, karyawan restoran dan salon, penjaga pintu hotel, petugas kebersihan, penjaga kamar mandi, caddy lapangan golf,

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

242

sopir taksi, dan tukang reparasi apartemen? Namun demikian, lama-kelamaan, diaspora Korea pasti akan terbiasa.

Di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah

muslim, kehidupan beragama diaspora Korea menjadi penuh

kewaspadaan. Di luar peribadatan, komunitas keagamaan

diaspora Korea juga berpartisipasi dalam kehidupan

bermasyarakat, baik dalam masyarakat Indonesia maupun

dalam komunitas diaspora Korea itu sendiri. Partisipasi tersebut

berupa penyebaran agama, pemberian sumbangan, pendidikan, perawatan medis, dan pemberian bantuan kepada orang Korea

yang menetap di Indonesia. Pada periode awal, segelintir orang

Korea mengadakan kebaktian dalam bahasa Korea dan pertemuan

diaspora Korea di gereja-gereja lokal di luar jam berkumpul

penduduk setempat. Dalam perkembangannya, diaspora Korea

kemudian membangun gereja dan katedral secara mandiri.

Foto terkini Jang Geun-won (mahasiswa asal Korea pertama yang belajar di Indonesia, pendiri Happy Land Medical Center, Yogyakarta) dan Istrinya Ova Emilia (Rektor UGM)

Sumber Foto: Jang Geun-won

Diaspora Korea di Indonesia

243 Bab 3

◆ Siswa Internasional Korea

Pada akhir 1970-an, agama Islam menjadi sesuatu yang

menarik bagi mahasiswa internasional Korea yang datang ke

Indonesia. Saat beraktivitas dalam Asosiasi Mahasiswa Islam

Korea, Jang Geun-won dan Je Dae-sik terpilih sebagai penerima

beasiswa mahasiswa internasional yang didanai oleh Pemerintah

Indonesia. Keduanya kemudian berkuliah di Universitas Islam

Nasional Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jang Geun-won (nama

Indonesianya Abdul Natsir) menikahi Ova Emilia, putri Prof.

Zaini Dahlan yang pada saat itu menjabat sebagai Rektor UIN

Yogyakarta, dan menetap di Yogyakarta. Bersama istrinya yang

menjabat sebagai rektor UGM sejak tahun 2022, Jang mengelola

rumah sakit umum Happy Land Medical Center. Sementara

itu, setelah menyelesaikan pendidikannya di UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, Je Dae-sik melanjutkan pendidikannya dan memperoleh gelar doktor dalam pendidikan bahasa Indonesia

dari Universitas Nasional Jakarta dan kini menjadi profesor

di Busan Sungsim University of Foreign Studies (sekarang

Youngsan University).

3.

Sejak pertengahan 1980-an, industri padat karya Korea

berekspansi ke Indonesia. Hal ini menyebabkan jumlah diaspora

Korea di Indonesia meningkat pesat. Komunitas diaspora Korea

pun berkembang dan membentuk sistem. Jumlah orang Korea

244

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Diaspora Korea pada Periode Perkembangan (1988-2003)

yang tinggal di Indonesia melonjak dari sekitar 1.500 pada

1983 menjadi 17.209 pada 1997. Saat itu, perusahaan Korea

berkembang pesat dan diaspora Korea pun memiliki banyak

peluang dan penuh motivasi. Hal itu terlihat dari lahirnya

berbagai organisasi keagamaan, budaya, dan seni. Krisis

moneter Asia 1997, tragedi Mei 1998, dan pengunduran diri

Presiden Soeharto yang menggemparkan Indonesia menjadi

krisis bagi diaspora Korea di Indonesia. Namun, diaspora Korea

dan perusahaan Korea dapat menghadapi krisis tersebut dengan

berani dan bijaksana sehingga mendapat kepercayaan dari orang

Indonesia. Sebagian perusahaan Korea pun mengambil peluang

untuk beralih ke pasar ekspor dan pasar produk dalam negeri.

Krisis telah memberi pelajaran berharga bagi orang Korea, yakni

bahwa mereka tidak dapat bebas selama mereka tinggal di Indonesia, stabilitas Indonesia penting, dan mereka harus hidup

selaras dan berdampingan dengan orang Indonesia.

◆ Asosiasi Diaspora Korea

Pada periode ini, diaspora Korea yang tinggal di Indonesia

mengubah sebutan untuk diri mereka, yakni dari penduduk asing

menjadi “diaspora Korea”. Penduduk asing adalah orang asing yang tinggal sementara, sedangkan diaspora Korea (Hanin dalam

Bahasa Korea) berarti ‘warga dunia’ di luar perspektif kenegaraan

dan kesukuan, yakni mereka yang menggunakan bahasa Korea

dan memahami sejarah serta budaya Korea. Pada Desember

1994, Presiden Korean Association, Seung Eun-ho, mengubah

Diaspora Korea di Indonesia

245
3
Bab

nama komunitas diaspora Korea, yaitu dari Asosiasi Penduduk

Asing Korea (대한민국거류민회) menjadi Korean Association (재인도네시아한인회). Pada 1990, Seung Eun-ho, Chairman

Korindo Group, menjadi Presiden Korean Association ketiga dan menjabat selama 23 tahun. Ia membuat landasan hukum untuk

pelaksanaan kegiatan asosiasi, yakni dengan mendaftarkan

Korean Association menjadi yayasan berbadan hukum, merestrukturisasi organisasi Korean Association, merelokasi dan memperluas Sekolah Internasional Korea, dan membuat majalah

Hanin News untuk diaspora Korea, serta mencetak kerangka untuk berkembangnya diaspora Korea. Seung dianggap sebagai

tokoh berjasa di balik berhasilnya komunitas Korea memapankan diri di Indonesia. Pada tahun 2000, Seung menerbitkan “Catatan

Korean Association Indonesia” yang mencakup daftar nama orang Korea, perusahaan, bisnis, komunitas diaspora Korea di daerah, serta informasi tentang kehidupan sehari-hari.

◆ Hanin News

Hanin News adalah buletin bulanan yang diterbitkan oleh

Korean Association. Hanin News didirikan tahun 1996 dan tidak pernah absen satu edisi pun hingga saat ini. Penerbitan buletin ini didanai oleh biaya iklan dan dicetak sebanyak 3.500 eksemplar

setiap bulannya. Hanin News berperan dalam penyebarluasan dan pencatatan berita dari Korean Association, Kedutaan Besar Korea, komunitas Korea, baik di Indonesia maupun Korea, dan terus memainkan perannya di tengah gempuran media digital saat ini.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

246

◆ Kehidupan Keagamaan

Ketika jumlah diaspora Korea meningkat dan bermukim di berbagai daerah, gereja-gereja pun didirikan di berbagai daerah tempat diaspora Korea tinggal, bahkan kuil pun didirikan di Jakarta. Organisasi keagamaan diaspora Korea mengelola taman

kanak-kanak, sekolah umum, dan sekolah bahasa Korea untuk anak-anak Korea dan Indonesia. Selain itu, jika terjadi bencana, organisasi keagamaan ikut memandu kegiatan penyelamatan, baik dari Korea maupun luar negeri, dan mendistribusikan bantuan.

Di antara diaspora Korea yang memeluk agama Islam, ada yang sudah memeluk Islam di Korea sejak akhir 1970. Mereka kemudian menempuh pendidikan di Indonesia. Adapun yang

datang ke Indonesia untuk bekerja, kemudian menjadi mualaf

karena menikah dengan warga negara Indonesia yang menganut agama Islam. Muslim Korea di Indonesia tidak membangun

masjid khusus, melainkan mengikuti ibadah di masjid-masjid yang telah ada. Hal ini menunjukkan asimilasi yang mendalam antara warga Korea tersebut dengan masyarakat setempat. Pada

tahun 2020, diperkirakan 200 muslim Korea ada di Indonesia.

◆ Media Berbahasa Korea

Media berbahasa Korea berfungsi untuk menyebarluaskan

kabar tentang Korea dan komunitasnya, menginformasikan

kebijakan Kedutaan Besar Korea dan Pemerintah Indonesia

mengenai diaspora Korea, dan untuk memperkuat solidaritas

Diaspora Korea di Indonesia

247
3
Bab

diaspora Korea di Indonesia. Sampai tahun 2000-an, surat kabar

Korea diimpor dan didistribusikan oleh agen impor Bintang Jaya.

Faktor transportasi pengiriman menyebabkan surat kabar tiba di Jakarta dalam 1—2 hari lebih lambat dari hari penerbitan di Korea dan tiba di daerah setelah sekitar setengah bulan, tergantung pada jarak.

Pada 1990-an, majalah gratis diaspora Korea di Indonesia

“Gyominsegye” dan “Yeomyeong” diterbitkan pertama kali dan disebarkan melalui restoran Korea dan toserba Korea. Pada akhir 1990-an, majalah gratis “Byeorooksijang”, “Hanwool”, surat kabar SIMI, Inni-ilil-donghyang, dan Daily Indonesia diterbitkan.

◆ Siswa Internasional Korea

Pada pertengahan 1980-an, mahasiswa internasional angkatan

kedua yang didanai oleh Pemerintah Indonesia diseleksi dan diberangkatkan oleh Asosiasi Pusat Islam Korea ke Universitas

Islam Nasional Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Malang. Selain itu, siswa asing Korea yang akan belajar tentang Indonesia juga mulai berdatangan. Setelah lulus dari UI, UGM, dan beberapa universitas lain di Indonesia, sebagian dari mereka menetap di Indonesia dan bekerja sebagai dosen, pengacara, pengusaha, ataupun akuntan. Ada pula yang kembali ke tanah airnya dan menjadi dosen bahasa Indonesia di universitas atau bekerja sebagai pakar Indonesia. Pada saat itu, seiring dengan semakin banyaknya perusahaan Korea yang berekspansi ke Indonesia, permintaan tenaga kerja yang mampu berbahasa Indonesia pun semakin meningkat. Hal ini membuat banyak mahasiswa yang

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

248

tidak melanjutkan berkuliah, tetapi memilih untuk mencari pekerjaan.

◆ Peran Aktif Lulusan Jurusan Bahasa Indonesia

Di Korea terdapat universitas yang khusus mempelajari

berbagai bahasa asing selain bahasa Inggris. Di antara universitas

tersebut yang memiliki Jurusan Bahasa Melayu-Indonesia, antara lain, Hankuk University of Foreign Studies dan Busan University of Foreign Studies. Pada tahun-tahun awal, seiring dengan

masuknya perusahaan Korea pengembang hutan dan kayu, banyak lulusan Jurusan Bahasa Melayu-Indonesia dan Jurusan

Kehutanan yang datang ke Indonesia. Lulusan Jurusan Bahasa

Indonesia bekerja sebagai penerjemah dan penghubung antara orang Indonesia dengan orang Korea di perusahaan.

◆ Asosiasi Ibu-Ibu Korea dan Perempuan Korea di Indonesia

Pada 1997, ketika Korea mengalami krisis valuta asing, Asosiasi

Wanita Korea berperan aktif dalam kampanye “Kirim Dolar ke Tanah

Air”. Pada 1997, Asosiasi Wanita Korea memberi beasiswa uang sekolah

dan menyumbangkan dana sebesar USD7.300 untuk perluasan Sekolah

Korea. Mereka juga menyumbangkan 20 ton beras kepada Kementerian

Sosial Indonesia untuk diberikan kepada orang Indonesia yang

membutuhkan. Selain itu, mereka juga menjalankan berbagai kelompok

aktivitas hobi. Pada 2001, Asosiasi Wanita Korea membuka “Sekolah

Miral(밀알학교)” untuk mengajarkan bahasa Korea kepada anak-anak

keturunan Korea.

Diaspora Korea di Indonesia

249 Bab 3

Dengan dibukanya Sekolah Korea, para perempuan Korea berpartisipasi aktif sebagai guru paruh waktu dan anggota komite pengarah wali murid. Mereka juga berperan sentral, baik dalam organisasi keagamaan di gereja maupun dalam organisasi budaya dan seni. Beberapa dari mereka berperan sebagai istri dan mencoba peran baru sebagai pengusaha yang membuka bisnis mandiri.

Acara makan malam yang dilakukan setelah jam pulang kerja di rumah seorang warga Korea pada tahun 1990-an di Jakarta. Warga Korea saat itu memakai kemeja putih saat bekerja.

Sumber Foto: Lee Byeong-ki, Penasihat Korean Association

◆ Berawal sebagai Ekspatriat hingga Menetap

Pada 1990, orang Korea mengenang Indonesia sebagai negara yang penuh dengan peluang emas sehingga semua orang Korea yang datang pada waktu itu ingin menjadi “bos”. Oleh karena itu, ditemukan banyak orang Korea yang awalnya datang sebagai ekspatriat, tetapi kemudian memulai bisnis sendiri dan menetap di Indonesia. Selain mitra untuk perusahaan besar atau produsen

OEM (Original Equipment Manufacturer: perusahaan yang produk hasil produksinya dibeli oleh perusahaan/ritel dengan menempel merek dagang dari perusahaan/ritel pembeli tersebut)

250

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

khusus ekspor, industri jasa untuk orang Korea, seperti restoran Korea, toserba Korea, dan agen perjalanan Korea juga meningkat.

Walaupun suka duka datang silih berganti selama 3—4 tahun

setelah krisis moneter 1997, transisi ekspatriat ke diaspora Korea

yang menetap di Indonesia tetap berlangsung hingga pertengahan

2000-an

◆ Kehidupan Diaspora Korea

Mugunghwa Supermarket adalah toserba Korea pertama di Indonesia. Toserba Korea berikutnya muncul berurutan, yaitu

Doraji, Hanil Mart, dan New Seoul. Orang-orang Korea juga

mengelola salon kecantikan, agen perjalanan, dan agen visa dengan target pasar teman satu negara. Restoran Korea dengan skala besar, seperti Hanyang Garden, Istana Korea, dan Han Kook

Gwan juga hadir di Indonesia.

Diaspora Korea bermukim secara terpusat di sekitar kawasan

industri sehingga membentuk kawasan permukiman Korea di daerah sekitar ibu kota, seperti Tangerang, Cikarang, Bekasi, Kelapa Gading, Cakung, dan Cibubur. Waktu itu, orang Korea yang datang ke Indonesia sulit untuk pulang pergi karena harga tiket pesawat yang tinggi. Oleh karena itu, sekali mereka datang, mereka tidak akan pulang selama 2—3 tahun. Terjebak di bea

cukai karena membawa gochujang (saus cabai Korea), dwenjang (saus fermentasi kacang kedelai Korea), bubuk cabai merah, dan ikan teri merupakan hal yang lazim. Saat akan pulang ke Korea, diaspora Korea di Indonesia juga harus membayar fiskal. Itulah kisah-kisah saat itu.

Diaspora Korea di Indonesia

251
3
Bab

Pertunjukan Talenta Dalam Rangka Perayaan Peresmian

Gedung Sekolah yang ke-2 pada 1995

Sumber Foto: 『자카르타한국국제학교 30

◆ Sekolah Internasional Korea (Jakarta International Korean School, JIKS)

Pada pertengahan 1980-an, jumlah siswa di Sekolah Korea

meningkat drastis seiring dengan meningkatnya ekspansi

perusahaan Korea di Indonesia. Jumlah siswa di sekolah Korea

melonjak dari 140 siswa pada September 1986 menjadi 530

pada 1992. Pada tahun 2001, jumlah siswa meroket hingga 1.652

sehingga menjadikan Sekolah Korea di Jakarta sebagai sekolah

dengan jumlah siswa terbesar di antara 34 Sekolah Korea yang

berada di luar Korea di seluruh dunia.

Pada 1990, Yayasan Jakarta International Korean School (JIKS)

didirikan dan diakreditasi oleh Departemen Pendidikan Indonesia.

Pada 1993, gedung sekolah yang baru dibangun di dekat Taman

Mini Indonesia Indah. Bersamaan dengan relokasi tersebut, nama

Sekolah Korea dikukuhkan menjadi JIKS. Pada 1994, Departemen

Pendidikan Republik Korea mengesahkan pendirian jenjang

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

252
년사』

sekolah menengah pertama kemudian dilanjutkan dengan pendirian sekolah menengah atas pada tahun 1997.

JIKS berupaya agar seluruh siswanya berjiwa orang Korea, ahli dalam pengetahuan keindonesiaan, dan berpancaindra internasional. Lulusan JIKS berhasil menyelesaikan studi di universitas di Korea dan Amerika Serikat, bekerja dan menetap di sana atau kembali ke Jakarta untuk berbisnis, bekerja di perusahaan Korea atau ditempatkan di Indonesia sebagai ekspatriat, dan berperan sebagai jembatan antara Indonesia dan Korea.

JIKS bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi tuan rumah diselenggarakannya berbagai acara Korea. JIKS berfungsi sebagai pusat komunitas Korea yang berhubungan dengan kegiatan para wali murid. Pada saat komunitas diaspora Korea di Jakarta belum memiliki infrastruktur untuk mengumpulkan orang, sebagian besar acara komunitas diaspora Korea dilaksanakan di JIKS. Selama Piala Dunia Jepang-Korea 2002, Korean Association, Kedutaan Besar Korea, dan JIKS bersama-sama mengadakan “nonton bersama pertandingan piala dunia” untuk mendukung tim nasional Korea di auditorium sekolah.

Ketika Indonesia dan Korea meningkatkan pertukaran dan kerja sama di bidang politik, ekonomi, pertahanan, budaya, pertukaran sumber daya manusia, dan diplomasi, komunitas

diaspora Korea terus berkembang menjadi komunitas asing terbesar di Indonesia. Menurut data konservatif statistik orang

Diaspora Korea di Indonesia

253 Bab 3
4. Diaspora Korea Periode Pematangan Tahap I (2004-2016)

Korea perantauan, Kementerian Luar Negeri Republik Korea, jumlah orang Korea perantauan di Indonesia melonjak dari

23.025 pada 2005 menjadi 30.700 pada 2009. Sementara itu, jumlah

diaspora Jepang turun dari sekitar 120.000 jiwa sebelum tragedi

kerusuhan Mei 1998 menjadi sekitar 20.000 jiwa. Sejak saat itu, jumlah diaspora Korea terus bertambah hingga mencapai 36.295

jiwa pada 2011 dan mencapai puncak pada 2015 dengan jumlah

40.471 jiwa. Sebagian besar diaspora Korea bermukim di wilayah

metropolitan dengan Jakarta sebagai pusatnya.

Seiring dengan berkembangnya skala bisnis perusahaan

Korea, bidang usaha pun semakin terdiversifikasi. Komunitas

diaspora Korea berkembang tidak hanya dalam kuantitas, tetapi juga dalam kualitas. Permintaan pasar akan bidang usaha yang

lebih spesifik, seperti restoran, agen perjalanan, toserba Korea, dan gereja Korea terus bertambah. Jumlah orang Korea yang membuka usahanya di Indonesia juga terus bertambah. Lambat

laun terbentuklah “Korean Town”, pusat tempat usaha orang

Korea, terutama di daerah yang banyak ditinggali oleh diaspora

Korea. Diaspora Korea yang membuka usaha baru juga mulai

muncul. Ada juga diaspora Korea yang tidak pulang ke Korea

meskipun sudah pensiun atau usahanya telah gulung tikar. Akan tetapi, berkat depresiasi mata uang rupiah setelah krisis valuta

asing 1997, tidak sulit bagi mereka untuk membuka usaha kecil.

Penggunaan gawai yang mulai dipasarkan sejak sekitar

tahun 2012 merupakan titik balik perubahan ekonomi Indonesia

menjadi ekonomi digital. Sejak awal 2000-an, drama dan film

Korea, kemudian K-pop menjadi sangat populer di Indonesia.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

254

Bersamaan dengan berkembangnya teknologi gawai dan internet, konsumsi konten hallyu pun semakin meningkat. Kemajuan

teknologi digital dan gawai mempersempit jarak antara

Indonesia dan Korea. Mobilisasi antarkedua negara pun lebih

intensif. Pernikahan antarkedua warga negara pun meningkat.

Bersamaan dengan bertambahnya jumlah orang Korea yang

mampu berbahasa Indonesia dan belajar tentang Indonesia, orang

Indonesia yang ingin belajar Bahasa Korea dan belajar tentang

Korea juga terus bertambah.

Keistimewaan lain dari komunitas diaspora Korea di Indonesia

adalah kegemaran mengabadikan pengalaman hidup dalam

tulisan. Kontes puisi dan esai bagi diaspora Korea sering digelar.

Kelompok-kelompok yang tersegmentasi mencerminkan minat

para anggotanya dalam mengekspresikan identitas diri. Korean

Association sebagai kelompok yang sudah mapan memiliki

asosiasi pemuda yang terpisah-pisah dalam kelompok-kelompok

hobi. Selain itu, kegiatan ekonomi pun mulai bermunculan. Klub

pencinta kegiatan tertentu, klub yang dahulunya berawal dari

perkumpulan hobi sederhana berevolusi menjadi kelompok ahli

yang menekankan seni dan budaya secara eksklusif.

Sejak 2009 diberlakukan sistem pemilihan untuk warga Korea

yang berada di luar Korea sehingga memungkinkan komunitas

diaspora Korea internasional untuk memilih, baik dalam

pemilihan presiden maupun pemilihan anggota dewan. Perhatian

Pemerintah Korea terhadap 7,5 juta diaspora Korea internasional

meningkat. Organisasi yang berafiliasi dengan Pemerintah pun

ikut bertambah jumlahnya di setiap cabang, seperti The Peaceful

Diaspora Korea di Indonesia

255 Bab 3

Unification Advisory Council, Korea Women’s International Network (KOWIN), KOCHAM, World Federation of Overseas

Korean Traders Associations (OKTA), dan Korean Sport and Olympic Committee (KSOC). Bersamaan dengan semakin intensifnya kegiatan eksternal Pemerintah dan perusahaan

Korea, muncul gagasan tentang peran masyarakat Korea dalam menjembatani hubungan masyarakat Korea dengan masyarakat lokal sebagai hal yang lazim dilakukan. Selain itu, ketika

status ekonomi Korea meningkat secara drastis, bantuan untuk diaspora Korea internasional pun ikut meningkat. Peta topografi kewenangan komunitas diaspora Korea kemudian disusun ulang dengan berpusat pada konektivitas antara komunitas diaspora Korea di Indonesia di Korea.

Sumber Foto : Hanin News

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

256
Festival Jalan Kaki Dalam Rangka Memperingati Hari Kemerdekaan Korea ke-70 (15 Agustus) (Festival tersebut digelar pada 16 Agustus 2015).

◆ Korean Association : Dari Indonesia Menuju Dunia

Chairman Korindo Group, Seung Eun-ho, memimpin

Korean Association hingga tahun 2012. Korean Association

menyelenggarakan banyak acara seiring dengan berkembangnya

dan gencarnya pergerakan masyarakat diaspora Korea. Ketika

organisasi orang Korea perantauan yang berpusat di Korea mulai

terbentuk, Seung Eun-ho menjabat sebagai Ketua Umum Bersama

untuk Perkumpulan Kepala Yayasan Sekolah Korea di luar

negeri, Wakil Ketua The Peaceful Unification Advisory Council

untuk kawasan ASEAN, Ketua ‘Kongres Korean Association

Dunia’, Presiden ‘Konvensi Bisnis Korea Dunia’, Presiden ‘Asian

Federation of Korean Associations’, dan Ketua ‘Korean Association

Wilayah Asia’. Beliau juga berjasa dalam meningkatkan status

diaspora Korea di Indonesia.

Selama masa jabatan Shin Ki-yup, Ketua Korean Association

Indonesia keempat yang dilantik pada 2013, berbagai acara

digelar. Dalam berbagai acara tersebut Korean Association, komunitas Korea, Kedutaan Besar, perusahaan Korea, pemerintah

dan orang Indonesia ikut berpartisipasi untuk saling berinteraksi

dan memaknai sejarah, seperti dalam acara “Peringatan 40 Tahun

Hubungan Diplomatik Indonesia Korea” pada 2013, “Festival

Persahabatan Indonesia-Korea” pada 2014, dan “Peringatan 70

Tahun Kemerdekaan Indonesia-Korea” pada 2015. Pada 2013, Korean Association mengumpulkan bantuan berupa dana

dan barang yang kemudian diserahkan kepada Palang Merah

Indonesia untuk disalurkan kepada semua korban banjir bandang

yang melanda Jakarta pada waktu itu.

Diaspora Korea di Indonesia

257 Bab 3

◆ Korean Association di Daerah

Diaspora Korea tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Di Jakarta, di tempat mayoritas diaspora Korea tinggal terdapat

Korean Association Indonesia. Adapun di sekitar ibu kota, seperti Tangerang, Cikarang, Bogor, dan daerah lainnya terdapat Korean

Association daerah. Korean Association di Pulau Jawa didirikan di kota-kota, seperti Bandung, Sukabumi, Yogyakarta, Semarang, Jepara, dan Surabaya. Sementara itu, di luar Pulau Jawa, Korean

Association didirikan di Bali, Lombok, Makassar, Medan, Batam, dan Kalimantan. Korean Association mengadakan pertemuan

rutin, seperti acara tahun baru dan akhir tahun serta menerbitkan

buletin Hanin News. Selain itu, mereka juga meneruskan

informasi dari Kedutaan Besar dan melakukan upaya tanggap

darurat bencana serta kegiatan amal. Komunitas diaspora

Korea tidak hanya mengadakan acara yang berkaitan dengan kekoreaan, tetapi juga membantu masyarakat Indonesia dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan.

◆ Sekolah Korea, JIKS (Jakarta International Korean School)

Pada periode ini, JIKS berkembang dari sekolah Korea

menjadi sekolah internasional. Untuk membina insan berbakat

dan berpancaindra global serta berpengetahuan umum dasar

layaknya para pakar lokal tanpa menghapus identitas mereka sebagai orang Korea, pada 2007 kurikulum JIKS direvisi

dengan memperkuat bahasa asing dan bahasa Indonesia

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

258

serta meningkatkan program pertukaran dengan sekolah dan siswa lokal. Sejak 2011, JIKS telah mengadakan acara “Hari

Korea” untuk mempromosikan budaya Korea dan “Festival Indonesia” yang diselenggarakan sejak 2016 untuk mempelajari budaya Indonesia. JIKS juga mengelola kelas khusus bagi anak berkebutuhan khusus.

◆ Mahasiswa Internasional Korea

Sejak tahun 2000-an, jumlah mahasiswa internasional Korea yang belajar di universitas-universitas di Indonesia perlahanlahan meningkat. Mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh visa

belajar ke Indonesia berjumlah 156 orang pada 2009. Walaupun jumlah orang Korea yang masuk ke Indonesia turun sejak sekitar

2015, tetapi jumlah siswa internasional justru meningkat, yakni

dari 427 pada 2015 menjadi 617 pada 2019. Selain itu, area belajar para mahasiswa internasional Korea ini meluas hingga ke

Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Papua.

Pada 2010, Asosiasi Mahasiswa Korea didirikan di setiap universitas. Asosiasi Mahasiswa Korea Universitas Indonesia

dan Universitas Pelita Harapan bergabung untuk mengadakan

kompetisi olahraga dan pertandingan persatuan guna merangsang pertukaran antarmahasiswa internasional Korea di Indonesia.

Diaspora Korea di Indonesia

259 Bab 3

Sumber Foto: Hanin News

◆ Organisasi Seni dan Budaya Diaspora Korea

Selama periode ini, pertunjukan, pameran, dan publikasi yang terkait dengan budaya dan seni diaspora Korea sering digelar. Berbagai organisasi pun giat mengadakan kegiatan amal. Organisasi seni dan budaya Korea mengadakan pameran dan pertunjukan secara teratur di berbagai bidang. Mereka juga diundang untuk tampil dalam acara-acara, baik Korea maupun

Indonesia. Selain itu, organisasi ini juga diundang oleh Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) dan sekolah lain untuk mengajarkan budaya Korea, seperti tarian Korea, samulnori, dan kaligrafi Korea.

Departemen Korea dalam Indonesia Heritage Society (2004)

melatih pemandu Museum Nasional Indonesia untuk berbahasa

Korea dan membuka tur spesial berbahasa Korea dalam jangka

waktu tertentu. Departemen Korea juga menerbitkan pamflet informasi berbahasa Korea pada tahun 2007.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

260
2014 Friendship Festival Korea-Indonesia (19/12/2014)

Organisasi seni dan budaya Korea di Indonesia, antara lain, Jakarta Saxophone Fellowship (2003), Lucy Flower (2004), Asosiasi Kaligrafi Korea (2005), Paduan Suara Anak Korea

Jakarta (2005), Federasi Kebudayaan dan Seni Indonesia (2008), Hanbapae (2008), Korea Traditional Music Association (2012), Jakarta Father Ansamble (2011), Arte Women’s Choir (2015), Jakarta Far East Broadcasting Choir (2008), Korea Orchestra of Jakarta Indonesia (2014), Korean Dance Company of Jakarta (2017), Hanji Crafts (2016), dan Jakarta Photo Club (2018).

Para anggota Pusat Budaya Korea-Indonesia bertamasya ke Rumah Jawa (museum pribadi) di Jakarta untuk melihat koleksi barang-barang antik (21/6/2014).

Sumber Foto: Pusat Budaya Korea-Indonesia

◆ Organisasi Afiliasi Pemerintah Korea dan Pemerintah

Daerah

Pada periode ini didirikan lembaga yang diamanatkan oleh

konstitusi pemerintah Korea, The Peaceful Unification Advisory Council, organisasi yang berafiliasi dengan Pemerintah Korea

seperti Korea Women’s International Network (KOWIN), KOCHAM, World Federation of Overseas Korean Traders

261
3
Bab
Diaspora Korea di Indonesia

Associations (OKTA), dan Korean Sport and Olympic Committee (KSOC). Organisasi-organisasi tersebut kemudian membuka

cabang. Asosiasi Olahraga Korea (2010) adalah perkumpulan

diaspora Korea yang gemar olahraga. Asosiasi ini memiliki cabang

hampir di setiap jenis olahraga, seperti Asosiasi Golf Korea, Asosiasi Bowling Korea, Asosiasi Squash Korea, Asosiasi Seni

Bela Diri Internasional, Asosiasi Tenis Meja Korea, Asosiasi Sepak

Bola Korea, Asosiasi Taekwondo Korea, Klub Tenis Regional, Asosiasi Baseball Korea, dan Asosiasi Bulu Tangkis Korea. Mereka mengirim atlet ke kejuaraan nasional yang diadakan di Korea

setiap tahun.

Instansi Pemerintah Korea dan pemerintah daerah terjun

langsung ke Indonesia untuk memperkenalkan budaya Korea dan menjalankan program kursus bahasa Korea; memperkenalkan

dan memasarkan konten Korea; melatih tenaga teknis Indonesia

dan Korea melalui pelatihan di Korea; mengadakan kegiatan

pendukung UMKM; meningkatkan berbagai proyek, seperti

pembuatan Sentul Eco Edu Tourism Forest (2013), pendirian

ekowisata Taman Wisata Alam Gunung Tunak (Lombok, 2018), serta restorasi dan konservasi lahan gambut di Provinsi Jambi.

Hal tersebut dilakukan Seiring dengan meningkatnya pertukaran

dan kerja sama antara Korea dan Indonesia.

Instansi Pemerintah Korea dan Pemerintah Daerah Korea yang

membuka kantor di Indonesia, antara lain, Korean Cultural Center

Indonesia/KCCI (2011), Korea-Indonesia Forest Cooperation/

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

262

KIFC (2011), Korea International Trade Association/KITA (2015), Daegu-Gyeongbuk Jakarta Office (2015), Korea Creative Content Agency (KOCCA), Indonesia Business Center (2016), KoreaIndonesia Industry and Technology Cooperation (KITC), Korea

Small and Medium-sized Enterprises/Kosme (2007), Korea AgroFisheries & Food Trade Corporation (aT) (2013), Gyeongnam

Jakarta Office. Dukungan untuk bisnis lokal (2012) dan Korea

Tourism Organization (KTO) cabang Jakarta: Green Business Center (GBC) (2011).

◆ Organisasi Amal

Beberapa organisasi amal Korea juga didirikan di Indonesia. ‘Babpeo Happy Center’ (babpeo berarti ‘menyendok nasi’)

membantu daerah miskin di Jakarta; Biara Fransiskan membantu daerah miskin di Medan; dan Heavens membantu daerah penderita kusta di Tangerang. Selain itu, TK Rumah Indah sebagai

lembaga pendidikan gratis membantu anak-anak dari keluarga miskin di Jakarta untuk memperoleh pendidikan. Sekolah Teknik

Talenta Paidion adalah lembaga pendidikan teknis untuk melatih

kemandirian difabel tunawicara, tunarungu, dan pemudapemuda yang kurang beruntung. Adapun 사랑의 전화(dibaca Sarangui Jeonhwa, ‘Loveaid Call Center’) menyediakan bantuan

konsultasi bagi diaspora Korea yang membutuhkan. Organisasiorganisasi amal yang dibentuk diaspora Korea, baik yang formal maupun informal, beroperasi di seluruh penjuru Indonesia.

Diaspora Korea di Indonesia

263
3
Bab

◆ Media Diaspora Korea

Surat kabar dan brosur, siaran kabel, warung internet, website, dan lainnya gencar dihadirkan dalam bahasa Korea pada tahun 2000-an. Akan tetapi, secara bertahap, media-media tersebut berkurang dan sebagian gulung tikar karena tidak

mampu bersaing dengan perkembangan media digital dan gawai pada pertengahan 2010-an. Hanin News, Daily Indonesia, Ilyosinmun (‘Koran Minggu’), Hanin Post, Han Times, Jakarta

Today, dan Jakarta Gyeongje Sinmun (‘Koran Ekonomi Jakarta’) memberitakan kabar seputar Indonesia dan diaspora Korea.

Sementara itu, beberapa contoh majalah gratis, antara lain, Gyomin Segye, Yeo Myeong, Byeoruk Sijang, dan Hanwool. Adapun contoh siaran kabel ialah K-TV dan OKTN (KBS World).

Website Indoweb dan warung internet “Nyonya Korea” pun didirikan secara daring. Kehadiran berbagai media sosial tersebut semakin meningkatkan penyebaran kabar, informasi, serta promosi produk melalui grup chat diaspora Korea, Naver Band, Facebook, serta Instagram. YouTuber Jang Han-sol, Hari Jisun, Han Yoo-ra, Lee Jeong-hun, dan Hwang Woo-jung menjalankan

kanal YouTube pribadi mereka dengan target penonton orang Indonesia.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

264

Konser “Music Bank” Dalam Rangka Perayaan 40 Tahun

Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia pada 2013

Sumber Foto: Hanin News

◆ Hallyu (Korean Wave)

Di Indonesia demam budaya Korea atau hallyu dimulai tahun

2010, yakni sekitar lima tahun lebih lambat daripada negara lain.

Pada 2013, yakni ketika hallyu sedang naik daun, berbagai acara budaya, ekonomi, perdagangan, serta kerja sama pertahanan

diselenggarakan dalam rangka memperingati 40 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Korea. Melihat respons masyarakat yang

luar biasa terhadap hallyu, Kedutaan Besar Korea untuk Indonesia dan Korean Association mengadakan berbagai acara bertemakan hallyu. Pada 9 Maret 2013, “Music Bank in Jakarta” digelar dengan

menghadirkan bintang tamu grup idola populer Korea, seperti

Super Junior, SHINee, Beast, dan 2PM. Pelaksanaan acara ini menunjukkan tingginya popularitas idola K-pop di Indonesia.

Diaspora Korea di Indonesia

265 Bab 3

Dalam seminar “Morning Talk” yang diadakan di Kementerian Luar Negeri Indonesia pada 26 Januari 2023 dalam

rangka memperingati 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik

antara Indonesia dan Korea, Suray Agung Nugroho dari Program

Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Gadjah Mada

(UGM) menjelaskan bahwa gempuran hallyu di Indonesia

sangat kuat hingga mampu melewati pandemi Covid-19. Ia juga menyebut hallyu sebagai “K-Tsunami”, bukan lagi K-Wave.

Suray Agung Nugroho mengatakan, “Kegilaan akan hallyu saat ini berkembang ke skala yang tak terbayangkan pada masa lalu.

Hallyu tumbuh lebih dahsyat dari sekadar gelombang (wave),

tetapi telah meledak setara dengan Tsunami.” Pemilihan kata

“tsunami” dapat diartikan sebagai efek positif dan negatif hallyu secara bersamaan.

Suray menekankan aspek positif dari Korean Wave di Indonesia dengan mengemukakan bahwa hallyu dapat digunakan

sebagai sarana komunikasi antargenerasi. Di rumah, ibu dan anak-anak dapat menonton drama dan film Korea bersama, membahas tentang pemeran dan isi tontonan. Begitu pula dengan

politisi. Menjelang pemilihan presiden Indonesia pada 2019 dan 2024, para kandidat calon presiden menciptakan lagu kampanye yang memparodikan K-pop dan menyinggung kemiripan mereka

dengan para bintang hallyu.

Hangeul digunakan pada penulisan nama bisnis, merek

dagang, dan deskripsi produk untuk meningkatkan citra produk

secara komersial. Melihat antusiasme penggemar Indonesia

untuk mencoba makanan yang ditampilkan dalam K-drama, soju

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

266

halal non-alkohol khusus untuk kaum muslim pun diluncurkan.

Proporsi pelanggan lokal di restoran Korea dan toserba yang

dikelola diaspora Korea pun meningkat secara signifikan. Kini

hallyu sudah melebur dengan kehidupan masyarakat Indonesia.

Bukan hanya orang Korea saja, orang Indonesia pun meluncurkan

produk hallyu versi mereka sendiri. Selain itu, karya kolaborasi

antara penari, pelukis, dan seniman digital Korea dan Indonesia dirilis satu demi satu.

Hallyu juga telah berkembang ke sektor olahraga. Selain

pelatih berkewarganegaraan Korea Shin Tae-yong yang melatih

tim nasional sepak bola Indonesia, sejumlah pemain Korea pun

bermain dalam tim sepak bola profesional Indonesia. Tim nasional

Indonesia lain seperti bola basket wanita, taekwondo, judo, tinju, dan gulat juga pernah dilatih oleh pelatih asal Korea.

Tidak hanya sekadar menikmati konten hallyu, penggemar

hallyu juga aktif melakukan serangkaian kegiatan sosial yang

positif bagi masyarakat Indonesia.

◆ Orang Indonesia yang Mempelajari Studi Korea

Sejak 1980-an, Pemerintah Korea telah berupaya untuk menyebarluaskan studi Korea. Upaya tersebut didukung oleh

Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia, KOICA, Korea

Foundation (KF), Korea Education Development & Promotion Institute (KEDPI), dan National Reserach Foundation of Korea

(NRF). Sejak akhir 1990-an, perusahan Korea, seperti Korindo mulai

mensponsori sekolah-sekolah Indonesia dalam pengembangan studi Korea. Hankuk University of Foreign Studies (HUFS)

Diaspora Korea di Indonesia

267 Bab 3

mengundang dosen dari Indonesia untuk mengisi kelas studi

Indonesia sejak tahun 1967. Pada akhir 1970-an, mahasiswa HUFS

mulai menempuh pendidikan dan pelatihan di Indonesia. Sejak

akhir 1990-an, mahasiswa Indonesia dikirim ke Korea dengan

program beasiswa Pemerintah Korea. Pada 2011, KCCI dan King

Sejong Institute didirikan di Jakarta.

Universitas Nasional mendirikan Pusat Studi Korea pada

1987, Program Studi Bahasa Korea pada 2005, dan jenjang S-1

Program Studi Bahasa Korea pada 2017. UGM membuka kursus

bahasa Korea pada 1995 dan mendirikan Pusat Studi Korea pada

1996. UGM membuka jenjang pendidikan D-3 Program Studi

Bahasa Korea pada 2003 yang kemudian disusul dengan jenjang

pendidikan S-1 pada 2007 dan The International Association of Korean Studies in Indonesia (INAKOS) pada 2008. Perusahaan

Korea juga memberikan bantuan berupa dana pembangunan

gedung dan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia. Adapun

KOICA mengirimkan tenaga pengajar bahasa Korea. Pada

2006, UI mendirikan Program Studi Bahasa dan Kebudayaan

Korea di bawah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Pada 2015,

Universitas Pendidikan Indonesia mendirikan Progam Studi

Pendidikan Bahasa Korea. Perusahaan Korindo dan Magiccom

Yongma Electronics mendanai beasiswa dan pendirian gedung.

Adapun organisasi Korea, seperti KOICA mengirimkan tenaga

pengajar bahasa Korea ke Indonesia.

Kursus bahasa Korea mulai gencar dibuka di beberapa

universitas swasta, SMA, dan lembaga kursus swasta di Indonesia. Antara 2005—2007, kursus bahasa Korea reguler dan

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

268

Pusat Studi Korea didirikan di universitas, baik negeri maupun swasta, seperti Universitas Komputer Bandung (Unikom Bandung), Universitas Diponegoro Semarang, Universitas

Hasanuddin Makassar, Universitas Lambung Mangkurat Lampung, dan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Pada

2005, mata pelajaran bahasa Korea mulai diajarkan di SMA

Negeri 27 Jakarta.

King Sejong Institute adalah lembaga yang mengajarkan

bahasa dan budaya Korea kepada orang asing yang ingin

mempelajari bahasa dan budaya Korea. Per tahun 2023, King

Sejong Institute memiliki sepuluh cabang di Indonesia, yaitu King

Sejong Institute Center Indonesia di Jakarta, kemudian cabang lain di Jakarta,Tangerang, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, BauBau, dan Ambon.

Supermarket Mu Gung Hwa di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Sumber Foto : Supermarket Mu Gung Hwa

269 Bab 3
Diaspora Korea di Indonesia

◆ Hanin Town (Korea Town)

Korea Town terbentuk di daerah yang banyak ditinggali oleh diaspora Korea. Di Indonesia, Korea Town berada, antara lain, di area Jalan Senayan dan sekitar Wijaya Grand Center di Jakarta Selatan, Ruko Pinangsia (Tangerang, di sebelah barat Jakarta), Kelapa Gading (Jakarta Timur), dan Ruko Union di Cikarang (Jawa Barat). Pada umumnya, restoran, toserba Korea, tempat kursus, dan taman kanak-kanak dibangun di daerah perumahan

yang ditempati banyak orang Korea atau di lokasi tempat dibangunnya kantor-kantor Korea. Sejak tahun 2000-an, ketika hallyu menyebar dan populer di Indonesia, konsumen lokal yang mengunjungi toserba Korea pun meningkat.

Pada saat itu, di Indonesia belum banyak berdiri toserba

Korea seperti saat ini. Selain itu, distribusinya pun belum berkembang. Bazar yang diadakan oleh gereja menjadi layaknya pasar yang memberi kesempatan kepada masyarakat setempat

untuk membeli barang-barang khas Korea. Bazar yang dikenal luas adalah bazar yang digelar oleh Korean Union Church dan Korea Cathedral (ST Joseph Korean Catolic Church). Lambat laun, orang-orang mulai membeli barang-barang melalui media sosial, seperti naver band dan online shopping mall.

Sejak akhir 1990-an hingga 2000-an, sarana untuk menonton berita dan drama Korea adalah kaset video (VHS) yang disewakan di toserba Korea. Pada tahun 2010, VHS digantikan oleh stasiun

TV kabel K-TV dan OKTN. Perkembangan teknologi internet dan gawai pada sekitar tahun 2015 membuat diaspora Korea berganti ke YouTube dan OTT (Over The Top).

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

270

5. Diaspora Korea pada Periode Pematangan Tahap II (2017—saat ini)

Periode pematangan tahap dua dimulai tahun 2017 hingga

saat ini. Komunitas diaspora Korea Indonesia mengalami

restrukturisasi seiring dengan berubahnya gaya hidup dan jenis

usaha yang dijalankan. Selain itu, restrukturisasi juga dilakukan

akibat berkurangnya jumlah diaspora Korea karena perubahan

pada industri yang dijalankan, digitalisasi masyarakat secara

keseluruhan, perubahan generasi, serta pandemi Covid-19. Menurut data Kementerian Luar Negeri Republik Korea, jumlah

orang Korea yang merantau ke Indonesia mengalami penurunan, yakni dari 40,741 pada 2015 menjadi 31.091 pada 2017, 22.774 pada 2019, dan 17.297 pada 2021.

Meningkatnya jumlah diaspora Korea Indonesia yang kembali

ke Korea karena pandemi Covid-19 juga menyebabkan turunnya

jumlah perantau dari Korea di Indonesia. Jika dibandingkan

dengan tahun 2019, jumlah orang Korea pada 2021 turun 24% dan jumlah siswa internasional turun 51%. Berdasarkan izin tinggal

per Desember 2021, di Indonesia terdapat 2.508 orang Korea

dengan kewarganegaraan asing dan izin tinggal tetap serta 14.789

orang Korea dengan izin tinggal terbatas dan pelajar. Populasi

diaspora Korea terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan 5.966 orang

menempati Jakarta dan 8.973 sisanya berada di Pulau Jawa (tidak termasuk Jakarta).

Peristiwa berkesan yang terjadi pada periode ini adalah

ketika atlet Korea Selatan dan Korea Utara hadir bersama-sama

Diaspora Korea di Indonesia

271 Bab 3

dalam pembukaan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang dan tim nasional gabungan kedua negara tersebut berlaga di bawah

satu bendera. Sementara itu, peristiwa yang memengaruhi

komunitas diaspora Korea, antara lain, investasi POSCO, Lotte Chemical, dan Hyundai Motor Group; pertumbuhan start-up di bidang IT; dan kerja sama bisnis dalam pembangunan Ibu

Kota Nusantara. Drama dan film Korea, K-pop, makanan dan produk kosmetik Korea, serta wisata Korea turut memengaruhi

komunitas diaspora Korea di Indonesia. Pelatih tim nasional

sepak bola Indonesia, Shin Tae-yong, dan para pemain sepak bola yang saling bermain di liga sepak bola profesional kedua negara

semakin meningkatkan kesadaran akan hubungan Indonesia dan Korea. Army Indonesia (klub penggemar bintang K-pop global BTS) menyebarkan kebaikan dengan menanam pohon bakau

dan berbagi makan siang untuk pengemudi ojek online. Pandemi

Covid-19 yang melanda sejak tahun 2020 membuat banyak

diaspora Korea di Indonesia kembali ke tanah airnya. Selain itu, ketika perusahaan Korea pindah ke bagian timur untuk mencari

daerah dengan upah tenaga kerja yang lebih rendah, jumlah

orang Korea di daerah-daerah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan meningkat.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

272

◆ Korean Association

Ketua Korean Association kelima tahun 2016 adalah Yang

Yeong-yeon. Sejak terpilih sebagai ketua pada Desember 2015, ia merombak struktur dan citra asosiasi agar sejalan dengan

perubahan zaman dan memungkinkan orang Korea yang

lebih beragam untuk berpartisipasi dalam asosiasi. Selama

periode ini, Korean Association juga meningkatkan perannya

dalam menengahi perselisihan internal antardiaspora Korea

dan memberi bantuan kepada anggota diaspora Korea yang

membutuhkan. Saat Indonesia dilanda bencana, seperti gempa

bumi di Lombok dan Sulawesi pada 2018, Korean Association

segera berinisiatif mengumpulkan dana bantuan dan logistik

yang kemudian diberikan ke instansi Pemerintah Indonesia untuk

disalurkan ke daerah-daerah yang memerlukan bantuan. Selain

Diaspora Korea di Indonesia

273 Bab 3
Kunjungan Rombongan multicultural family ke Kantor Kepresidenan (Cheong Wa Dae) untuk Menemui Ibu Negara Kim Jung-sook, saat Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018 Berlangsung (12/2/2018) Sumber Foto: Hanin News

itu, pada Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, tim Korea Selatan

dan Korea Utara bersatu di bawah satu bendera saat pembukaan, berlaga dalam beberapa cabang olahraga, dan bersorak untuk

mendukung tim nasional negara mereka. Korean Association

bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Korea mendukung

para atlet, baik dari Korea Selatan maupun Korea Utara dan mengorganisasi tim sorak gabungan. Bersatunya Korea Selatan

dan Korea Utara dalam Asian Games 2018 dan semua partisipasi

Korean Association dapat terwujud karena Indonesia sebagai

tuan rumah menjalin hubungan diplomatik dengan kedua negara

Korea tersebut.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

274
Sampul buku “100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia”

Pada tahun 2019, ketua Korean Association keenam, Park Jaehwan, sempat menjabat sebagai Ketua Korea Garment Mafufacture’s Association in Indonesia (KOGA) Indonesia dan meraih kesuksesan besar dalam industri perhotelan. Park terpilih kembali menjadi

ketua Korean Association untuk kedua kalinya pada 2021. Di bawah

kepemimpinannya, Korean Association telah mengadakan “Peace

Walk” dalam rangka memperingati 100 Tahun Gerakan 1 Maret

dan “Maraton 5K” untuk memperingati hari kemerdekaan Korea

dan Indonesia yang diadakan di pusat Kota Jakarta, yakni Jalan Sudirman. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi ajang bagi Korea

dan Indonesia untuk merenungkan kembali makna kemerdekaan.

Selama Park menjabat, peristiwa terbesar yang terjadi adalah pandemi Covid-19. Sejak Februari 2020, Korean Association

telah memasok dan mendistribusikan masker serta alat medis.

Dalam menghadapi krisis Covid-19, Park mengamankan stok dan mendistribusikan masker, memberi informasi dan bantuan perawatan medis, mengorganisasi vaksinasi, dan memulangkan pasien darurat ke Korea. Pada September 2020, saat masih di tengah pandemi Covid-19, diterbitkan buku berjudul “인도네시아

한인100년사 (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)” dalam rangka memperingati 100 tahun masuknya pendatang Korea pertama ke Indonesia.

◆ Keanekaragaman Anggota Komunitas Diaspora Korea

Kini sulit mengidentifikasi karakter anggota diaspora Korea

dalam satu kata. Dahulu, generasi pertama yang datang ke Indonesia sebagian besar adalah orang Korea yang lahir dan besar

Diaspora Korea di Indonesia

275 Bab 3

di Korea. Mereka datang untuk bekerja di perusahaan Korea atau perusahaan Korea-Indonesia. Keluarga mereka kemudian ikut

datang dan menetap di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, proporsi diaspora Korea generasi kedua dan ketiga yang lahir dan besar di Indonesia menunjukkan peningkatan. Tidak sedikit kaum

muda Korea yang datang ke Indonesia dengan berbagai tujuan, seperti bekerja di perusahaan multinasional atau perusahaan Indonesia, berwisata, atau sebagai digital nomad. Jenis usaha

atau investasi yang mereka lakukan pun beragam, antara lain, teknologi finansial, perbankan, perusahaan asuransi, mobil, toko online, bahkan sebagai aktivis kelompok sipil. Sejak pertengahan

1960-an, yakni lebih dari 50 tahun sejak pendatang pertama Korea menginjakkan kaki di Indonesia, orang Korea dari berbagai latar

belakang dan usia yang tidak dapat dikelompokkan menjadi satu, karena kini mereka telah giat beraktivitas di berbagai bidang.

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

276
Peresmian Panitia Pemerintah-Swasta Korea guna Mendukung Asian Games 2018 Jakarta-Palembang di Aula Kedutaan Besar Republik Korea (4/7/2018) Sumber Foto: Hanin News

◆ Asian Games 2018 Jakarta-Palembang

Asian Games 2018 Jakarta-Palembang memperlihatkan

keikutsertaan dan dukungan diaspora Korea Indonesia yang

luar biasa dari pembukaan hingga penutupan. Sebelum acara pembukaan resmi Asian Games pada 18 Agustus 2018, diaspora

Korea mengadakan Parade Perdamaian dalam rangka merayakan

partisipasi dan persatuan tim nasional tunggal Korea Selatan

dan Korea Utara pada 5 Agustus 2018. Dalam parade tersebut, masyarakat Indonesia dan diaspora Korea berjalan bersama menyusuri Jalan Sudirman, Jakarta.

Selama Asian Games berlangsung, komunitas diaspora

Korea mencermati kekurangan tim atlet dan berusaha memberi bantuan. Selain itu, dibentuk tim sorak gabungan yang bertugas memberi semangat kepada tim nasional tunggal gabungan

Korea Selatan dan Korea Utara. Pada saat itu, berbagai isu hangat ikut meramaikan suasana Asian Games, seperti pelaksanaan

KTT Korea Selatan dan Korea Utara; keikursertaan kontingen gabungan Korea Selatan-Korea Utara dalam Asian Games serta kehadiran tim sorak gabungan; atlet sepak bola Korea Selatan, Son Heung-min, yang merumput di Liga Premier Inggris dan upaya pembebasannya dari wajib militer; serta penampilan idola K-pop Super Junior dan iKON. Kontribusi besar Korea

dan diasporanya dalam Asian Games 2018 Jakarta-Palembang menarik perhatian masyarakat dunia hingga kata “Korea”

menjadi salah satu kata kunci pencarian populer di internet dan sosial media pada saat itu.

Diaspora Korea di Indonesia

277
3
Bab

Persatuan yang dirasakan oleh orang Korea, baik Korea Selatan

maupun Korea Utara yang merantau dan bermukim di Indonesia

saat bertemu di Jakarta dalam Asian Games 2018 dan saat bersorak

bersama tampak begitu menyentuh hingga digambarkan sebagai

“reunifikasi kecil di Jakarta”. Peristiwa ini dapat terwujud karena

di Indonesia terdapat Kedutaan Besar Korea Selatan dan Korea

Utara. Momen ini juga menjadi kesempatan baik bagi diaspora

Korea di Indonesia untuk meningkatkan peran mereka sebagai agen diplomatik.

Ketua Umum Korean Association, Park Jae-han (kiri kedua), menyerahkan bantuan darurat Covid-19 kepada Gubernur

DKI Jakarta Anies Baswedan (paling kanan) (25/6/2020).

Sumber Foto: Hanin News

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

278

◆ Upaya dan Kontribusi Diaspora, Pemerintah, dan Perusahaan Korea untuk Kemaslahatan Masyarakat

Indonesia Selama Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 digambarkan sebagai “rasa takut dan stagnasi”, “kerja sama dan gotong royong”, serta “kebangkitan”.

Pada masa pandemi tersebut, komunitas diaspora dan perusahaan Korea bergotong royong menanggulangi krisis dengan mendistribusikan tabung oksigen, ventilator, obat-obatan, peralatan darurat, dan makanan darurat kepada komunitas diaspora Korea dan masyarakat Indonesia. Hingga September 2020, Pemerintah Korea Selatan menyumbangkan pasokan antiepidemi dengan total nilai USD1 juta (setara KRW1,2 miliar). Pada

April 2020, Pemerintah Korea melalui Badan Pencegahan Bencana

Korea mengirimkan 300 disinfektan jenis semprot (USD100.000)

dan 32.200 alat tes PCR (USD400.000), serta mulai Juli 2020 mengirimkan 625.000 masker KF-94 (USD500.000). Perusahaan

Korea yang telah beroperasi di Indonesia juga giat membantu dengan memasok alat anti-epidemi setelah merebaknya Covid-19

di Indonesia. Empat perusahaan LG Group, termasuk LG

Electronics menyumbangkan 50.000 alat tes PCR buatan Korea; Lotte Chemical dari Lotte Group menyumbangkan 30.000 alat tes PCR; Hyundai Motor Group yang membangun pabrik mobil

di dekat Jakarta menyumbangkan 50.000 baju APD dan klinik drive-thru. Perusahaan-perusahaan Korea lainnya, satu demi satu, juga ikut memberi bantuan, antara lain, POSCO, Korea Midland

Power (KOMIPO), dan Shinhan Financial Group (mengirimkan alat tes Covid-19); Korindo (menyediakan baju APD dan masker

Diaspora Korea di Indonesia

279 Bab 3

anti-epidemi). Pada 13 Oktober 2020, atas bantuan Korea yang

telah diberikan dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia, BNPB menyerahkan plakat penghargaan atas bantuan tanggap

Covid-19 kepada Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia

sebagai ungkapan terima kasih kepada pemerintah, perusahaan, dan masyarakat diaspora Korea.

Pada saat Covid-19 mulai merebak, Korean Association

beserta Kedutaan Besar Republik Korea dengan sigap membentuk

tim dan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, Pemerintah

Pusat Korea, serta perusahaan Korea. Korean Association

juga segera mengamankan stok masker yang diproduksi oleh

perusahaan Korea dan mendistribusikannya secara gratis saat

mengetahui bahwa diaspora Korea di Indonesia sedang berjuang

untuk mendapatkan masker. Selain itu, Korean Association

menandatangani perjanjian bisnis dengan rumah sakit lokal

berskala besar untuk mendukung perawatan diaspora Korea

yang terinfeksi Covid-19. Sejak gelombang kedua pandemi

merebak di Indonesia pada Juni 2021 yang menyebabkan jumlah

kasus harian penderita baru Covid-19 melampaui 50.000 kasus, jumlah diaspora Korea yang terinfeksi Covid-19 pun meningkat

drastis, bahkan jumlah pasien kritis juga meningkat. Korean Association bersama dengan Kedutaan Besar Republik Korea

segera memberangkatkan pesawat carteran untuk membawa

pasien warga Korea yang terkonfirmasi Covid-19 ke Korea. Pasien

yang kritis dikirim dengan ambulans udara. Selain itu, Korean

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

280

Association juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat dan masyarakat Korea untuk melakukan vaksinasi Covid-19

sebanyak lima kali, yakni sejak Desember 2021 dengan total 1.463 orang telah divaksin.

Pada Maret 2020, ketika pasien yang terinfeksi Covid-19

pertama kali dikonfirmasi di Indonesia dan Pemberlakuan

Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diberlakukan, aktivitas

Korean Association bisa dikatakan berhenti sementara waktu.

Kegiatan seni dan budaya ditangguhkan, bahkan acara keagamaan

hanya diadakan secara online atau hanya dengan segelintir jemaat

jika dilakukan secara tatap muka. Restoran dan kafe Korea, salon

kecantikan, toko optik, dan agen perjalanan untuk diaspora Korea

juga ditutup. Sebagian bisnis manufaktur berjuang keras untuk

tetap beroperasi. Digitalisasi dan transformasi industri Indonesia

yang mengalami percepatan sejak pertengahan 2010-an semakin

mengalami percepatan akibat pandemi. Diaspora Korea generasi

pertama yang menginjak usia lanjut pun pensiun dan kembali ke

tanah airnya. Pada periode ini, komunitas diaspora Korea masuk

dalam tahap regenerasi dan restrukturisasi. ■

Diaspora Korea di Indonesia

281 Bab 3

National Foundation Day Republik Korea yang digelar pada 4 Oktober 2022 di The Westin Jakarta.

Sumber : Kedutaan Republik Korea untuk Republik Indonesia

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

282
Duta Besar Park Tae-sung bersama dengan perwakilan warga Korea menemui Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Rumah Dinas Puri Gedeh (9/6/2022).
284 Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia Appendix
285 Bab 3 Diaspora Korea di Indonesia

Pertukaran Kunjungan Kepala Negara Korea-Indonesia

Kunjungan Kepala Negara Korea ke Indonesia

Kunjungan Kepala Negara Indonesia ke Korea Waktu Presiden Keterangan Waktu Presiden Keterangan

Juni 1981 Chun Doo-hwanOktober 1982 Soeharto -

November 1988 Roh Tae-woo -

Kunjungan kenegaraan

November 1994 Kim Young-sam

Februari 2000 Abdurrahman Wahid Kunjungan kenegaraan

Maret 2002 Megawati Soekarnoputri

(KTT APEC, Bogor)

November 2000 Kim Dae-jung

Kunjungan kenegaraan

Kunjungan kenegaraan

Oktober 2003 Roh Moo-hyun

Desember 2006 Roh Moo-hyun

Maret 2009 Lee Myung-bak

November 2005

Susilo Bambang Yudhoyono

Kunjungan kenegaraan (Mengunjungi Korea Selatan dan Korea Utara sekaligus)

KTT APEC (Busan)

Juli 2007

Desember 2010 Lee Myung-bak

November 2011 Lee Myung-bak

(KTT terkait ASEAN, Bali)

Kunjungan kenegaraan

Kunjungan kenegaraan

Bali Democratic Forum

KTT terkait ASEAN, Bali

Juni 2009

November 2010

Susilo Bambang Yudhoyono Kunjungan kenegaraan

Susilo Bambang Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono

KTT Khusus ASEAN-RoK (Jeju)

KTT G-20 (Seoul)

Maret 2012

Desember 2014

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Susilo Bambang Yudhoyono

Joko Widodo

Kunjungan kenegaraan (KTT Keamanan Nuklir, Seoul)

KTT Khusus ASEAN-RoK (Busan)

286

November 2012 Lee Myung-bak Bali Democratic Forum Mei 2016 Joko Widodo Kunjungan kenegaraan

Oktober 2013 Park Geun-hye Kunjungan kenegaraan

November 2017 Moon Jae-in Kunjungan kenegaraan

September 2018 Joko Widodo Kunjungan kenegaraan

November 2019 Joko Widodo KTT Khusus ASEAN-RoK (Busan)

November 2022 Yoon Suk-yeol KTT G-20 Juli 2022 Joko Widodo Diundang oleh Korea

Sumber: Kementerian Luar Negeri Korea (2019) hal. 94-95, “KTT Presiden Yoon Suk-yeol bersama Presiden Indonesia Joko Widodo yang Berkunjung ke Korea Tanggal 27” (21 Juli 2022), sumber daring (tanggal pencarian: 12 September 2022)

287 Appendix

Rincian Diskusi Kerja Sama Ekonomi Utama

Korea-Indonesia

September 2018 Penandatanganan MoU Kerja Sama KTT (Seoul) dan MoU Kerja Sama Penelitian Inovasi Industri

MoU Kerja Sama: Menyetujui pembentukan Working Group (rapat kerja) dan Komite Kerja Sama Ekonomi Tingkat Menteri

November 2019 KTT Peringatan ASEAN-RoK (Busan), Pengesahan CEPA, Penetapan Investasi Hyundai Motors di Indonesia

Agustus 2020 Penyelenggaraan rapat kerja tingkat wakil Menteri Komite Kerja Sama Ekonomi Korea-Indonesia (pertemuan virtual)

Mei 2021 Kunjungan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia ke Korea

Upaya menggenjot pemberlakuan CEPA, RCEP

Kerja sama Green New Deal dan Industri Baru (mobil listrik dan baterai)

Desember 2021

Penandatanganan MoU Kerja Sama Rantai Pasok Urea KoreaIndonesia

Februari 2022 Penyelenggaraan Joint Committee on Economic Cooperation (JCEC) ke-1

Diskusi dan Presentasi 4 WG: Trade & Investment, Industrial Cooperation, Energy & Mineral Resources, E-Commerce

Juli 2022 KTT Korea-Indonesia (Seoul)

Membangun Solidaritas Strategis dalam Industri Berteknologi Tinggi (Mobil listrik, baterai)

Kerja Sama IPEF, Upaya pemberlakuan CEPA dan RCEP

Kerja Sama Ibu Kota Nusantara: Revisi MoU Pengembangan dan Pemindahan Ibu Kota (infrastruktur, e-government, smart city)

Penandatanganan MoU Kerja Sama Ibu Kota Nusantara, Baja, Green Investment

288

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

November 2022

Menghadiri KTT G20, Indonesia Business Roundtable (Bali)

Penandatanganan 10 MoU tentang Investasi, Pengembangan, Perubahan Iklim, Rantai Pasok, Digital

Sumber: Kementerian Luar Negeri Korea (2012) hal. 112, online press release

MOTIE Korea Selatan (26 Mei 2021); ‘Temu Wicara Menteri MOTIE Korea

Selatan dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi

Indonesia’ online press release MOTIE (23 Desember 2021), ‘Diskusi Kebijakan

Kerja Sama Rantai Pasok Baterai Tahap Kedua, Mobil Listrik, Urea dengan

Indonesia’; online press release Kantor Kepresidenan Korea (28 Juli 2022), ‘Konferensi Pers Bersama Korea-Indonesia’; online press release Kantor

Kepresidenan Korea (14 November 2022), ‘Briefing Business Roundtable KoreaIndonesia’ (tanggal pencarian semua sumber: 20 November 2022) Penulis menulis dengan rujukan sumber di atas.

289 Appendix

Tren Masuknya WNI Ke Korea Selatan

Sumber: Kementerian Hukum, ‘Statistik Kebijakan Politik Pendatang-Imigrasi’, data tahunan, sumber daring(tanggal pencarian: 12 Oktober 2022).

290 Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia
Tahun Jumlah Total WNA Masuk Korea (jiwa) WNI (jiwa) Presentase WNI dengan Jumlah Total WNA yang Masuk Korea (%) Perbandingan dengan Tahun Sebelumnya (%) 1991 2.492.824 10.593 0,42 1,8 1996 2.880.332 26.821 0,93 29,4 2001 4.275.696 31.373 0,73 4,1 2006 5.321.593 36.152 0,68 -7,9 2011 8.666.503 85.351 0,98 138,6 2016 17.418.307 296.377 1,70 152,4 2017 13.569.509 231.908 1,71 -21,8 2018 15.630.522 250.249 1,60 7,9 2019 17.880.503 280.146 1,57 11,9 2020 2.659.845 67.301 2,53 -76,0 2021 1.044.545 46.998 4,50 -30,2

Jumlah WNI yang Menetap di Korea (1991-2021) (Satuan: jiwa, menurut kewarganegaraan

291 Appendix
secara total %) Tahun Total WNA di Korea Jumlah WNI Presentase WNI terhadap Total WNA di Korea Perbandingan dengan Tahun Sebelumnya Kelompok Usia 0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 Di atas 60 1991 51.021 128 0,3 64,1---1996 148.731 9.632 6,5 180,5---2001 229.648 15.617 6,8 -6,5---2006 910.149 23.715 2,6 5,1---2011 1.395.077 36.971 2,7 34,7 673 1.590 15.818 14.804 2.918 746 422 2016 2.049.041 47.606 2,3 2,3 749 1.543 21.668 17.564 4.588 960 534 2017 2.180.498 45.328 2,1 -4,8 657 1.468 19.837 17.290 4.598 972 506 2018 2.367.607 47.366 2,0 4,5 843 1.917 20.976 16.869 5.105 1.076 580 2019 2.524.656 48.854 1,9 3,1 942 2.059 21.421 16.779 5.662 1.306 685 2020 2.036.075 36.858 1,8 -24,6 250 205 16.885 14.623 4.162 504 229 2021 1.956.781 34.188 1,7 -7,2 285 198 14.317 14.077 4.504 566 241 Sumber: Kwak Sung-il, et al (2021) hal. 96; Kementerian Hukum, ‘Statistik Kebijakan Politik Pendatang-Imigrasi’, data tahunan, sumber daring (tanggal pencarian: 12 Oktober 2022).

Studi Korea di Indonesia

Universitas Tahun Pembukaan Prodi

Universitas

Nasional

Universitas Gadjah

Mada

Universitas Indonesia

Jurusan/Fakultas Tempat

1995 Bahasa Korea (D3)

Bahasa Korea (S1)

*Universitas pertama yang

membuka Pusat Studi

Korea untuk kursus umum pada 1987

2003 Bahasa Korea (D3)

2007 Bahasa dan Kebudayaan Korea (S1)

*Membuka mata kuliah pilihan bahasa Korea pada

1995

**Mendirikan Pusat Studi Korea pada 1996

2006 Bahasa dan Kebudayaan Korea(S1)

*Membuka mata kuliah pilihan bahasa Korea pada

1986

Jakarta

Yogyakarta

Universitas

Pendidikan

Indonesia

Depok

2015 Pendidikan Bahasa Korea(S1) Bandung

292

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

Sumber : Lee Yeon (19 September 2022, hlm.10)

Kursus Bahasa Korea Umum yang Diselenggarakan di Perguruan Tinggi di Indonesia

1)

*Dalam

reguler)

Sumber : Lee Yeon (19 September 2022, hlm.11)

293 Appendix
Universitas Tahun Pembukaan Prodi Kursus/Mata Kuliah Pilihan Tempat Universitas Hasanuddin 2007 Bahasa Korea Mata Kuliah Pilihan(Semester
Universitas Lambung Mangkurat 2006 Kursus Bahasa Korea (6 bulan / non-
Banjarmasin Universitas Padjadjaran 2019 Kursus Bahasa Korea Bandung Universitas Atma Jaya 2019 Kursus Bahasa Korea (10 minggu /non-
Jakarta
proses pembukaan jurusan (per 2022) Makassar
reguler)

Jurusan Bahasa Indonesia di Korea

Hankuk University of Foreign Studies (Kampus Seoul)

Hankuk University of Foreign Studies (Kampus Global)

Busan University of Foreign Studies

Seoul University

1964 Malay-Indonesian Language and Cultures (College of Asian Languages & Cultures)

1982 Malay-Indonesian Language and Cultures (College of Interpretation and Translation)

1982 Indonesia/Malaysia Major (Asia University)

2016 Southeast Asian Languages and Civilizations (Department of Asian Languages and Civilizations)

Seoul

Yongin

Cyber Hankuk University of Foreign Studies

2018 Indonesia Region (Department of Vietnam & Indonesia

Sumber : Lee Yeon (19 September 2022, hlm.3)

Seoul

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

294
Universitas Tahun Pembukaan Prodi Jurusan/Fakultas Tempat
Busan
Seoul
295 Appendix Data ODA Korsel terhadap Indonesia (Unit : Juta USD) 1989-2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total Total Bantuan (Bantuan Kemanusiaan) 459,27 (1,23) 46,58 (0,16) 50,47 (0,16) 57,87 (-) 53,95 (5,18) 45,38 (0,07) 51,10 (0,24) 764,62 (7,04) Loan 242,30 27,64 28,89 40,94 33,51 23,49 22,00 418,77 Hibah 216,97 18,95 21,59 16,93 20,43 21,89 29,10 345,86 KOICA 178,18 14,18 15,82 9,69 9,03 10,98 15,15 253,03 Lain-Lain 38,79 4,77 5,77 7,24 11,4 10,91 13,95 92,83
: Kementerian Luar Negeri Korea, 2022, 『 2022 인도네시아 개황 (‘2022 Indonesia Overview’ 』 , 116
Sumber

Penulis Shin Sung-chul

Penerbit Daily Indonesia

Dewan Editorial Hanin News

Dewan Tim Naskah buku berjudul “인도네시아 한인 100년사” (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)

Sedang melanjutkan studi S-3 di Graduate School of International and Area Studies, Hankuk University of Foreign Studies.

Cho Yeon-sook

Editor in chief Daily Indonesia

Kolumnis Hanin News

Dewan Tim Naskah buku berjudul “인도네시아 한인 100년사” (100 Tahun Sejarah Orang Korea di Indonesia)

297 Penulis

Penyelia Naskah

Kim Moon-hwan

Tamatan Hankuk University of Foreign Studies (1973)

Bekerja di KODECO Perwakilan Indonesia (1977—2002)

Kolumnis dan Pemateri (sejak 2004 hingga sekarang)

Dewan Editorial Hanin News (2010—2021)

Penerima penghargaan dari Presiden Republik Korea pada

Korean Day yang ke-2

Karya:

적도에 뿌리내린 한국인의 혼 (Terbitan Jakarta Gyeongje Ilbo)

인도네시아 한인100년사 (Ketua Dewan Editorial, Terbitan Korean Association)

Penyelia Terjemahan

Suray Agung Nugroho

S1 Sastra Inggris UGM (1992-1998)

S2 Korean Studies, Graduate School of International and Area Studies (GSIAS) HUFS (2000-2002)

S3 Korean Studies, GSIAS HUFS (2012-2018)

Pengajar, Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu

Budaya UGM (2003 -- sekarang)

Minat riset : Hallyu, K -Culture, Pekerja Migran dan Migrasi

Bio lengkap ada di:

https://ugm.academia.edu/surayagungnugroho

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

298

Referensi

Referensi

고영경·박영렬, 『미래의 성장 시장 아세안』, 연세대 대학출판문화원(2019)

김대래, 『고도성장기 부산 합판산업의 성장과 쇠퇴』, 신라대학교 경제학과 (2014)

김문환, 『적도에 뿌리내린 한국인의 혼』, 자카르타경제일보사(2013)

Marti Natalegawa (마티 나탈레가와), 『아세안은 중요한가』(최기원 옮김), 문 학사상(2019)

박번순, 『아세안의 시간』, 지식의 날개(2019)

신윤환, 『동남아문화산책: 신윤환의 동남아 깊이 읽기』, 창비(2014)

엄은희, 『인도네시아, 국경과 민족을 넘어 코스모폴리탄 사회로』, 눌민(2022)

엄은희 외, 『동남아시아 한인, 도전과 정착 그리고 미래』, 눌민(2022)

오명석·유창조, 『인도네시아와 말레이시아의 소비문화』, 진인진(2017)

오명석 외, 『이자 없는 금융은 가능한가?』, 명인문화사(2022)

우쓰미 아이코, 『적도에 묻히다』(김종익 옮김), 역사비평사(2012)

302

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

이경석, 『인니 금융산업 현황 및 한국 기업 진출 사례』, 코트라 자카르타무

역관(2015)

인도네시아한인100년사 편찬위, 『인도네시아 한인 100년사』, 순정아이북스 (2020)

전제성·유완또, 『인도네시아 속의 한국, 한국 속의 인도네시아』, 이매진(2013)

■ 기관자료

『국외 독립운동사적지 실태조사보고서 동남아시아지역 IV』, 국가보훈처 & 독

립기념관 한국독립운동사연구소 (2006)

『인니 투자진출 길라잡이』, 국가정보원(2006)

『자카르타한국국제학교 30년사』, 자카르타한인국제학교(2006)

『자카르타성요셉한인성당 30년사』, 자카르타성요셉한인성당(2006)

『코린도그룹 50년사』, 코린도(2020)

『한국-인도네시아 외교 40년사』 주인도네시아 대한민국대사관(2013)

303 Referensi

■ 학술자료

엄은희(2013), “한국기업의 인도네시아 진출의 역사와 현재”, 서울대 아시아

연구소

엄은희(2016), “팜오일의 정치생태학: 인도네시아를 사례로”, 한국환경사회학

회 학술대회 자료집

엄은희(2018), “신발산업 GPN의 변화와 한인기업공동체의 공간전략”, 한국

지역지리학회

오명석(2014), “말레이 세계로 간 한국 기업들”, 서울대 아시아연구소

■ 인터넷자료

고창현, ”인도네시아 경제를 관통하는 새로운 키워드, 할랄”, KOTRA 수라바 야무역관 (2022.6.9)

“LG컨소시엄, 인니서 대규모 광물확보…11조원대 프로젝트 추진” 연합뉴스 (2022.4.18)

“제조업 강국 꿈꾸는 인니, 스마트팩토리로 4차산업혁명 직행” 한국경제 (2022.10.13)

*기타 : 연합뉴스, 한국일보, 조선일보, 한겨레신문 등 해당 시기 기사 참조

Merajut Persahabatan, Memupuk Kepercayaan

50 Tahun Hubungan Diplomatik Korea-Indonesia

304
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.